• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komponen prioritas pengambilan tindakan dalam penyelesaian masalah pada pelaksanaan proyek lanskap dapat dilihat dengan menggunakan software Expert Choice v.11. Komponen penyusun pelaksanaan proyek lanskap ditentukan berdasarkan studi literatur. Hierarki tersebut terdiri atas 7 komponen, 22 kriteria, 2 alternatif kebijakan yang telah dipilih berdasarkan laporan di lapang (Gambar 51). Pemberian bobot pada elemen di setiap hierarki dilakukan oleh responden pakar yang terdiri atas pakar manajemen proyek lanskap, birokrat, dan praktisi. Hasil pengolahan data ditunjukan dalam berbagai bentuk, yaitu sintesis prioritas alternative, sintesis prioritas komponen, diagram pohon (tree view), dan grafik sensitivitas (sensitivity graph).

Sintesis Praktisi

Penilaian praktisi menunjukkan bahwa prioritas alternatif yang menunjukan penyelesaian masalah prioritas dalam pelaksanaan proyek lanskap adalah internal (63.1%), yang artinya bahwa faktor internal merupakan hal pertama yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proyek lanskap apabila tejadi permasalahan selama berjalannya pembangunan. Prioritas selanjutnya adalah eksternal (36.9%) yang bermakna bahwa faktor eksternal menjadi hal yang diperhatikan setelah faktor internal dalam pelaksanaan proyek lanskap.

Berdasarkan penilaian pakar, dapat diketahui bahwa komponen penting dalam pelaksanaan proyek lanskap adalah komponen material (29.6%), kualitas barang, salah pemasangan, dan pengiriman material merupakan variabel yang termasuk dalam komponen material. Komponen prioritas selanjutnya adalah pengelolaan (18.7%), pekerja (14%), alat (12.8%), teknik (10.8%), owner (10.8%), dan cuaca (3.3%) (Gambar 52).

Sintesis Pakar Manajemen Proyek

Penilaian Pakar manajemen proyek menunjukan bahwa prioritas alternatif yang menunjukan penyelesaian masalah prioritas dalam pelaksanaan proyek lanskap adalah adalah internal (51%), yang artinya bahwa faktor internal merupakan hal pertama yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proyek lanskap apabila tejadi permasalahan selama berjalannya pembangunan. Prioritas

selanjutnya adalah eksternal (49%) yang bermakna bahwa faktor eksternal menjadi hal yang diperhatikan setelah faktor internal dalam pelaksanaan proyek lanskap.

Berdasarkan penilaian pakar, dapat diketahui bahwa komponen penting dalam pelaksanaan proyek lanskap adalah komponen teknik (23.7%), gambar tidak akurat dan keterlambatan pengiriman gambar merupakan variabel yang termasuk dalam komponen teknik. Komponen prioritas selanjutnya adalah pengelolaan (21.9%), pekerja (15%), owner (12.6%), material (10.2%), alat (8.4%), dan cuaca (8.1%) (Gambar 53).

Sintesis Pakar Teknik

Penilaian Pakar teknik menunjukan bahwa prioritas alternative yang menunjukan penyelesaian masalah prioritas dalam pelaksanaan proyek lanskap adalah internal (81.3%), yang artinya bahwa faktor internal merupakan hal pertama yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan proyek lanskap apabila tejadi permasalahan selama berjalannya pembangunan. Prioritas selanjutnya adalah eksternal (18.7%) yang bermakna bahwa faktor eksternal menjadi hal yang diperhatikan setelah faktor internal dalam pelaksanaan proyek lanskap.

Berdasarkan penilaian pakar, dapat diketahui bahwa komponen penting dalam pelaksanaan proyek lanskap adalah komponen owner (31.7%), perubahan penugasan, modifikasi rencana, gangguan dari owner merupakan variabel yang Gambar 53 Sintesis prioritas alternatif serta prioritas komponen pakar manajemen

termasuk dalam komponen owner. Komponen prioritas selanjutnya adalah pekerja (17.2%), material (15.2%), teknik (12.6%), alat (9%), pengelolaan (8,3%), dan cuaca (6%) (Gambar 54).

