• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Manajemen Proyek Lanskap Perumahan Discovery Flamine Bintaro Jaya Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Manajemen Proyek Lanskap Perumahan Discovery Flamine Bintaro Jaya Tangerang Selatan"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI MANAJEMEN PROYEK LANSKAP

PERUMAHAN DISCOVERY FLAMINE BINTARO JAYA

TANGERANG SELATAN

SITTI NUUR HALIMAH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Manajemen Proyek Lanskap Perumahan Discovery Flamine Bintaro Jaya Tangerang Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

(4)

ABSTRAK

SITTI NUUR HALIMAH. Evaluasi Manajemen Proyek Lanskap Perumahan Discovery Flamine Bintaro Jaya Tangerang Selatan. Dibimbing oleh KASWANTO.

Discovery Flamine merupakan suatu perumahan terbangun dikawasan Bintaro Jaya, Tangerang Selatang yang dirancang khusus dengan estetika hunian modern. Perumahan ini dibangun dengan desain yang lebih ekslusif dan elegan, berkonsep hembusan angin sebagai salah satu proyek PT. Jaya Real Property, Tbk. Pelaksanaan pembangunan yang sedang berlangsung, membuat Discovery Flamine menjadi lokasi yang tepat untuk melaksanakan kegiatan magang. Tujuan dari kegiatan magang ini adalah mempelajari dan menganalisis pelaksanaan pembangunan pada lanskap perumahan Discovery Flamine mulai dari pelaksanaan administrasi hingga pelaksanaan di lapang. Data yang dibutuhkan pada kegiatan magang ini meliputi aspek biofisik, aspek pelaksanaan administrasi, dan aspek pelaksanaan fisik. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis komparatif, dan

Analytical Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan hasil dari analisis data didapatkan

komponen material merupakan komponen prioritas. sehingga terdapat rekomendasi manajemen proyek dalam proses pelaksanaan lanskap perumahan Discovery Flamine.

Kata kunci: analytical hierarchy process, pelaksanaan lanskap, manajemen proyek, lanskap perumahan

ABSTRACT

SITTI NUUR HALIMAH. Evaluation Landscape Project Management of

Discovery Flamine Residence’s Landscape Bintaro Jaya South Tangerang.

Supervised by KASWANTO.

Discovery Flamine a housing awakened in Bintaro Jaya, Tangerang Selatang specially designed with the aesthetics of modern dwelling. Housing is constructed with a design that is more exclusive and elegant, the concept of wind gusts as one of the project PT. Jaya Real Property, Tbk. Implementation of ongoing development, making Discovery Flamine be an appropriate location for conducting apprenticeship. The purpose of the internship is to study and analyze the implementation of development at Discovery Flamine housing landscape ranging from implementation to implementation in the field of administration. Data needed on the internship activities include biophysical aspects, aspects of the administration, and the aspects of physical implementation. Analysis of the data used is descriptive analysis, comparative analysis, and Analytical Hierarchy Process (AHP). Based on the results of analysis data obtained material component is a priority component. So there is recommendation of project management in the implementation process Discovery Flamine residential landscape.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Lanskap

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

EVALUASI MANAJEMEN PROYEK LANSKAP

PERUMAHAN DISCOVERY FLAMINE BINTARO JAYA

TANGERANG SELATAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2016

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

()++.$ .

)+.$ .

(8)
(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwata’ala atas segala hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Evaluasi Manajemen Proyek Lanskap Perumahan Discovery Flamine Bintaro Jaya Tangerang Selatan” ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Lanskap pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu penulis dari awal kegiatan magang sampai akhir penyusunan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada

1. Orang tua penulis, Bapak Ahmad Mukhlis dan Ibu Ummy Khusnul Sulastri serta si kembar Muhammad Nail dan Muhammad Nabil atas doa , dukungan, dan kesabarannya dalam menunggu selesainya skripsi ini. 2. Dr. Kaswanto, SP, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya dalam memberikan arahan, masukan, bimbingan, dan koreksi dalam penyusunan skripsi ini, 3. Ibu Pingkan Nuryanti, ST, MEng dan Ibu Fitriyah Nurul H Utami ST, MT

selaku dosen penguji sidang skripsi yang sangat banyak memberikan masukan untuk perbaikan skripsi agar menjadi lebih baik lagi,

4. Dr. Ir. Setia Hadi, MS selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan di bidang akademik,

5. Ibu T. Arya Cindy, Pak Bambang, Pak Robin, Pak Deri dan Kak Firdha selaku tim lanskap PT. Jaya Real Property, Tbk, dan seluruh teman-teman kontraktor lanskap yang telah membantu dan memberi bimbingan selama kegiatan magang,

6. Teman yang telah banyak membantu dan direpotkan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan skripsi,

7. Arsitektur Lanskap angkatan 2011 (ARL 48) yang sudah mengisi hari-hari penulis selama belajar di departemen ini penuh dengan kenangan.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

Manajemen dan Kinerja Waktu Pelaksanaan Proyek 6

(12)

Topografi dan Tanah 18

3. Pembangunan Dinding dan Pengecoran Kolom 24

4. Pembangunan Atap 26

5. Pemasangan Kloset, Keramik, Jendela dan Pintu 27

Pembangunan Gerbang Cluster 28

Pembangunan Dinding Dekoratif 31

Pembangunan Taman Utama Cluster 34

1. Pekerjaan pembersihan, pengolahan, dan pematokan lahan 34

2. Pekerjaan Hardscape 34

Sintesis Tergabung (Combined Synthesis) 54

(13)

4. Pengelolaan 64

5. Teknik 66

Partisipasi Mahasiswa 67

KESIMPULAN DAN SARAN 68

Kesimpulan 68

Saran 68

DAFTAR PUSTAKA 69

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Metode magang yang digunakan 11

Tabel 2 Daftar pakar penilai komponen manajemen proyek lanskap 13 Tabel 3 Luas area pada cluster Discovery Flamine 17 Tabel 4 Daftar jenis tanaman pohon dan semak pada taman cluster 43 Tabel 5 Ringkasan pembobotan dan prioritas komponen serta variabel 56

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan kerangka pikir magang 3

Gambar 2 Peta Lokasi Discovery Flamine 10

Gambar 3 Struktur organisasi pada unit proyek 16

Gambar 4 Peta batas tapak Discovery Flamine 17

Gambar 5 Danau buatan yang terletak di tengah taman distrik 19

Gambar 6 Kegiatan rapat koordinasi mingguan 22

Gambar 7 Pekerjaan pembersihan dan pematokan area pembangunan 23 Gambar 8 Pembuatan pondasi menerus dan kerangka sloof pos jaga 24 Gambar 9 Pembuatan kerangka kolom pos jaga (a), proses pengeringan

coran kolom pos jaga (b) 25

Gambar 10 Kegiatan pengadukan bahan coran dan pengecoran atap pos jaga 26 Gambar 11 Pelepasan bekisting pada atap pos jaga (a), kegiatan plesteran

pada atap pos jaga (b) 27

Gambar 12 Finishing pemasangan keramik kloset pos jaga 27 Gambar 13 Pasangan keramik pada dinding toilet pos jaga (a), finishing

pemasangan keramik kloset pos jaga (b) 28 Gambar 14 Pekerjaan galian tanah pondasi dan pemasangan kerangka kolom kanopi (a), pekerjaan pengecoran kolom kanopi bagian atas (b) 29 Gambar 15 Kegiatan pembuatan kerangka balok untuk kanopi (a), proses

pengeringan coran balok kanopi (b) 29 Gambar 16 kegiatan pemasangan kerangka ACP kanopi gerbang cluster 30

Gambar 17 Proses pengeringan coran kolom pagar 30

Gambar 18 Proses pembuatan dan pengelasan kerangka pagar (a), proses Gambar 21 Proses pembuatan pola pada dinding (a), proses pembuatan ban- banan (b), dan proses pengacian ban-banan dinding dekoratif (c) 33 Gambar 22 Pengecatan pada dinding dekoratif (a), proses pemasangan

signage (b) 33

Gambar 23 Proses pembersihan lahan taman cluster 34

Gambar 24 Proses pematokan taman cluster 34

Gambar 25 Proses pemasangan paving taman cluster 35

Gambar 26 Proses pembuatan curb pada pavement 35

(15)

pembuatan pola kincir pada taman cluster (b) 35 Gambar 28 Proses pemasangan wiremash dan pengecoran pavement kincir 36 Gambar 29 Proses pembersihan paving dari batu koral yang tidak terpasang 36 Gambar 30 Proses penacian bagian dalam planter box 36 Gambar 31 Bangku taman yang telah terisi tanah (a), bangku taman yang

telah diplester 37

Gambar 32 Pemasangan besi siku dan wiremash pada shelter taman cluster 37 Gambar 33 Pemasangan tiang besi pada shelter taman cluster 38 Gambar 34 Pemasangan besi penopang pada kerangka atap shelter 38 Gambar 35 Pengecoran dasar pondasi ayunan taman cluster 39 Gambar 36 Kerangka ayunan yang telah dipasang bangku ayunan 39 Gambar 37 Pemasangang bata merah pada ayunan taman cluster 40 Gambar 38 Pembuatan lintasan permainan sliding taman cluster 40 Gambar 39 Pengecatan seluruh bagian sliding (a), dan pemasangan baling baling kincir angin pada sliding (b) 41 Gambar 40 Proses pengamplasan kerangka sculpture (a), dan pengecoran

pondasi sculpture taman cluster (b) 41 Gambar 41 Proses pengeringan coran kolom (a), dan proses pelepasan

bekisting kolom (b) 42

Gambar 42 Sculpture taman cluster yang telah dicat 42 Gambar 43 Proses penanaman pohon pada taman cluster 44 Gambar 44 Proses penambahan tanam ke dalam planter box 44 Gambar 45 Proses penanaman semak pada taman cluster 45 Gambar 46 Proses penanaman rumput pada taman cluster 45 Gambar 47 Proses penyiraman rumput taman cluster pada sore hari 46 Gambar 48 Skema hubungan dan bagan bentuk organisasi proyek 47

