• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analysis Of Management Discussion

Dalam dokumen AR 2016 Sigmagold Tbk (Halaman 43-45)

Kondisi Perekonomian Indonesia 2016

Badan Pusat Statistik (BPS) resmi merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia 2016 sebesar 5,02 %.

Hampir semua sektor tumbuh positif. Lima besar pertumbuhan tertinggi sepanjang 2016 dicatat oleh sektor jasa perusahaan yang tumbuh 7,36%, sektor transportasi dan pergudangan yang tumbuh 7,74%, sektor jasa di luar jasa keuangan, pendidikan, kesehatan, dan perusahaan yang tumbuh 7,80%, sektor informasi dan konsumsi yang tumbuh 8,87%, serta sektor jasa keuangan dan asuransi yang tumbuh 8,90%. Kelima sektor tersebut berkontribusi pada 64,7% pertumbuhan ekonomi Indonesia.

BPS juga mencatat Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp12.406,8 triliun, sementara PDB per kapita mencapai Rp47,96 juta/tahun. Capaian ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp45,14 juta/tahun. Angka ini menunjukkan daya beli masyarakat yang meningkat. Meski secara nasional, angka pendapatan per kapita ini naik, kenyataannya terjadi ketimpangan pendapatan yang ada di kota besar dan kota kecil.

Seiring dengan hal tersebut, IMF juga melaporkan hasil penilaian perekonomian Indonesia tahun 2016. IMF menganggap Indonesia berhasil dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan beradaptasi terhadap dinamika perubahan perekonomian global. Meski menghadapi sejumlah risiko, outlook perekonomian Indonesia positif. Hal ini terjadi, salah satunya karena tepatnya bauran kebijakan makroekonomi yang didukung oleh reformasi structural sehingga Indonesia mampu menghadapi beberapa tantangan seperti siklus harga komoditas dunia yang naik turun, lambatnya pertumbuhan ekonomi global, serta beberapa keadaan yang berpotensi menimbulkan gejolak keuangan ke negara emerging markets.

Risiko yang berasal dari faktor eksternal adalah pemulihan ekonomi global yang belum stabil. Ketidakpastian dari arah kebijakan pemerintah US ditambah dengan rencana kenaikan suku bunga The Fed sebanyak tiga kali pada tahun ini juga berpotensi menimbulkan tekanan pada arus modal dan nilai tukar.

Di sisi internal/ domestik, risiko yang perlu dicermati adalah potensi kenaikan inflasi dari administred price atau harga yang diatur pemerintah.

Laporan Rugi Laba Konsolidasian

Pendapatan konsolidasian Perseroan pada tahun 2016 mengalami sedikit peningkatan sebesar 5,27% menjadi sebesar Rp 63,66 milyar di tahun 2016 dari sebelumnya Rp60,47 milyar di tahun 2015. Peningkatan pendapatan konsolidasi Perseroan ini banyak disupport dari segmen bisnis retail konsumer elektronik, tercatat pendapatan sebesar Rp 44,96 milyar di tahun 2016 dari sebesar Rp34,38 milyar di tahun 2015.

Rugi bersih Perseroan selama tahun 2016 tercatat sebesar minus Rp39,50 miliar, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun 2015 sebesar minus Rp23,59 milyar atau menurun sebesar minus Rp15,90 milyar. Hal ini terutama

Indonesia Economic Condition 2016

The Central Bureau of Statistics (BPS) oicially released Indonesia's economic growth igure of 2016 of 5.02%.

Almost all sectors grew positively. The top ive growths during 2016 were recorded by the services sector of the company which grew 7.36%, transportation and warehousing sector grew 7.74%, services sector excluding inancial services, education, health and companies grew 7.80% Information and consumption grew 8.87%, and the inancial and insurance services sector grew by 8.90%. These ive sectors account for 64.7% of Indonesia's economic growth.

BPS also recorded Gross Domestic Product (GDP) at current prices reached Rp12.406.8 trillion, while GDP per capita reached Rp47.96 million / year. This achievement increased compared to the previous year amounting to Rp45, 14 million / year. This igure indicates an increased purchasing power. Although nationally, the per capita income igure is rising, in reality there is income inequality in big cities and small towns.

Along with this, the IMF also reported the results of the assessment of the Indonesian economy in 2016. IMF considers Indonesia is successful in maintaining macroeconomic stability and adapt to the dynamics of global economic changes. Despite some risks, Indonesia's economic outlook is positive. This is due to the fact that macroeconomic policy is supported by structural reforms so that Indonesia can face several challenges such as world commodity price cycles that are ups and downs, the slow pace of global economic growth, and some of the circumstances that have the potential to cause inancial turmoil to emerging market countries.

The risk that comes from external factors is the unstable global economic recovery. Uncertainty from the direction of US government policy coupled with the Fed's three-times rate hike this year also has the potential to put pressure on capital lows and exchange rates. On the internal / domestic side, the risks that need to be observed is the potential for inlationary increase from administrated price or government regulated price.