Sintesis Tergabung (Combined Synthesis)

Prioritas berdasarkan masing-masing pakar digabungkan menjadi sintesis tergabung untuk dapat menarik kesimpulan berupa alternatif serta komponen penting pada pelaksanaan proyek lanskap Discovery Flamine. Sintesis tergabung ini ditunjukan melalui diagram pohon (tree view) pada Gambar 55. Berdasarkan hasil sintesis tergabung, diperoleh kesimpulan bahwa faktor internal (63.1%) merupakan prioritas alternatif dalam menentukan faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaksanaan proyek lanskap pada pembangunan taman cluster Discovery Flamine. Faktor internal menjadi hal utama yang harus diprioritaskan dalam pelaksanaan pembangunan taman cluster Discovery Flamine. Pelaksanaan proyek lanskap dapat selesai sesuai waktu yang telah ditentukan dengan memperhatikan permasalahan pada faktor internal.

Prioritas alternatif selanjutnya adalah faktor eksternal (36.9%). Hal ini menunjukkan bahwa setelah permasalahan yang terjadi pada faktor internal dapat diselesaikan, langkah selanjutnya yang harus diambil adalah penyelesaian masalah yang terdapat pada faktor eksternal. Penyelesaian masalah dapat selesai sesuai waktu yang telah ditentukan dikarenakan pengambilan tindakan yang tepat dalam menghadapi permasalahan yang terjadi di lapang selama berlangsungnya

pembangunan lanskap Discovery Flamine. Sehingga keterlambatan penyelesaian dapat dihindari dan kerugian dari segi waktu serta biaya dapat diminimalisisr.

Urutan prioritas komponen dari tertinggi hingga kerendah adalah komponen material (18.2%), owner (17.7%), pekerja (16.1%), pengelolaan (15.9%), teknik (15.9%), alat (10.8%), dan cuaca (5.4%). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa material menjadi komponen paling penting Gambar 55 Kombinasi diagram pohon komponen, variabel, dan alternatif prioritas

yang mempengaruhi ketepatan waktu dalam pelaksanaan pembanguna proyek lanskap. Variabel pada setiap komponen diberi bobot sesuai tingkat prioritas. Persentase dari prioritas komponen serta variabel merupakan bobot yang digunakan untuk menentukan faktor prioritas selama berlangsungnya pelaksanaan proyek lanskap berdasarkan prefensi pakar (Tabel 5).

Tabel 5 Ringkasan pembobotan dan prioritas komponen serta variabel pelaksanaan proyek lanskap

No Komponen & Variabel Bobot

Bobot Variabel (%) Bobot Komponen (%) Prioritas Komponen 1 Material 0.182 18.2 1 Kualitas barang 0.473 47.3 Salah pemasangan 0.418 41.8 Pengiriman material 0.108 10.8 2 Owner 0.177 17.7 2 Perubahan penugasan 0.388 38.8 Modifikasi rencana 0.16 16

Gangguan dari owner 0.452 45.2

3 Pekerja 0.161 16.1 3

Kurang pekerja 0.138 13.8

Kurang rasio pengawas

dengan pekerja 0.14 14

Kecelakaan kerja 0.722 72.2

4 Teknik 0.159 15.9 4

Gambar tidak akurat 0.419 41.9 Keterlambatan

pengiriman gambar 0.581 58.1

5 Pengelolaan 0.159 15.9 4

Metode kontruksi tidak

akurat 0.085 8.5

Pekerjaan tamabahan 0.067 6.7 Pengendalian kualitas 0.446 44.6 Tidak bekerja pada

aktivitas kritis 0.401 40.1

6 Alat 0.108 10.8 5

Tidak sesuai kapasitas

kerja 0.468 46.8 Kurang peralatan 0.157 15.7 Kurang akurat 0.066 6.6 Produktivitas rendah 0.308 30.8 7 Cuaca 0.054 5.4 6 Kecepatan angin 0.065 6.5

Suhun dan kelembapan 0.192 19.2

Curah hujan 0.743 74.3

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas ditunjukan dengan grafik sensitivitas dan grafik sensitivitas dinamis (Gambar 56). Grafik batang ini dapat digunakan untuk mengurangi maupun menambah prioritas komponen dan melihat perubahan dalam prioritas alternatif.