Gambar 49 Struktur organisasi lapang 47

Gambar 50 Bentuk struktur organisasi garis 48

Gambar 51 Rancangan struktur hierarki 51

Gambar 52 Sintesis prioritas alternatif serta prioritas komponen praktisi

swasta 52

Gambar 53 Sintesis prioritas alternatif serta prioritas komponen pakar

manajemen proyek 53

Gambar 54 Sintesis prioritas alternatif serta prioritas komponen pakar teknik 54 Gambar 55 Kombinasi diagram pohon komponen, variabel, dan alternatif

prioritas 55

Gambar 56 Grafik sensitivitas kinerja dan sensitivitas dinamis terhadap

Pelaksanaan proyek lanskap 57

Gambar 57 Grafik sensitivitas gradien terhadap pelaksanaan proyek lanskap 58 Gambar 58 Sintesis dan nilai konsistensi keseluruhan 58 Gambar 59 contoh pendataan material secara manual 62 Gambar 60 Kurva kemajuan kerja MS project (a), dan kurva kemajuan kerja 65 Gambar 61 proses pembuatan taman depan (a), dan Proses pembuatan

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Bagan struktur organisasi perusahaan 72

Lampiran 2 Denah lokasi Discovery Flamine 73

Lampiran 3 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan

hardscape 74

Lampiran 4 Surat perintah kerja (SPK) untuk pekerjaan pembangunan

taman cluster 81

Lampiran 5 Gambar kerja taman utama 88

Lampiran 6 Pola penanaman semak pada taman cluster 89

Lampiran 7 Pola penanaman rumput taman cluster 90

Lampiran 8 Laporan kemajuan kerja (kurva S) pembangungan lanskap

Discovery Flamine 91

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Discovery Flamine merupakan suatu perumahan terbangun di kawasan Bintaro Jaya, Tangerang Selatan yang dirancang khusus dengan estetika hunian modern. Flamine yang memiliki arti hembusan angin membuat hunian ini lebih mengoptimalkan sirkulasi udara yang dapat masuk dari berbagai sisi. Desain yang lebih ekslusif dan elegan membuat Discovery Flamine ini menjadi hunian yang nyaman dengan perpaduan lingkungan asri melalui taman Distrik Park. Perumahan ini dibangun sebagai salah satu proyek PT. Jaya Real Property, Tbk. (JRPT). Pembangunan ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk yang paling mendasar. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan kawasan pemukiman yang tinggi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, sehingga menuntut adanya perluasan tempat tinggal.

Pelaksanaan pembangunan lanskap yang terencana dengan baik diperlukan dalam upaya menciptakan suatu ruang terbuka hijau (RTH) terutama pada lanskap perumahan. Kegiatan pelaksanaan lanskap pada umumnya memerlukan tahapan pelaksanaan administrasi dan pelaksanaan fisik yang harus dipersiapkan dengan baik. Tahap pelaksanaan pekerjaan lanskap merupakan realisasi dan bentuk tindak lanjut dari kegiatan perancangan yang meliputi penyerahan kontrak, pengawasan, sanksi pelanggaran dan batas-batas pelaksanaan (Simonds dan Starke, 2006). Keberhasilan suatu pekerjaan dipengaruhi oleh hubungan baik antara pemberi tugas dengan penerima tugas dan pihak-pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan kerja di lapang, seperti pengawas lapang, pengadaan barang, dan konsultan.

Manajemen proyek yang baik dan matang menjadi sebuah kunci utama suatu proyek pembangunan. Adanya manajemen proyek ini, pelaksanaan pembangunan dapat diselesaikan sesuai rencana dan tercapainya keberhasilan pembangunan. Kegiatan pada proses manajemen proyek direncanakan dengan detail dan akurat untuk mengurangi berbagai penyimpangan sehingga didapatkan produk akhir yang maksimal. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan untuk menganalisis kinerja proyek selama proyek tersebut berlangsung. Tindakan analisis ini dapat dilakukan dalam bentuk evaluasi manajemen proyek.

Evaluasi manajemen proyek ini diperlukan sebagai indikator dalam menilai tingkat keberhasilan dari suatu pelaksanaan proyek. Tahapan evaluasi ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pemeliharaan dalam bentuk sebuah pengawasan terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan. Pemeriksaan terhadap kualitas berkenaan dengan mutu produk yang dihasilkan, sedangkan pengawasan terhadap kuantitas pekerjaan dilakukan terhadap ketepatan jumlah volume pekerjaan. Selanjutnya Rachman (1986) mengutarakan bahwa di dalam proses pelaksanaan pekerjaan lanskap hal yang sangat penting dilakukan adalah pengawasan dan evaluasi secara sinambung dan fleksibel serta peka terhadap penyempurnaan sejauh waktu dan dana memungkinkan.

(18)

Pelaksanaan pembangunan yang sedang berlangsung, membuat Discovery Flamine menjadi lokasi yang tepat untuk melaksanakan kegiatan magang, sehingga magang pada pelaksanaan ini diharapkan dapat menjadi acuan pembelajaran yang baik bagi mahasiswa sebagai upaya memenuhi pengetahuan dan pengalaman pada bidang pelaksanaan dan evaluasi proyek lanskap perumahan yang ramah lingkungan.

Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang ini yaitu memperoleh pengalaman dan pengetahuan serta memperluas wawasan di bidang arsitektur lanskap. Sedangkan untuk tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah

1. mempelajari dan mengikuti proses bekerja di studio dan di lapangan sesuai dengan manajemen kerja yang diterapkan oleh perusahaan;

2. menganalisis sistem dan teknik yang digunakan dalam pelaksanaan proyek perumahan Discovery Flamine;

3. mengevaluasi indikator manajemen proyek yang terdapat dalam pelaksaksanaan proyek perumahan Discovery Flamine;

4. mengajukan usulan rekomendasi manajemen proyek pelaksanaan lanskap Discovery Flamine.

Manfaat

Manfaat dari kegiatan magang ini adalah meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam bidang pelaksanaan dan evaluasi pekerjaan proyek kontruksi serta mendapatkan pengalaman kerja nyata. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak pengembang dan menjadi alternatif solusi dari berbagai permasalahan yang terjadi selama proses pelaksanaan proyek lanskap Discovery Flamine. Selain itu juga dapat membangun kerja sama dan hubungan yang baik antara Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor dengan pihak PT Jaya Real Property, Tbk.

Kerangka Pikir

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap

Lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu, dimana elemen-elemennya dibagi menjadi elemen-elemen lanskap utama dan elemen- elemen lanskap penunjang. Elemen lanskap utama adalah elemen yang tidak dapat diubah atau sukar sekali diubah seperti gunung, lembah, sungai, daratan, pantai, danau, lautan dan sebagainya. Elemen lanskap penunjang adalah elemen lanskap yang dapat diubah sesuai keinginan perencana atau pemakainya seperti bukit, anak sungai dan aliran air yang kecil (Simonds,1983). Berdasarkan campur tangan

Gambar 1 Bagan kerangka pikir magang Pembangunan Lanskap

Manajemen Proyek Perencanaan Pengorganisasian

n

Pelaksanaan Pengendalian

Pengenalan Kondisi Umum Perusahaan

Pasca Magang

Pengolahan dan Analisis Data Pelaksanaan Proyek Lanskap

Discovery Flamine

Analytical Hierarchy Process (AHP) Method

Rekomendasi Manajemen Proyek Lanskap

(20)

manusia, lanskap dapat berbentuk (1) lanskap alami seperti lanskap pegunungan, rawa, sungai, riverscape; (2) lanskap buatan seperti lanskap kota (urbanscape), lanskap pemukiman penduduk kota, lingkungan pabrik dan (3) perpaduan harmonis antara lanskap alami dan buatan seperti suatu lanskap pedesaan dengan pemukiman manusia, terasering persawahan padi dengan pondok pelepas lelah dan sebagainya (Adriana,1992).