Consolidated Income Statements

The Company's consolidated revenue in 2016 slightly increased by 5.27% to Rp 63.66 billion in 2016 from Rp60.47 billion in 2015. The increase in consolidated revenue was largely supported by consumer electronics retail business, recorded revenue Amounting to Rp 44.96 billion in 2016 from Rp34.38 billion in 2015.

The Company's net loss during 2016 was minus Rp39.50 billion, decreasing compared to the previous year, in 2015 at minus Rp23.59 billion or decreasing by minus Rp15.90 billion. This is primarily due to

disebabkan adanya penurunan nilai wajar piutang lain-lain dan persediaan Perseroan dari pembentukan penurunan nilai.

Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian Aset

Total aset Perseroan mengalami penurunan sebesar minus 0,98% atau sebesar Rp 11,23 milyar jika dibandingkan dengan tahun 2015. Aset lancar Perseroan mengalami penurunan sebesar 2,04% yang terutama disebabkan karena adanya penurunan nilai piutang lain-lain dan persediaan. Untuk aset tidak lancar menurun sebesar 0,69% atau sebesar Rp6,21 milyar yang terutama disebabkan adanya penurunan nilai wajar investasi jangka panjang Perseroan dalam bentuk Medium Term Notes.

Liabilitas

Sementara itu liabilitas jangka pendek Perseroan meningkat yang terutama disebabkan karena adanya peningkatan utang usaha pihak ketiga sebesar Rp 26,64 milyar dan liabilitas jangka panjang Perseroan meningkat sebesar 718 juta dikarenakan adanya peningkatan perhitungan kewajiban imbalan kerja.

Ekuitas

Total ekuitas Perseroan pada akhir 2016 mengalami penurunan sebesar 3,89% atau Rp39,13 milyar jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dan di tahun 2016 ini Perseroan tidak membagikan dividen.

Laporan Arus Kas Konsolidasian

Kas dan bank Perseroan sedikit meningkat sebesar 0,05% menjadi Rp 3,21 milyar di tahun 2016.

Kegiatan Operasional

Total kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasional mengalami kenaikan menjadi Rp5,16 milyar jika dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan adanya penurunan pembayaran kepada pemasok dan operasional Perseroan.

Kegiatan Investasi

Nilai kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi mengalami penurunan menjadi sebesar Rp3,95 milyar selama tahun 2016. Pengeluaran Perseroan untuk aktivitas aset eksplorasi dan evaluasi pertambangan yang meningkat selama tahun 2016 menjadi penyebab utamanya.

Kegiatan Pendanaan

Besarnya kas bersih yang digunakan untuk membiayai aktivitas pendanaan mengalami penurunan selama tahun 2016.

RASIO-RASIO Rasio Lancar

Rasio lancar Perseroan di tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 1,54 kali jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan kemampuan Perseroan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya sediki mengalami penurunan.

Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas Perseroan di tahun 2016 mengalami kenaikan menjadi sebesar 15,29% jika dibandingkan tahun 2015 sebesar 12,71%. Hal ini mengindikasikan kemampuan Perseroan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi.

an impairment of the fair value of other receivables and the Company's inventories from impairment.

Consolidated Balance Sheet Asset

The Company's total assets decreased by minus 0.98% or Rp 11.23 billion compared to 2015. The Company's current assets decreased by 2.04% mainly due to a decrease in the value of other receivables and inventories. Non-current assets decreased by 0.69% or Rp6.21 billion primarily due to a decrease in the fair value of the Company's long term investments in the form of Medium Term Notes.

Liabilities

Meanwhile, the Company's short-term liabilities increased primarily due to an increase in third party debt of Rp 26.64 billion and the Company's long-term liabilities increased by 718 million due to an increase in the calculation of employee beneits obligations.

Equity

Total equity of the Company at the end of 2016 decreased by 3.89% or Rp39.13 billion compared to the previous year. And in the year 2016 the Company does not pay dividends.

Consolidated Cash Flows

The Company's cash and banks increased slightly by 0.05% to Rp 3.21 billion in 2016.

Operational Activities

Total net cash earned from operating activities increased to Rp5.16 billion compared to the previous year. This is mainly due to a decrease in payments to suppliers and operations.

Investment Activities

The net cash value used for investing activities decreased to Rp3.95 billion during 2016. The Company's expenditures for mining exploration and evaluation activities increased during 2016 as the main cause.

Funding Activities

The amount of net cash used to inance inancing activities decreased during 2016.

RATIOS Current Ratio

The Company's current ratio in 2016 decreased to 1.54 times compared to the previous year. This demonstrates the Company's ability to settle its short-term liabilities as it decreases.

Solvency Ratio

The Company's solvency ratio in 2016 increased to 15.29% compared to 2015 of 12.71%. This indicates the Company's abilities to repay loans is higher.

Dalam dokumen AR 2016 Sigmagold Tbk (Halaman 43-45)

Dokumen terkait