Selain menggunakan analisis sensitivitas di atas, dapat juga digunakan analisis sensitivitas gradient. Analisis ini menunjukan grafik gradient masing- masing komponen yang dipilih dan garis miring (gradient) mewakili dua alternatif. Salah satu contoh analisis sensitivitas gradient yang diambil pada komponen alat (Gambar 57). Prioritas saat ini yang dapat dilihat adalah kondisi dimana daris gradient berpotongan dengan sumbu vertikal. Melalui Gambar 57 diketahui bahwa prioritas alternatif dalam pelaksanaan proyek lanskap Discovery Flamine adalah faktor internal.

Gambar 56 Grafik sensitivitas kinerja dan sensitivitas dinamis terhadap pelaksanaan proyek lanskap

Uji Konsistensi

Hasil analisis pada Gambar 50 menunjukkan bahwa nilai inkonsistensi untuk keseluruhan hierarki adalah 0.05 atau 5% (Gambar 58). Tingakat inkonsistensi yang masih diterima dalam metode Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah kurang dari 10%. Apabila nilai consistency ratio (CR) kurang dari 10%, analisis yang dihasilkan dari pakar bersifat konsisten. Sebaliknya, jika CR lebih besar dari 10% hasil preferensi oleh pakar bersifat tidak konsisten sehingga perlu dilakukan penilaian ulang. Tingkat konsistensi pada hasil analisis ini memiliki dua makna, yang pertama bahwa objek yang setara dapat dikelompokkan sesuai dengan keragaman dan relevasinya, dan kedua bahwa terdapat konsistensi terkait tingkat hubungan antara objek yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu.

Pembahasan Sintesis Tergabung

Pelaksanaan merupakan kumpulan proses atau sistem dan kegiatan berupa organisasi atau prosedur yang melibatkan unsur manusia. Kegiatan-kegiatan pelaksanaan harus menuju ke arah tujuan yang hendak dicapai dan tetap dalam arah kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan fisik pekerjaan lanskap antara lain meliputi pekerjaan pengukuran dan pematokan, pengolahan tanah,

Gambar 57 Grafik sensitivitas gradien terhadap pelaksanaan proyek lanskap

pelaksanaan hard material, pelaksanaan soft material dan pemeliharaan (Rachman, 1986). Selama pembangunan lanskap pada Discovery Flamine ini, terdapat beberapa kendala yang berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor tersebut merupakan hal yang dapat menjadi penghambat pada saat pelaksanaan di lapang seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab pelaksanaan lanskap. Sehingga perlu diketahui komponen prioritas pengambilan tindakan dalam penyelesaian masalah pada pelaksanaan proyek lanskap. Berdasarkan penilaian para ahli didapatkan tingkat prioritas dari yang paling penting hingga tingkatan terendah. Kemudian komponen yang termasuk ke dalam lebih kurang 75% penyebab terjadinya permasalahan yang yang harus diutamakan adalah sebagai berikut :

1. Material

Komponen material menjadi prioritas alternatif dalam faktor internal dengan bobot komponen sebesar 18.2%. Bobot ini menunjukkan bahwa komponen material memiliki pengaruh yang sangat besar dibandingkan dengan komponen yang lainnya untuk segera diambil tindakan apabila terjadi permasalahan sehingga tidak menghambat dalam pelaksanaan proyek lanskap. Adanya permasalahan pada komponen material ini dalam pelaksanaan lanskap dapat menghambat pekerjaan yang lainnya dan waktu pelaksanaan akhirnya tidak berjalan sesuai dengan jadwal. Permasalahan yang sering ditemui saat berlangsungnya sebuah pembangunan adalah masalah kualitas barang, salah pemasangan, dan pengiriman material.