Taman Lingkungan

Eckbo (1964) mengemukakan bahwa taman adalah ruang yang memiliki keterbatasan penggunaan dan bentuk fleksibel, dibangun dengan kontruksi yang minimum dan maksimalkan material alami tanpa diproses terlebih dahulu, untuk beristirahat, viewing, kontemplasi, mediasi, tidur, bermimpi, sosialisasi yang pasif dan bermain bebas. Selanjutnya Crow (1981) juga mengemukakan bahwa dalam pembuatan sebuah taman lebih baik berbeda dengan yang sudah ada atau yang jarang ditemui. Desain taman adalah sebuah seni, seperti dalam pengetahuan melukis dan bermusik yang tidak hanya memntingkan tampilannya tetapi juga memperhitungkan sampai kenyamanan secara keseluruhan sehingga dapat dinikmati, jadi ilmu desain tidak hanya untuk dinikmati satu pribadi, tapi untuk kesenangan orang lain juga yang melihat taman tersebut.

Berdasarkan Permen PU No. 5 tahun 2008 tentang “Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di kawasan Perkotaan”, taman lingkungan didefinisikan sebagai lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan lain pada lingkungan. Taman ini mempunyai fungsi sebagai paru-paru kota (sirkulasi udara dan penyinaran), peredam kebisingan, menambah keindahan visual, area interaksi, rekreasi, tempat bermain, dan menciptakan kenyaman lingkungan.

Pelaksanaan Pekerjaan Lanskap

Tahap pelaksanaan pekerjaan Lanskap merupakan realisasi dan bentuk tindak lanjut dari kegiatan perancangan yang meliputi pekerjaan penyerahan kontrak, pengawasan, sanksi pelanggaran dan batas-batas pelaksanaan (Simonds dan Starke, 2006). Selanjutnya Rachman (1984) menambahkan bahwa di dalam proses pelaksanaan pekerjaan lanskap hal yang sangat penting dilakukan adalah pengawasan dan evaluasi secara sinambung dan fleksibel serta peka terhadap penyempurnaan sejauh waktu dan dana memungkinkan.

Pelaksanaan (construction) merupakan tahap yang dilakukan setelah proses perencanaan dan perancangan selesai. Menurut Harris dan Dines (1988), tahap pelaksanaan terdiri dari:

1. pekerjaan pembangunan, pengawasan, dan koordinasi yang mencakup administrasi, jadwal kerja, laporan, dokumentasi, pengawasan serta kontrol biaya.

2. penerimaan pekerjaan, meliputi penyetujuan kelengkapan pekerjaan dan pembayaran kepada kontraktor.

(21)

arah kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan fisik pekerjaan lanskap antara lain meliputi pekerjaan pengukuran dan pematokan, pengolahan tanah, pelaksanaan hard material, pelaksanaan soft material dan pemeliharaan (Rachman, 1984).

Arifin dan Arifin (2005) mengatakan bahwa pemborong pembuatan taman disebut juga sebagai kontraktor taman. Kontraktor taman terpilih harus melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana dan dokumen lain yang ditetapkan perencana. Oleh karena itu, seorang kontraktor taman harus berhubungan dan berkomunikasi secara langsung dengan arsitek taman, baik sebelum penawaran kontrak atau sesudahnya. Selanjutnya, Arifin dan Arifin (2005) menambahkan bahwa seorang kontraktor taman tidak dapat mengubah rencana dan rancangan taman sekehendak hatinya sendiri, tetapi harus berkonsultasi dengan perancang taman atau paling tidak dengan pemiliknya.

Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan cara teknis yang terbaik dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu, dan waktu, serta keselamatan kerja. Dapat diuraikan bahwa proses manajemen proyek dimulai dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga pengendalian. Kegiatan-kegiatan pada proses manajemen proyek direncanakan dengan detail dan akurat untuk mengurangi penyimpangan-penyimpangan sehingga didapatkan produk akhir yang maksimal. Jika terdapat tindakan koreksi dalam proses selanjutnya, diusahakan koreksi tersebut tidak terlalu banyak (Husen, 2010).

Menurut Kerzner (1995), manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Selanjutnya, manajemen proyek menggunakan pendekatan sistem dan hirarki (arus kegiatan) vertikal dan horizontal. Manajemen konstruksi merupakan bagian dari manajemen proyek yang mengkhususkan pada bidang konstruksi.Konsep manajemen proyek, yang mendasari suatu perencanaan, merupakan tindakan strategi pelaksanaan terhadap pencapaian tujuan yang menjadi prioritas terlaksananya pengaturan proyek konstruksi secara efektif dan efisien sesuai dengan yang diharapkan. Oleh sebab itu, pengendalian manajemen proyek yang terencana akan menghasilkan potensi dalam beberapa hal, antara lain (Kerzner, 1995) :

 pengidentifikasian terhadap fungsi tanggung jawab untuk dapat meyakinkan bahwa semua aktivitas dapat terjamin kelancarannya;

 mengurangi kebutuhan akan laporan yang berkesinambungan;

 pengidentifikasian terhadap batas penjadwalan;

 pengidentifikasian terhadap metodologi analisa kerja;

 pengukuran tingkat perencanan;

 pengujian kemampuan perkiraan terhadap perencanaan ke depan;

 dapat mengendalikan pekerjaan yang tidak sesuai dengan tujuan.

(22)

jelas dan penuh ketidakpastian, sehingga seorang perencana ditantang untuk dapat menyelesaikan sebuah proyek sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan dengan kebijakan yang rasional, efektif, efisien, tepat, dan menyeluruh. Manajemen proyek dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang terdiri dari penentuan kebijakan apa yang akan dilakukan, apa yang tidak dilakukan, pembagian kerja yang teratur, jelas jenis aktivitasnya, mengilustrasikannya sebagai suatu jaringan kerja aktivitas yang mendeskripsikan aliran hubungan kerja antar aktivitas dan lainnya (Dreger, 1992).

Manajemen dan Kinerja Waktu Pelaksanaan Proyek

Manajemen waktu pada proyek konstruksi merupakan suatu pengendalian dan pengaturan waktu atau jadwal dalam kegiatan proyek. Standar kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh tahapan kegiatan proyek beserta durasi dan penggunaan sumber daya. Berdasarkan semua data dan informasi yang telah diperoleh, dilakukan proses penjadwalan sehingga akan didapat output mengenai indikator progress waktu (Husen, 2010).

Manajemen waktu dapat dilakukan dengan menggunakan barchart, kurva S, network planning, dan kurva earned value. Hasil dari menggunakan metode-metode di atas perlu dievaluasi dan dikoreksi agar kinerja waktu tercapai sesuai rencana. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pertimbangan penggunaan metode-metode tersebut didasarkan atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap kinerja penjadwalan. Kinerja waktu akan berimplikasi terhadap kinerja biaya, sekaligus kinerja proyek secara keseluruhan. Oleh karena itu, variabel-variabel yang mempengaruhinya juga harus dimonitor, misalnya mutu, keselamatan kerja, ketersediaan peralatan dan material, serta stakeholder proyek yang terlibat. Pada pelaksanaannya terdapat masalah-masalah yang dapat menghambat kinerja waktu, antara lain alokasi penempatan sumber daya yang tidak efektif, jumlah tenaga yang terbatas, peralatan yang tidak mencukupi, kondisi cuaca yang buruk, dan metode kerja yang salah. Sehingga diperlukan suatu manajemen yang baik dan handal untuk mencegah dan mengurangi masalah-masalah yang dapat terjadi (Husen, 2010).

Seorang manajer proyek mengontrol berbagai macam kegiatan pada lokasi proyek, salah satu aspek penting yang diawasi adalah kinerja waktu. Kinerja waktu adalah proses dari membandingkan kerja di lapangan (actual work) dengan jadwal yang direncanakan (Dipuhusodo, 1996). Waktu pelaksanaan konstruksi (construction duration) dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari hal berikut (Susanto, 2009) :

1. waktu pelaksanaan proyek timbul dari jalur kritis (critical path) dimana jangka waktu untuk setiap aktivitas atau pekerjaan di dalam urutan kerja tidak bisa dikurangi;

(23)

3. waktu pelaksanaan proyek adalah suatu jangka waktu sebagai hasil suatu pengujian satu atau lebih metode menyelesaikan pekerjaan atas dasar biaya minimum;

4. waktu pelaksanaan proyek mengacu pada waktu yang telah ditetapkan untuk melaksanakan dan melengkapi setiap aktivitas pekerjaan yang menggunakan semua sumber daya dan informasi proyek di dalam suatu estimasi atau perkiraan biaya;

5. waktu konstruksi dapat digambarkan sebagai periode yang berlaku dari pembukaan lokasi kerja hingga waktu penyelesaian bangunan kepada klien. Hal tersebut umumnya ditetapkan sebelum pembukaan konstruksi. Pada proses pelaksanaan terdapat beberapa faktor yang berpengaruh pada saat proses pelaksanaan proyek, yaitu faktor internal dan eksternal yang diuraikan sebagai berikut :

 faktor internal, merupakan faktor yang dipengaruhi oleh pihak pelaksana proyek. Pada proyek kontruksi, pihak pelaksana proyek adalah kontraktor. Pada faktor internal atau faktor pelaksanaan, aspek-aspek yang potensial dapat menyebabkan munculnya kendala pada saat pelaksanaan diantaranya faktor material, alat, pekerja serta manajemen pelaksanaan.

 faktor eksternal, merupakan faktor yang dipengaruhi oleh pihak-pihak diluar pelaksanaan proyek, tetapi berperan langsung atas proses kontruksi. Pada faktor eksternal, aspek-aspek yang potensial dapat menyebabkan munculnya kendala disebabkan oleh pihak owner, pengawas serta perencana.

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek konstruksi dikutip dari Yates (1993) diacu dalam Susanto (2009),antara lain :

(24)

• Pengiriman material

• Kelemahan pada penjadwalan tenaga kerja • Kurang persiapan sesuai urutan pekerjaan

Pengendalian adalah proses yang sangat penting untuk menjamin bahwa aktivitas yang sesungguhnya sesuai dengan aktivitas yang telah direncanakan (Soekoto, 1993). Menurut Mockler (1972), pengendalian adalah usaha sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan koreksi yang diperlukan agar sumber daya dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.

Menurut Susanto (2009), salah satu aspek yang termasuk dalam hal pengawasan dan pengendalian pada proyek konstruksi adalah aspek pengawasan waktu. Kontrol waktu terhadap proyek mempunyai sasaran tunggal yaitu menjaga agar waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana yang disepakati. Langkah-langkah untuk pengawasan tersebut antara lain :

1. Pencatatan dan pelaporan kemajuan pekerjaan, frekuensinya sangat tergantung pada keadaan dan jenis proyek. Semakin penting proyek tersebut maka frekuensi pelaporannya semakin tinggi, demikian sebaliknya. Laporan kemajuan pekerjaan dapat berupa laporan harian, mingguan, bulanan, dan lebih lama lagi. Laporan tersebut dibuat oleh kontraktor dan disetujui oleh konsultan pengawas. Laporan berisikan tentang : kegiatan yang dilakukan, bahan, peralatan, tenaga kerja, keadaan cuaca, serta hal-hal lain yang terjadi pada saat tersebut, seperti risalah rapat, keadaan cuaca bulanan, keadaan prestasi pekerjaan selama satu bulan, foto-foto perkembangan pekerjaan, dan masalah lain yang perlu dilaporkan.

(25)

digunakan berupa barchart serta kurva S, arrow diagram, dan diagram skala waktu.

Pengendalian proyek dapat dilaksanakan dengan menggunakan perangkat lunak atau program Microsoft Project. Program ini dikembangkan dan dijual oleh Microsoft, yang dirancang untuk membantu manajer proyek dalam mengembangkan rencana, menetapkan sumber daya untuk pekerjaan, pengawasan kemajuan, pengelolaan anggaran, dan menganalisis beban kerja. Microsoft Project digunakan untuk memperkirakan sumber daya yang dikerahkan untuk pekerjaan, menghitung biaya, menghitung waktu tingkat kerja, yang dimulai dari tingkat tugas paling kecil hingga akhirnya ke tingkat proyek. Program ini memiliki aplikasi untuk membuat jadwal jalur kritis dan rantai kritis. Jadwal dan rantai kritis dapat divisualisasikan dalam bagan Gantt. Selain itu, Microsoft Project dapat mengenali kelas yang berbeda dari pengguna. Kelas-kelas yang berbeda dari pengguna dapat memiliki perbedaan tingkat akses ke proyek, pandangan, dan data lainnya. Microsoft Project menciptakan anggaran didasarkan pada tingkat pekerjaan dan tingkat sumber daya yang tersedia. Sumber daya (manusia, peralatan, dan bahan) dapat dibagi didalam sebuah proyek dengan menggunakan kolam sumber daya bersama. Setiap sumber daya dapat memiliki penjadwalan sendiri, yang menjelaskan kapan sumber daya tersebut tersedia. Setiap sumber daya dapat ditugaskan untuk banyak pekerjaan dalam rencana ganda. Semua sumber daya dapat dijelaskan dalam label tanpa batas, sehingga perencanaan sumber daya tidak dapat menentukan berapa banyak produk jadi (hasil) yang dapat diproduksi dengan jumlah bahan baku yang disediakan. Hal ini membuat Microsoft Project tidak cocok untuk memecahkan masalah produksi yang dibatasi oleh bahan yang tersedia (Martendreck, 2012)

Evaluasi Lanskap

(26)

METODE

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan magang dilaksanakan di PT. Jaya Real Property, Tbk., sebagai pengembang kawasan pemukiman Bintaro Jaya yang terletak di Jl. H. Sarmah, Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia (Gambar 2). Kegiatan Magang dilaksanakan pada Unit Proyek PT. Jaya Real Property, Tbk. dibawah bimbingan manager lanskap selama empat bulan, dimulai pada Februari sampai Mei 2015.

Batasan Studi

Pengambilan data magang terbatas pada pembangunan lanskap perumahan sebagai fasilitas umum yang berada di kawasan cluster Discovery Flamine. Pengambilan data meliputi pembangunan lanskap seperti taman utama, pos jaga, dan signage. Pengambilan data tidak mencakup area komersial seperti bangunan rumah dan tidak juga mencakup pembangunan jalan, infrastruktur, dan utilitas cluster.

Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan peralatan baik perangkat menggunakan perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Alat yang digunakan yaitu kamera digital, laptop, dan software pengolahan data AHP yaitu

Gambar 2 Peta Lokasi Discovery Flamine

(Sumber : Google map, citra digital globe 2015)

(27)

Expert Choice v.11. Bahan yang digunakan data kegiatan proyek pembangunan lanskap, lembar kuisioner, dan penilaian pakar. Data kegiatan proyek disini berupa kondisi umum perusahaan dan tapak proyek, proses pembangunan proyek lanskap baik berupa pelaksanaan fisik maupun administrasi.

Metode Magang

Metode magang terbagi menjadi empat bagian berdasarkan tujuan yang ingin diperoleh, yaitu survei, studi pustaka, wawancara, dan AHP (Tabel 1). Tabel 1 Metode magang yang digunakan

No Metode Tujuan

1 Survei dan studi pustaka mempelajari dan mengikuti proses bekerja di studio dan di lapangan sesuai dengan manajemen kerja yang diterapkan oleh perusahaan.

2 Survei, studi pustaka, dan wawancara

menganalisis sistem dan teknik yang digunakan dalam pelaksanaan proyek perumahan Discovery Flamine.

3 Survei, studi pustaka, wawancara, dan AHP

mengevaluasi berbagai indikator yang menjadi faktor keberhasilan dan penghambat dalam pelaksaksanaan proyek perumahan Discovery Flamine.

4 Studi pustaka manajemen proyek mengajukan usulan rekomendasi manajemen proyek pelaksanaan lanskap Discovery Flamine.

Survei

Survei dilakukan terhadap data biofisik dan data fisik pelaksanaan lanskap. Data biofisik ini sendiri merupakan data yang akan digunakan sebagai data kondisi umum tapak. Data biofisik ini berupa letak dan luas wilayah, aksesibilitas dan sirkulasi, iklim, topografi, dan geologi tanah yang didapatkan dari perusahaan maupun turun lapang. Sedangkan kondisi fisik pelaksanaan ini digunakan sebagai data yang akan dianalisis, mulai dari tahap persiapan hingga pemeliharaan. Wawancara

Wawancara ini dilakukan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan lanskap. Hampir setiap data yang dipakai membutuhkan proses wawancara mulai dari kondisi umum, pelaksanaan fisik hingga pelaksanaan administrasinya. Kondisi umum perusahaan disini meliputi srtuktur organisasi perusahaan, sejarah organisasi, rencana anggaran biaya,hingga berita acara serah terima.

Studi Pustaka

(28)

yang menggunakan studi pustaka dalam pengambilan datanya seperti rencana anggaran biaya, surat perintah kerja, dan berita acara serah terima.

Metode dan Pengolahan Data

Metode analisis data merupakan lanjutan dari tahap penelitian. Pada tahap ini terdapat tiga metode yang digunakan dalam menganalisis data berdasarkan tujuan yang akan dicapai, yaitu:

1. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan kondisi umum perusahaan dan proses bekerja di studio dan di lapang;

2. Analisis komparatif digunakan untuk menganalisis sistem dan teknik yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan lanskap;

3. Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menentukan faktor

prioritas manajemen pelaksanaan proyek lanskap berdasarkan preferensi pakar.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan kumpulan data hasil pengamatan di lapang. Metode yang digunakan berkaitan dengan pengumpulan, peringkasan, dan penyajian data mengenai pelaksanaan proyek lanskap sehingga memberikan informasi yang berguna dan menatanya dalam bentuk yang siap untuk dianalisis. Sejumlah data yang akan dibahas dalam analisis deskriptif ini adalah mengenai kondisi umum perusahaan, kondisi tapak, pelaksanaan administrasi, dan juga pelaksanaan fisik proyek lanskap.