a. Kualitas barang

Pemakaian kualitas material yang baik merupakan bagian terpenting sebuah pembangunan, karena hal ini akan menentukan kualitas hasil sebuah pembangunan. Sehingga pemilihan material dengan kualitas yang baik diperlukan untuk menjaga ketahanan bangunan hingga akhir masa pengerjaannya. Permasalahan kualitas material yang dihadapi pada pelaksanaan taman cluster dapat diselesaikan dengan baik oleh kontraktor dan juga manajer proyek. Hal ini dikarenakan material yang digunakan dalam pembangunan banyak dijumpai dengan kualitas yang cukup baik.

b. Salah pemasangan

Kesalahan pemasangan ini terjadi pada saat pemasangan gerbang pada gerbang cluster. Jarak antara tanah dengan kerangka gerbang sangat dekat sehingga gerbang tidak bisa ditutup. Namun, tindakan yang diambil oleh kontraktor segera mengukur ulang dan menggantinya. Sehingga permasalahaan ini tidak sampai menghambat pekerjaan lain dan jadwal mingguan.

c. Pengiriman material

Keterlambatan pengiriman barang ini terjadi saat stok barang di gudang sudah habis dan tidak ada cadangan yang tersedia. Sehingga pekerjaan pengecoran menjadi terhambat dikarenakan material yang akan digunakan belum datang. Pekerjaan baru dimulai pada sore hari, sehingga progres kerja yang didapat hanya setengah dari yang dijadwalkan. Namun, hal ini tidak sampai mengganggu progres mingguan.

2. Owner

Hasil analisis yang dilakukan, owner menjadi urutan kedua sebesar 17.7% pada pengambilan tindakkan prioritas saat terjadinya permasalahan selama

berlangsungnya pelaksanaan pembangunan. Diantaranya ada beberapa faktor yang ditimbulkan dan dapat menghambat terlaksananya pembangunan seperti perubahan penugasan yang diberikan oleh pemilik proyek, sehingga harus didahulukan agar pekerjaan yang lainnya dapat berjalan. Kemudian modifikasi rencana dari pemilik, seperti yang terjadi di lapang yaitu berdasarkan permintaan yang terlebih dahulu harus diselesaikan pada pembuatan taman rumah yang terdapat di dalam cluster. Permintaan dari pemilik proyek ini merupakan hal yang sebenarnya penting dikarenakan owner yang menjadi penyedia fasilitas dan biaya saat berlangsungnya proyek.

3. Pekerja

Komponen ketiga yang berasal dari faktor internal adalah pekerja dengan bobot nilai sebesar 16.1 %. Permasalahan yang ditimbulkan dalam komponen ini mencangkup kurangnya pekerja, kurangnya rasio pengawas dengan pekerja, dan kecelakaan kerja yang ditimbulkan oleh pekerja. Apabila permasalahan seperti ini tidak segera diselesaikan akan menghambat pekerjaan yang lainnya. Hal ini dikarenakan pekerjaan menjadi terbengkalai. Seperti yang terlihat di lapang, pekerja yang berada di lapang tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang dilakukan. sehingga pekerja bekerja secara bergantian sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh manajer proyek dan kontraktor.

Kemudian, kurangnya rasio pengawas dengan pekerja juga menjadi faktor yang dapat menghambat berjalannya suatu pembangunan. Hal ini dikarenakan fungsi pengawas sebagai controlling yang harus seimbang dengan jumlah pekerjaan. Rasio pengawas seharusnya lebih banyak dibandingkan dengan pekerja untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dalam pengerjaan pembangunan. Selanjutnya, pada saat pelaksanaan terdapat sedikit kecelakaan kerja. Kecelakaan terjadi pada gerbang cluster yang telah dipasang, kecelakaan ini ditimbulkan oleh pekerja proyek bangunan. Namun, pihak kontraktor dan pengawas segera mengambil tindakkan dengan melakukan bongkar sambung kembali. Kecelakaan yang terjadi tidak terlalu besar sehingga dapat segera ditangani walaupun sedikit mengganggu jalannya pekerjaan yang lainnya.