Analisis Komparatif

Analisis komparatif merupakan teknik analisis yang dilakukan dengan cara membuat perbanding antar kegiatan yang dilakukan sesuai standar yang berlaku. Analisis komparatif ini yang bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan administrasi dan pelaksanaan proyek lanskap perumahan yang dilakukan. Analisis tersebut digunakan dengan cara membandingkan kegiatan pelaksanaan proyek yang dilakukan selama magang dengan teori-teori yang didapat pada studi literatur. Analytical Hierarchy Process

Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menentukan faktor

prioritas manajemen pelaksanaan proyek lanskap berdasarkan preferensi pakar. Hal ini diperlukan untuk mengetahui faktor apa saja yang sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan pelaksanaan proyek lanskap selama proses pelaksanaan. Cara mengetahui faktor-faktor pada manajemen proyek dilakukan studi pustaka mengenai standar, prinsip dan kinerja proyek. Struktur hierarki yang dihasilkan dari studi pustaka dianalisis dengan metode AHP menurut Saaty (1993).

(29)

konsistensi rasio. Hal ini dilakukan terhadap semua kriteria menggunakan bantuan perangkat lunak Expert Choice v.11.

Kuesioner AHPdiberikan kepada responden pakar. Responden ditentukan berdasarkan keahlian dan pengetahuan mereka tentang “manajemen proyek. Pakar yang dipilih sebagai responden sebanyak tiga orang yang mewakili yaitu praktisi swasta diwakili oleh T Arya Cindy, pakar manajemen proyek oleh Ir. Meiske Widyawarti, M.Eng., Pakar Teknik oleh Pingkan Nuryanti, ST., M.Eng. Penentuan pakar sebagai responden memiliki kriteria 1) memiliki keahlian atau menguasai secara akademik bidang yang diteliti; 2) memiliki reputasi kedudukan atau jabatan dan sebagai ahli pada bidang yang diteliti; dan 3) memiliki pengalaman dalam bidang kajian yang dimiliki. Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat tiga orang responden pakar yang telah ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Daftar pakar penilai komponen manajemen proyek lanskap

Bidang keahlian Asal Institusi/Lembaga Jumlah Responden

Praktisi Swasta PT Jaya Real Property 1

Pakar Manajemen Proyek Institut Pertanian Bogor 1

Pakar Teknik Institut Pertanian Bogor 1

Jumlah 3

Kuisioner ini berisi pertanyaan prioritas dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan (pairwise comparison) dengan struktur hierarki yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan hasil survei lapang. Setelah itu, dibuat daftar pertanyaan perbandingan berpasangan dengan jumlah perbandingan antarkomponen sebanyak 20 perbandingan, jumlah antarvariabel dalam komponen sebanyak 22 perbandingan, dan jumlah perbandingan variabel terhadap masing-masing alternatif sebanyak 25 pertanyaan. Semua hal tersebut menjadi bahan untuk merumuskan evaluasi dan arahan dalam pengambilan keputusan terpenting dalam penyelesaian masalah. Hasilnya akan menggambarkan struktur dan pembobotan dari setiap komponen-komponen manajemen proyek. Hal ini membantu dalam pemilihan prioritas alternatif dalam menghadapi kendala pembangunan proyek.

Rekomendasi

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Sejarah dan Profil Perusahaan

PT Jaya Real Property, Tbk. (JRPT) merupakan salah satu perusahaan pengembang real estate terkemuka di Indonesia dengan portofolio di Jakarta Selatan, Barat, dan Pusat. Didirikan pada tanggal 25 Mei 1979 dan memulai kegiatan usaha pada tahun 1980. Kantor pusat JRPT terletak di CBD Emerald Blok CE/A No. 1, Boulevard Bintaro Jaya Tangerang-15227, Banten dan proyek berlokasi di Jakarta dan Tangerang. Perusahaan memfokuskan pembangunan dan pengembangan kawasan terpadu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari berbagai tingkatan. Bintaro Jaya merupakan proyek unggulan yang diberi nama kota satelit, dibangun di atas lahan seluas 2000 hektar dengan beragam pilihan rumah yang dilengkapi dengan sejumlah fasilitas terbaik diantaranya sekolah unggulan, pelayanan kesehatan, pusat perbelanjaan, tempat usaha, rekreasi serta jaringan informasi yang terintergrasi. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 1994, JRPT berkomitmen untuk selalu menjaga pertumbuhan usaha dan meningkatkan kepercayaan pemegang saham, pelanggan, lingkungan, dan masyarakat dengan menjadi mitra usaha yang bertanggung jawab. Visi dari perusahaan ini sendiri adalah menjadi salah satu pengembang dan pengelolaan properti terbaik di Indonesia, dengan misi perusahaan :

1. mencapai pertumbuhan pendapatan diatas rata-rata pertumbuhan industri real estate dan properti di Indonesia,

2. memberi produk dan pelayanan yang bermutu yang memuaskan konsumen, 3. membangun sumberdaya manusia yang berkualitas dan iklim kerja yang baik

untuk menjaga kinerja yang tinggi,

4. mengoptimalkan produktivitas seluruh sumber daya yang dimiliki demi memanfaatkan konsumen, pemegang saham, dan karyawan,

5. peduli pada aspek sosial dan lingkungan di setiap unit usaha.

Sebagai perusahaan pengembangan properti JRPT menempatkan prioritas tertinggi terhadap lingkungan dengan mengambil langkah-langkah dalam memperbaiki dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan melalui desain cluster, pengelolaan kawasan dan kegiatan yang meningkatkan kesadaran akan lingkungan.

Dalam ISO 9001:2008 seluruh hal yang tertera pada Prosedur Kerja dan Instruksi Kerja (PK/IK) perusahaan harus dilaksanakan, dan seluruh hal yang dikerjakan oleh perusahaan harus mempunyai bukti tertulis yang valid. Audit ISO dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu audit internal yang dilakukan antar unit dalam perusahaan dan audit eksternal yang dilakukan oleh badan sertifikasi ISO. Berdasarkan dari laporan tahunan JRPT, ECOmmunity memadukan fitur-fitur dan fasilitas pada hunian dengan lingkungan sekitarnya yang terbagi dalam beberapa katagori yaitu:

(31)

biotank, penggunaan grease trap dan optimalisasi penggunaan vegetasi untuk mengurangi polusi udara,

2. earth care: mendorong pelestarian hutan dan lingkungan dengan menitik- beratkan pada pengurangan penggunaan kayu sebagai bahan bangunan dan konservasi sumber daya alam. beberapa aplikasinya antara lain pemilihan bahan bangunan yang dapat diperbaharui, pemilihan material carport, penggunaan teknik biopori serta penerapan roof garden,

3. energy care: membantu warga menghemat konsumsi energi sekaligus mengurangi biaya penggunaan tenaga listrik dengan peduli terhadap penggunaan fitur/sistem yang dapat mengurangi pemakaian energi. Beberapa aplikasinya antara lain optimalisasi pencahayaan dan sirkulasi udara alami, pemakaian elemen air, penggunaan sistem gravitasi, penggunaan alumunium foil dan penanaman pohon peneduh.

Pendekatan melalui tanggung jawab lingkungan adalah merupakan bagian dari strategi pertumbuhan jangka panjang. Selain sebagai salah satu kewajiban perusahaan, hal ini juga dapat menjadi daya yang kuat untuk menarik pelanggan potensial dan faktor penting untuk kepuasan penghuni lama. Perusahaan menciptakan sebuah program peningkatan kualitas sebagai bentuk promosi terhadap produk yang akan dikembangkan seperti mengefisiensikan energi melalui bentuk desain interior maupun eksterior yang diciptakan. Selama tahun 2009, unit bisnis Graha Raya dianugrahi sertifikat ISO 9001:2008 untuk manajemen perumahan dan pengelolaan mengikuti perumahan Bintaro Jaya dan Plaza Bintaro Jaya, yang sudah bersertifikasi ISO 9001:2008 sejak tahun 2006. Hal ini diterapkan pada proses perizinan bangunan diidentifikasi sebagai prioritas untuk perbaikan dan selanjutnya dilakukan poembahasan lebih lanjut.

Struktur Organisasi

Pada PT Jaya Real Property ini merupakan sebuah perusahaan property yang dipimpin oleh komisaris utama Dr. Ir. Ciputra sebagai pendiri Jaya Group, yang dibantu oleh komisaris, komisaris independen, dan direktur utama. Perusahaan Jaya Real properti ini mempunyai tiga direktur yang memegang peranannya masing-masing. Bagan struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada (Lampiran 1). Selama pelaksanaan magang, mahasiswa di tempakan pada bagian unit proyek PT. Jaya Real Property, Tbk yang dipimpin oleh seorang manajer proyek. Selama pelaksanaan magang ini mahasiswa menjabat sebagai student training dibawah bimbingan pengawas lanskap. Unit proyek ini bertugas dalam membangun atau mengimplentasikan produk sesuai gambar kerja yang telah dibuat oleh unit perencanaan dan pengembangan. Unit proyek terbagi menjadi beberapa bidang kerja diantaranya bangunan, administrasi dan tender, serta infrastruktur yang masing-masing bidang kerja dipimpin oleh seorang koordinator manajer.

(32)

lanskap, serta pemasangan pipa-pipa saluran air, kabel listrik dan kabel telepon yang dipimpin oleh manajer utilitas. Struktur organisasi pada unit proyek dapat dilihat pada Gambar 3.