4. Pengelolaan

Nilai pembobotan yang didapatkan oleh komponen pengelolaan sebesar 15.9%. Variabel yang termasuk kedalam komponen pengelolaan diantaranya metode kontruksi tidak akurat, pekerjaan tambahan, pengendalian kualitas, tidak bekerja pada aktivitas kritis. Selama pelaksanaan apabila ditemukan permasalahan mengenai sistem pengelolaan lapang harus segera ditangani. Sehingga permasalahan seperti metode kontruksi yang tidak akurat dan tidak bekerja pada aktivitas kritis dapat diminimalisirkan. Kemudian untuk pekerjaan tambahan dapat segera dilaksanakan. Hal ini untuk menimalisir terjadinya perubahan jadwal akibat adanya kerja tambah. Pada pengedalian kualitas, apabila timbul permasalahan seperti ini dapat mengakibatkan kerugian. Sehingga permasalahan seperti ini pun harus segera diatasi.

Pekerjaan tambahan yang ditemui di lapang berupa pekerjaan softcape pada taman seperti penanaman rumput dan semak. Hal ini disebabkan oleh gambar yang diberikan oleh pihak perencanaan kurang akurat. Kemudian pengiriman gambar dari pihak perencanaan dibeberapa hal mengalami keterlambatan. Namun,

hal ini tidak sampai menghambat pekerjaan yang penting. Alasan ini yang dapat menjadikan pembobotan antara pengelolaan dan teknis berimbang. Sehingga penyelesaian permasalahannya dapat dilakukan secara bersama dalam rentan waktu antar kedua elemen yang tidak berbeda jauh.

5. Teknik

Komponen teknik mempunyai pembobotan yang sama dengan komponen pengelolaan sebesar 15.9%. Pengelolaan dan teknik mendapatkan pembobotan yang sama dikarenakan kedua komponen mempunyai prioritas yang sama. Pada komponen teknik permasalahan yang sering terjadi gambar yang tidak akurat dan keterlambatan dalam pengiriman gambar. Sehingga hal tersebut dapat menghambat pelaksanaan kedepannya. Oleh karena itu, tindakkan penanganan harus segera diambil. Apabila terjadi permasalahan antara komponen teknik dan pengelolaan secara bersamaan. Tindakkan yang harus diambil yaitu pertimbangan antara permasalahan yang terjadi melaui keputusan bersama antara pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan.

Komponen selanjutnya adalah alat yang mempunyai bobot sebesar 10.8%. Pada komponen alat tidak begitu berpengaruh bagi terhambatnya pekerjaaan yang lainnya. Hal ini dikarenakan pembangunan yang dilaksanakan bukanlah pembangunan yang bersifat makro. Sehingga apabila terjadi kekurangan peralatan dan juga produktivitas alat rendah, tidak terlalu berpengaruh pada jadwal pelaksanaan. Alat yang digunakan dalam pembangunan taman ini adalah alat-alat sederhana yang tidak membutuhkan waktu dan biaya dalam pengangkutannya. Kemudian, pada penggunaan alat pada saat melakukan pekerjaan pembuatan bahan pengecoran tidak sesuai dengan kapasitas pekerjaannya. Karena seharusnya pengecoran dilakukan dalam satu kali tahap saja untuk menjaga agar hasil coran berkualitas baik.

Selanjutnya, komponen yang terakhir adalah cuaca yang mendapatkan bobot terendah sebesar 5.4%. Terlihat bahwa komponen cuaca tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan jadwal pelaksanaan. Hal ini waktu pelaksanaan dimulai pada bulan Februari sampai bulan Mei yang bukan termasuk ke dalam musim penghujan, sehingga faktor cuaca tidak terlalu berpengaruh terhadap pembangunan. Apabila terjadi permasalahan yang ditimbulkan oleh hujan, kecepatan angin atau kelembaban tidak terlalu berpengaruh. Lingkup yang menjadi lokasi proyek tidak terlalu besar sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap pekerjaan pembangunan.

Dokumen terkait