Selama pelaksanaan magang ini mahasiswa mengikuti kegiatan yang ada di lapang seperti mengawasi progres pelaksanaan kontruksi taman. Pelaksanaan proyek lanskap ini dipimpin oleh seorang manajer lanskap mulai dari pembuatan jadwal pelaksanaan sampai koordinasi teknis pekerjaan yang ada di lapang. Luas dan Batasan Tapak

Discovery Flamine merupakan cluster ke-tujuh yang dikembangkan di district Discovery kawasan Bintaro, Tangerang Selatan. Cluster ini berdiri di atas permukaan tanah seluas 4.5 hektar atau 45 000 m² yang terdiri dari area komersia atau salable area dan area fasilitas umum. Area komersial ini sendiri memiliki luas sekitas 29 899 m² dengan proporsi 59% dari lahan berupa area terbangun yang terdiri dari 179 unit kavling. Masing-masing kavling mempunyai luasan yang berbeda sesuai dengan tipe huniannya yaitu tipe Zefira dengan luas bangunan (LB) 140 m² dan luas tanah (LT) 120 m², Briza (LB 152 m² / LT 135 m²), dan Galea (LB 180 m² / LT 150 m²). Selanjutnya, sisa lahan seluas 20 748 m² dengan proporsi 41% digunakan sebagai ruang terbuka hijau berupa fasilitas umum seperti gerbang cluster, pos jaga, jalan, berm, taman rumah dan taman utama pada Tabel 3.

Cluster Discovery Flamine berbatasan langsung dengan Discovery Serenity dan terletak paling akhir dalam district Discovery kawasan Bintaro. Sebelah utara dan barat perumahan ini berbatasan langsung dengan pemukiman warga, sedangkan pada sebelah selatan berbatasan dengan Discovery Serenity dan sebelah timur berbatasan dengan Discovery Eola. Pembangunan perumahan atau area komersial ini terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pertama di blok DH/C, DH/D, DH/E, DH/F, DH/G, sebagian DH/H, DH/L dan DH/M. Sedangkan untuk

Manajer Unit Proyek

Supervisor Lanskap Supervisor Lanskap Supervisor Lanskap

(33)

tahap kedua berada di blok DH/A, DH/BI, DH/H, DH/I, DH/J, dan DH/K (Gambar 4), untuk gambar yang lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 3 Luas area pada cluster Discovery Flamine

A. Area Komersial (salable area) Kavling Blok Standar

(Sumber: PT. Jaya Real Property, Tbk, 2015)

(34)

Aksesibilitas dan Sirkulasi

Lokasi Distrik Discovery berdiri di kawasan yang strategis, memiliki akses langsung dengan jalan Boulevard Bintaro jaya dan dapat diakses dengan menggunakan kendaraan pribadi atau pun kendaraan umum. Akses menuju ke tempat umum seperti sekolah, rumah sakit, maupun pusat perbelanjaan semakin mudah dengan transportasi yang sengaja disediakan oleh pihak pengembang. Transportasi tersebut berupa bus intrans yang beroperasi di sekitar kawasan Bintaro Jaya. Selain dengan menggunakan transportasi yang sudah disediakan, kawasan Distrik Discovery ini terkoneksi dengan Boulevard Utama Row 50 meter yang merupakan akses langsung ke pintu tol Pondok Ranji di ruas tol Bintaro-Pondok Indah. Akses tol ini juga diperluas hingga ke tol JORR 2 ruas Serpong-Kunciran-Bandara Soekarno Hatta. Akses yang dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi umum seperti commuter line dapat diakses melaui stasiun terdekat dengan kawasan seperti Stasiun Pondok Ranji, Stasiun Jurang Mangu, dan Stasiun Sudimara. Stasiun yang sangat dekat dengan halte bus intrans Bintaro adalah Stasiun Jurang Mangu dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki.

Sirkulasi yang berada pada cluster merupakan jalan utama dengan lebar jalan 6 meter. Jalan tersebut ditujukan untuk pengendara roda empat seperti mobil dan bus intrans, pengendara motor, pengendara sepeda dan juga pejalan kaki. Pada cluster hanya terdapat satu pintu masuk dan keluar untuk alasan keamanan. Topografi dan Tanah

Sebagian besar kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendah dan memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-3%. Sedangkan ketinggian wilayah antara 0-25 mdpl. Kondisi geologi Kota Tangerang Selatan umumnya adalah batuan alluvium, yang terdiri dari batuan lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah. Jenis batuan ini mempunyai tingkat kemudahan dikerjakan atau workability yang baik sampai sedang, unsur ketahanan terhadap erosi cukup baik oleh karena itu wilayah Kota Tangerang Selatan masih cukup layak untuk kegiatan perkotaan.

Dilihat dari sebaran jenis tanahnya, pada umumnya di Kota Tangerang Selatan berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan yang secara umum cocok untuk pertanian/perkebunan. Meskipun demikian, dalam kenyataannya semakin banyak yang perubahan dalam penggunaannya untuk kegiatan lain. Kegiatan tersebut yang bersifat non-pertanian. Untuk sebagian wilayah seperti Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu, jenis tanah ada yang mengandung pasir khususnya untuk wilayah yang dekat dengan Sungai Cisadane. Iklim

(35)

terendah terjadi pada bulan September sebesar 22 mm. Sedangkan pada bulan Mei jumlah curah hujan tidak terukur. Sehingga didapat rata-rata curah hujan dalam setahun adalah 193.3 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Desember dengan hari hujan sebanyak 19 hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 4.9 km/jam dan kecepatan maksimum rata-rata 38.3 km/jam.

Drainase

Pada kawasan Distrik Discovery terdapat danau buatan atau polder yang berfungsi sebagai tampungan air dari sekitar kawasan. Seluruh air buangan pada cluster termasuk cluster Discovery Flamine mengalir melalui drainase. Drainase yang digunakan merupakan drainase tertutup dengan penutup grill besi yang langsung terhubung dengan saluran air atau gorong-gorong yang terletak di berm. Selanjutnya, saluran tersebut membawa air menuju polder atau danau buatan yang ada di tengah taman distrik (Gambar 5). Selanjutnya dari polder tersebut air langsung dialirkan ke sungai terdekat. Sehingga danau ini menjadi tempat penampungan sementara pada distrik Discovery.

Konsep

Konsep taman utama pada distrik Discovery sendiri memiliki konsep Totally Green Park yaitu taman yang mengutamakan konsep ramah lingkungan baik secara fisik maupun fungsi. Konsep tersebut juga memiliki konsep pendidikan dan pengetahuan sebagai bentuk pembelajaran bagi anak-anak yang tinggal di kawasan distrik Discovery. Konsep utama distik tersebut kemudian diterapkan pada setiap cluster sesuai dengan tema yang diambil. Pengadaan fasilitas umum seperti taman bermain adalah salah satu bentuk implementasi dari taman berkonsep pendidikan.

Discovery Flamine merupakan cluster ke-tujuh yang dikembangkan di distrik Discovery yang didesain lebih exclusive dan elegan. Konsep pada cluster ini yaitu Flamine, kata flamine berasal dari bahasa Latin yang memiliki arti hembusan angin. Sehingga cluster ini lebih mengoptimalkan sirkulasi udara yang dapat mengalir dari dan ke berbagai sisi. Arsitek dari cluster ini yaitu Vicent Hadi, yang menerapkan konsep hembusan angin pada desain rumah seperti bukaan jendela dan desain ruang di dalam rumah. Penerapan desain ruang ini berbeda pada setiap tipe sesuai dengan luasan rumah dan posisi rumah.

Konsep ini juga diterapkan pada taman utama cluster Discovery Flamine. Konsep ini dapat dilihat dari berbagai elemen taman yang terinspirasi dari permainan tradisional anak dengan memanfaatkan angin seperti kincir angin dan layang-layang. Aplikasi permainan layang-layang dapat terlihat dari sculpture taman yang menjadi vocal point dari taman tersebut dan juga kincir angin yang di

(36)

letakkan pada permainan sliding dan juga ayunan. Konsep ini juga terlihat dari bentukan pola paving taman yang berbentuk seperti kincir angin. Pemakaian tanaman pada taman utama yaitu tanaman ground cover, semak dan juga pohon. Penggunaan tanaman pohon bertujuan sebagai peneduh dan tetap memperhatikan nilai estetikanya. Pepohonan dibuat rapat sehingga keasrian dan kesejukan dapat dirasakan hingga di sekitar rumah. Hal ini serupa dengan konsep utama District Park yang mengutamakan keramahan lingkungan.

Pelaksanaan Administrasi

Pelaksanaan administrasi merupakan salah satu proses pelaksanaan dalam pelaksanaan proyek. Tahap awal dalam melakukan pelaksanaan suatu proyek lanskap adalah melakukan pemilihan kontraktor lanskap pada pembangunan cluster Discovery Flamine dilakukan melalui proses tender atau pelelangan. Pekerjaan yang akan dilelang merupakan pekerjaan yang hanya dilakukan oleh beberapa badan yang sudah dikenal dan memiliki kekhususan tersendiri yaitu di bidang pembangunan lanskap. Tender yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan lanskap ini adalah tender tertutup. Kegiatan tender diikuti oleh beberapa kontraktor yang diundang oleh pihak owner. Pihak owner sudah menyusun owner estimation (OE) sebelum kegiatan tender berlangsung. Kemudian pada saat pelakasanaan tender, masing-masing kontraktor diberikan kesempatan menjelaskan dan mengajukan harga untuk pekerjaan akan yang dilakukan. Penjelasan tender ini atau Aanwyzing ini dilakukan pada 22 Agustus 2014 dan 20 November 2014, setelah tahap presentasi selesai, dilakukan rapat tertutup untuk menentukan kontraktor yang memenangkan proyek tersebut. Kriteria kontraktor yang mendekati dengan harga yang diajukan atau OE dan berdasarkan kesepakatan harga yang dicapai.

Pengumuman pemenang tender ini dilakukan pada tanggal 29 Desember 2014 dengan tenggat waktu yang dibutuhkan dalam proses evaluasi penawaran sampai dengan pengumuman pemenang selama 39 hari kalender. Berdasarkan kesepakatan rapat tertutup yang dilaksanakan oleh pihak owner terdapat dua kontraktor yang terpilih sebagai pemenang tender pembangunan lanskap cluster Discovery Flamine yaitu PT Pesona Tamanindo dan PT Sekawan. Pembangunan proyek lanskap ini dibagi menjadi dua jenis pekerjaan yaitu pekerjaan softscape dan hardscape taman utama. Pekerjaan hardscape diserahkan kepada PT Pesona Tamanindo yang meliputi pekerjaan pembangunan pada welcome area seperti pos jaga, kanopi, wing gate, pagar, signage serta jalur pedestrian dan pembangunan hardscape pada taman yaitu pembuatan bangku taman, children playground, shelter, dan lampu dekoratif. Sedangkan pada pekerjaan softscape dikerjakan oleh PT Sekawan meliputi pengadaan dan penanaman taman.

(37)

rencana pengajuan shop drawing dan material, serta teknis di lapang. Setelah semua dibahas secara bersama barulah dimulai kesepakatan kerja antara kedua belah pihak.

Tahap selanjutnya merupakan pembahasan mengenai penyusunan surat perintah kerja (SPK) pada waktu pertemuan yang sama dan penandatangan kontrak pada waktu yang bersamaan. Kemudian, kontraktor menunggu SPK turun dan SPK diterbitkan pada tanggal 16 Januari 2015 penerbitan SPK ini menjadi periode awal dari pekerjaan pembangunan lanskap. Setiap kontraktor mendapatkan dua SPK untuk pekerjaan pembangunan lanskap, untuk PT Pesona Tamanindo menerima SPK untuk pekerjaan pembangunan hardscape pada welcome area (Lampiran 3) dan taman cluster (Lampiran 4), sementara PT Sekawan menerima SPK untuk pengadaan softscape taman berm, dan taman cluster. Berdasarkan pengamatan di lapang kontraktor memulai pekerjaan pembangunan setelah mencapai kesepakatan kontrak kerja, bukan pada saat SPK telah selesai diterbitkan. Hal ini dikarenakan pekerjaan yang akan dilaksanakan terlalu banyak dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan dan juga waktu penerbitan SPK yang cukup lama. Pihak owner tidak mempersalahkan hal tersebut, mengingat hubungan antara owner dan pihak kontraktor yang sudah saling percaya satu dengan yang lainnya.

Tenggat waktu pelaksanaan pekerjaan pembangunan hardscape yang tercantum pada SPK adalah selama 91 hari kalender terhitung tanggal 19 Januari 2015 untuk pekerjaan welcome area dan pada pekerjaan taman cluster ditargetkan selesai pada akhir bulan Mei. Sedangkan untuk pekerjaan softscape ditargetkan selesai pada akhir bulan Mei setelah pekerjaan hardscape selesai dikerjakan. SPK tidak hanya mengatur mengenai target waktu pelaksanaan pekerjaan saja, melainkan mengenai lingkup pekerjaan, syarat-syarat pekerjaan, harga SPK, cara pembayaran, alat, dan bahan, waktu pelaksanaan pekerjaan, masa pemeliharaan, sanksi, dan larangan. Mengenai cara pembayaran, pada setiap termin pembayaran dibagi berdasarkan progres pekerjaan yang telah dikerjakan di lapang. Cara pembayaran untuk pekerjaan welcome area ini dibagi menjadi lima termin. Hal ini juga berlaku untuk pembayaran pekerjaan hardscape pada taman cluster. Termin yang pertama yaitu pembayaran dibayarkan setelah progres pekerjaan selesai 25%, dilakukan pembayaran 20% dari harga total. Kemudian, pada termin kedua dilakukan setelah progres kerja di lapang selesai 50% dapat dilakukan pembayaran sebesar 25% dari harga total. Termin ketiga dibayarkan sebanyak 25% setelah progres kerja selesai 75% dan pada termin keempat dibayarkan sebesar 25% setelah progres selesai 100%. Pembayaran terakhir sebesar 5% dibayarkan ketika selesai masa pemeliharaan non struktur selama tiga bulan dan dibuktikan dengan berita acara serah terima.

(38)

pekerjaan. Kontraktor juga diwajibkan untuk membuat progress report setiap minggunya. Namun, masih terdapat beberapa kontraktor yang tidak mematuhi kesepakatan. Sehingga, apabila kontraktor tidak mengumpulkan progres pada minggu itu, maka akan dikenakan sanksi berupa denda uang. Hal ini juga berlaku untuk kontraktor yang tidak mengikuti rapat koordinasi yang diadakan seminggu sekali oleh pihak pengawas (Gambar 6). Hal ini dilakukan manajer lanskap agar para kontraktor dapat disiplin dalam melakukan pelaporan kemajuan kerja.

Pelaksanaan Proyek Lanskap

Pembangunan lanskap Discovery Falmine ini terhitung sejak prosedur pelaksanaan tender yang sudah di mulai dari bulan Januari. Pelaksanaan pembangunan lanskap pada cluster ini di mulai pada awal bulan Februari sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan pada pertemuan pre-contruction. Pembangunan ini dilaksanakan sebelum surat perintah kerja diturunkan. Sehingga pelaksanaan ini dikerjakan berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak untuk segera memluai pekerjaan. Hal ini dilakukan agar pekerjaan tepat pada waktu yang ditetapkan dan untuk mengefisiensikan waktu. Pertemuan antara pihak kontraktor dan owner tidak terhenti pada pre-contruction saja. Namun, pada setiap minggunya diadakan rapat koordinasi untuk membahas mengenai progres pekerjaan dan juga kendala yang dihadapi selama proses pelaksanaan.

Gambar kerja diberikan kepada pihak kontraktor setelah proses tender selesai dilaksanakan (lampiran 5). Selama proses pelaksanaan pembangunan ini diawasi oleh unit proyek, unit perencanaan dan pengembangan. Pengawasan di lapang dilakukan setiap harinya, kecuali pada saat akhir pekan adalah opsional pada saat keadaan genting saja. Pengawas wajib membawa gambar kerja pada saat pemantauan di lapang, namun pada kenyataannya pengawas tidak membawa gambar kerja. Pengawas membawa gambar kerja hanya pada saat keadaan urgent. Pada keadaan biasa pengawas hanya memantau dan mengawasi pekerjaan yang sedang dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar hasil dari kegiatan pembangunan sesuai dengan rencana proyek. Pelaksanaan pembangunan yang pertama kali dimulai adalah pembangunan pos jaga, dan pada seminggu kemudian pembangunan wing gate dilaksanakan. Pengerjaan keduanya dilakukan bersamaan namun prioritas utama tetap pos jaga, sedangkan untuk pengerjaan taman utama menyusul setelah progres pekerjaan welcome area mencapai 60%. Perkerjaan taman rumah dan berm dilakukan pada saat progres bangunan mencapai 80% terbangun.

(39)

Pembangunan Pos Jaga

1. Pekerjaan persiapan

Pekerjaan persiapan merupakan tahap awal yang harus segera dilaksanakan untuk memulai pekerjaan seperti pekerjaan pembersihan dan pengolahan lahan, serta pengukuran dan pematokan lahan. Pekerjaan ini dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh pihak kontraktor yaitu dimulai pada tanggal 19 Januari 2015 berupa tahap pembersihan lahan. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembersihan sebanyak 6 orang dan kegiatan pembersihan membutuhkan waktu selama 1 hari. Pekerjaan pembersihan yang dilakukan meliputi kegiatan pembersihan rumput, sampah, batuan, dan puing-puing bangunan. Pekerjaan ini dilakukan secara manual karena lahan yang akan dikerjakan tidak terlalu luas. Alat yang digunakan berupa cangkul, ember, skop, dan keranjang sampah. Sampah dan puing yang sudah terkumpul kemudian di buang ke tempat pembuangan akhir dengan menggunakan mobil pick-up.

Kemudian setelah pembersihan selesai dilanjutkan dengan pekerjaan pengolahan lahan yang meliputi perataan tanah. Mengingat lahan yang akan dibangun memiliki kondisi eksisting yang cukup datar sehingga pengerjaannya tidak memerlukan pekerjaan cut and fill. Pengerjaan pengolahan ini dikerjakan oleh 6 orang pekerja dengan 4 kenek dan pelaksanaan pengolahan ini dilakukan secara manual mengingat lahan yang akan diolah tidak terlalu luas. Alat yang digunakan terdiri dari cangkul, blincong, dan pengki sebagai pengangkut tanah yang akan diratakan. Tanah-tanah yang berlebih ini nantinya akan diletakkan pada area yang keadaan tanahnya tidak rata. Sehingga pada pekerjaan pengolahan tanah pada pos jaga ini tidak membutuhkan pekerjaan tambah kurang. Tidak ada kendala yang dihadapi dalam proses pembersihan dan pengolahan lahan ini dan pekerjaan selesai sesuai jadwal yang ditetapkan (Gambar 7).

Pekerjaan yang dilakukan selanjutnya yaitu pekerjaan pengukuran dan pematokan lahan. Proses pegukuran ini dilakukan oleh 6 orang pekerja karena area yang digunakan tidak terlalu luas sehingga dalam pengerjaannya tidak dibutuhkan banyak pekerja. Pekerjaan ini dilakukan dengan cara 3 orang melakukan pengukuran dan yang lainnya bersiap melakukan pematokan. Alat dan bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini terdiri dari meteran, waterpass, peking, palu, balok kayu, dan bambu sebagai tanda pematokan. Pekerjaan pematokan ini bertujuan untuk menandai batas lahan yang akan dibangun dengan menggunakan kayu dan bambu yang saling dihubungkan dan ditancapkan ke tanah. Pekerjaan ini dilakukan selama 4 hari kerja dengan kendala intensitas hujan

(40)

yang sering terjadi pada sore hari sehingga pekerjaan terkadang hanya berlangsung setengah hari.

2. Pembuatan Pondasi

Pondasi merupakan bagian terbawah dari sebuah bangunan yang menyalurkan gaya dari beban hidup dan beban mati yang bekerja secara vertikal pada system upper structure dengan aman ke tanah. Karena memiliki fungsi yang penting dalam pembangunan kontruksi, pemilihan pondasi menjadi suatu hal yang penting seperti jenis tanah, kedalaman tanah keras, daya dukung tanah, dan level air tanah perlu dipertimbangkan. Area yang akan dibangun pos jaga ini memiliki jenis tanah yang padat dan kedalaman tanah keras yang dangkal. Sehingga permukaan tanah yang akan dibangun dinilai cukup kuat dan stabil untuk menahan beban bangunan. Oleh karena itu, pondasi yang digunakan dalam pembangunan ini adalah pondasi dangkal yang ditempatkan tepat di bawah yang menyalurkan langsung beban bangunan pada tanah penopang dengan tekanan vertikal (Gambar 8).

Pondasi ini menyalurkan beban secara menerus yang terbuat dari susunan batu kali dengan kedalaman 80 cm yang dikerjakan oleh 6 pekerja dan diselesaikan selama 12 hari. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan sloof yang merupakan struktur bangunan yang terletak diatas pondasi bangunan yang berfungsi untuk menyalurkan beban dari bangunan ke pondasi agar beban dapat tersebar merata. Pembuatan sloof ini menggunakan coran beton bertulang setinggi 30 cm dengan lama masa pengerjaan 4 hari.

Proses pekerjaan pondasi pada pos jaga ini membutuhkan waktu 3 hari dan jumlah pekerja sebanyak 6 orang pekerja. Kendala yang dihadapi selama pengerjaan ini adalah ukuran sloof yang ditetapkan tidak sesuai pada saat pembangunan sehingga menunggu konfirmasi dari kontraktor ke pengawas lanskap untuk meminta persetujuan apakah pekerjaan akan dilanjutkan atau tidak. Sehingga pengawas menyetujui dengan beberapa pertimbangan yang diberikan. Hal ini dikarenakan ukuran yang tertera pada gambar tidak sama dengan keadaan di lapang. Sehingga terjadi perubahan rencana oleh kontraktor dalam pengukuran sloof. Hal ini dilakukan agar pekerjaan tetap berjalan dan tidak tertunda. Perubahan dilakukan dengan dasar perhitungan dan pertimbangan ulang agar struktur tetap aman untuk menopang beban.

3. Pembangunan Dinding dan Pengecoran Kolom

Pekerjaan selanjutnya adalah pembuatan dinding pos jaga yang terbuat dari semen dan susunan bata merah. Dinding bata terdiri dari balok modular yang terikat oleh adukan semen untuk membentuk dinding yang kuat dan efisien dalam

(41)

menahan tekanan. Pada pengerjaan dinding pos jaga ini dibutuhkan 6 tenaga kerja dan di bagi menjadi beberapa tugas seperti pengadukan semen, pemasangan batu bata merah, dan finishing. Bata merah akan dipasang dengan menggunakan mortar yang bertujuan untuk mengikat kontruksi bata. Mortar yang akan digunakan merupakan jenis mortar semen biasa yang terdiri dari campuran semen portland, pasir, dan air dengan perbandingan 1 semen : 4 pasir. Pengerjaan ini memakan waktu selama 12 hari, selama pengerjaan ini kendala yang ada di lapang berupa keadaan cuaca di lapang yang sulit ditebak dan intensitas hujan yang cenderung tidak stabil. Keterbatasan tenaga kerja membuat pekerjaan dilakukan secara bergantian dengan melihat pekerjaan mana yang paling penting untuk dikerjakan dan selebihnya pekerjaan dapat diselesaikan tanpa kendala.

Pekerjaan selanjutnya yaitu pengecoran kolom pada pos jaga yang dilakukan secara bertahap. Sebelum melakukan pengecoran, pekerjaan yang terlebih dahulu dilakukan adalah pembuatan kerangka kolom terlebih dahulu. Kerangka yang dipergunakan dalam pembuatan kolom ini adalah besi dengan diameter 8 mm (Gambar 9a). Setelah kerangka selesai dipasang, langkah selanjutnya adalah pembutan bekisting. Pemasangan bekisting ini bertujuan untuk menahan bahan coran yang akan dituangkan dalam pondasi. Bekisting yang digunakan pada pembangunan ini merupakan bekisting konvesional atau tradisional dengan menggunakan kayu yang dapat dipasang dan dibongkar. Pemasangan bekisting ini tidak memakan banyak waktu dalam pengerjaannya dan kendala yang dihadapi pada pemasangan bekisting ini tidak ada. Setelah pemasangan bekisting selesai, barulah dibuat adukan beton bertulang dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil dan air yang digunakan sebanyak 1/2 dari volume semen (Gambar 9b).

Takaran yang digunakan disini sesuai dengan volume satu karung semen, seharusnya penakaran menggunakan ember yang biasa digunakan dalam kontruksi agar lebih akurat. Hal tersebut dilakukan untuk mempercepat waktu dalam proses pengadukan beton. Pekerjaan selanjutnya, penuangan beton yang dilakukan secara manual dengan menggunakan ember kontruksi dan dilakukan oleh seorang pekerja dan dua orang pengangkut beton. Pekerjaan seharusnya membutuhkan lebih banyak pekerja agar beton tidak cepat kering dan kolom yang dihasilkan memiliki kualitas baik.

(a) (b)

Gambar

Gambar 3 Struktur organisasi pada unit proyek
Gambar 7 Pekerjaan pembersihan dan pematokan area pembangunan
Gambar 11 Pelepasan bekisting pada atap pos jaga (a), kegiatan plesteran pada
Gambar 14 Pekerjaan galian tanah pondasi dan pemasangan kerangka kolom
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dependent Variable: Konsumsi Pangan Non Beras Sumber

Persentase pengembalian temuan keuangan Hasil Pemeriksaan Inspektorat Kota Mataram realisasi sebesar 72% yaitu Rp 1.979.028.558,10 dari Rp 2.763.758.226,44 rekomendasi

Kem Bestari Solat ialah aktiviti perkhemahan yang dilaksanakan untuk memastikan murid-murid boleh menunaikan solat dengan sempurna dari segi bacaan dan perbuatan.. Aktiviti

• Menggambar sketsa, suasana gedung atau rumah yang bersatu dengan alam sekitarnya, berikut aktifitas manusia dan hewan di sekitarnya. • Menggambar detail pada obyek gambar

Dengan meningkatnya pengungkapan kesalahan sistem informasi dan penyalahgunaan (fraud) elektronik, maka lingkungan organisasi memerlukan pengendalian yang

PENGUATAN NILAI Dengan diterakanna nilai AN=KA enilaian dilakukan dengan adil maka 'asil e5aluasi akan 5alid* meningkatkan objekti5itas sesuai dengan nilai dasar organisasi.

Penggunaan IC TCA 785 dan trafo pulsa dari Siemens sebagai kendali fasa thyristor dan triac dalam praktikum Elektronika Daya di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro UNY

Mengangkat Eceng Gondok tersebut secara langsung dari lingkungan perairan untuk dijadikan pupuk bisa dilakukan secara sederhana (konvensional) seperti yang