• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.6. Identifikasi Faktor-faktor Lingkungan

5.6.4. Ancaman CV Duta Teknik

Pesaing-pesaing yang muncul, baik itu kecil ataupun besar biasanya berani memberikan harga yang dibawah. Hal ini tentunya untuk menarik pelanggan bagi produk yang dihasilkannya. Usaha-usaha

kecil milik pribadi biasanya lebih berani memberikan harga yang rendah, hal ini dikarenakan biaya operasional mereka yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan. Hal ini tentunya menjadi ancaman bagi perusahaan apabila tidak dapat memberikan perlawanan terhadap harga yang ditawarkan oleh pesaing.

b. Produk Subtitusi Banyak

Produk subtitusi adalah produk yang dapat mengantikan fungsi dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Produk subtitusi untuk produk mebel kayu cukup banyak ditemui di pasaran, terutama untuk perabotan rumah tangga. Produk-produk subtitusi yang banyak tersedia antara lain seperti kursi, meja, lemari dan kasur. Perusahaan yang bergerak pada produk subtitusi ini mulai dari yang berskala kecil hingga skala nasional. Hal ini tentunya menjadi ancaman serius bagi perusahaan apabila tidak memperhatikan produk subtitusi yang tersedia di pasar. Terlebih lagi produk ini cukup mudah didapatkan serta tersedia langsung dalam berbagai model dan ukuran. Apabila perusahaan tidak memakai strategi yang baik dalam mengahadapi produk subtitusi ini, maka dapat dipastikan produk mebel dari kayu akan semakin tenggelam. Selain itu adanya kebijakan pasar global, salah satu contohnya produk Cina dapat masuk tanpa bea cukai. Kebijakan ini dapat menjadi ancaman karena harga produk impor yang ditawarkan menjadi lebih murah dari sebelumnya

c. Bahan Baku Mulai Sulit

Kondisi hutan Kalimantan yang mulai berkurang, mengindikasikan semakin berkurangnya bahan baku untuk kayu. Kawasan hutan yang semakin berkurang ini diakibatkan lahan-lahan tersebut dialih gunakan menjadi kawasan pemukiman ataupun perkebunan. Semakin kecilnya kawasan hutan, mengakibatkan semakin sulitnya mendapatkan kayu sehingga harga kayu semakin meningkat juga. Selain itu semakin ketatnya aparat keamanan dalam mengawasi keluar masuknya kayu dari hutan, semakin menyulitkan distribusi kayu untuk dipasarkan. Hal ini tentunya menjadi masalah yang sangat serius, karena bahan baku

utama dari perusahaan ini adalah kayu. Selain kelangkaan bahan baku, semakin ketatnya pemerintah didalam memberantas illegal logging juga membuat distribusi bahan baku antar daerah menjadi terhambat. Sehingga pihak perusahaan hanya dapat membeli bahan baku yang diproduksi Kota Sampit saja.

d. Harga Bahan Baku Yang Semakin Meningkat.

Meningkatnya harga bahan baku seiring dengan semakin berkurangnya kawasan hutan sebagai sumber pemasok kayu. Semakin meningkatnya harga bahan baku, berakibat semakin meningkatnya biaya operasional perusahaan sehingga harga jual yang ditawarkan juga akan semakin tinggi. Kondisi ini tentunya tidak diharapkan oleh perusahaan, karena akan dapat mengurangi target pasar yang mereka tuju. Hal ini sudah dirasakan oleh perusahaan, setiap tahunnya harga jual produk perusahaan ini meningkat terus. Peningkatan harga yang terjadi biasanya berkisar antara 100 ribu hingga 200 ribu setiap tahunnya.

VI ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 6.1. Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Evaluasi faktor eksternal merupakan langkah untuk merencanakan dan mengarahkan tindakan yang akan diambil perusahaan berdasarkan perkembangan faktor eksternal yang mempengaruhinya. Analisis eksternal perusahaan mengidentifikasi faktor-faktor kunci peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats). Dari hasil pengidentifikasian faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi strategi bersaing perusahaan, maka selanjutnya dievaluasi respon perusahaan terhadap masing-masing faktor, sehingga diketahui seberapa besar respon perusahaan terhadap faktor-faktor strategi eksternal tersebut. Teknik penentuan respon yang dilakukan adalah dengan cara pemberian bobot dan per- ranking-an serta menyusun Matrik Eksternal Faktor Evaluation (EFE). Hasil analisi EFE dapat dilihat pada Tabel 17. Hasil EFE untuk setiap responden dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6.

Tabel 17.Hasil Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) CV Duta Teknik

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang

Kondisi Keamanan Membaik 0,126 4,000 0,504 Loyalitas Pelanggan Baik 0,117 3,400 0,398 Semakin Bertambahnya Perumahan 0,117 2,600 0,304 Mempunyai Banyak Pemasok 0,092 3,000 0,276

Kemajuan Teknologi 0,067 2,000 0,134

Total 1,616

Ancaman

Harga Bahan Baku Meningkat Terus 0,150 2,600 0,390 Bahan Baku Mulai Sulit 0,139 2,600 0,361 Produk subtitusi Banyak 0,107 2,600 0,278 Harga Pesaing Lebih Murah 0,088 3,000 0,264

Total 1,294

Peluang yang dapat dimanfaatkan secara baik oleh perusahaan adalah faktor keamanan yangs semakin membaik, hal ini dapat dilihat dari skor yang diperoleh yaitu sebesar 0,504. Berdasarkan nilai pembobotan maka faktor keamanan merupakan faktor peluang yang paling penting dalam perkembangan perusahaan di dalam industri mebel di Kota Sampit, dengan bobot sebesar 0,117. Kondisi keamanan yang semakin membaik menjadi faktor utama dalam perkembangan usaha di Kota Sampit. Kota Sampit yang sempat mengalami kerusuhan besar pada tahun 2001, sekarang sudah jauh lebih baik. Kondisi Kota Sampit yang aman serta kondusif, tentunya dapat menarik investor ataupun penduduk dari luar kota untuk datang ke Sampit. Dengan keamanan yang membaik, maka kegiatan ekonomi juga akan semakin bertambah banyak. Hal ini tentunya peluang bagi CV Duta Teknik untuk mengembangkan usaha di kota ini. Berdasarkan peringkat/rating yang didapat, perusahaan memberikan rating 4,000 untuk faktor keamanan, yang menunjukkan bahwa perusahaan ini efektif di dalam menjawab faktor peluang yang paling berpengaruh tersebut. Hal ini juga dapat dilihat dari kondisi perusahaan yang pada masa kerusuhan sempat terpuruk, dan menjadi semakin berkembang seperti sekarang setelah kerusuhan berhenti. Hal inilah yang mengindikasikan bahwa perusahaan menjawab peluang ini dengan baik.

Faktor kedua yang memiliki skor yang tinggi adalah loyalitas pelanggan yaitu sebesar 0,398, dengan bobot sebesar 0,117 dan rating sebesar 3,400. Hal ini menunjukkan bahwa loyalitas pelanggan merupakan faktor yang penting di dalam industri mebel ini. Menjaga loyalitas pelanggan merupakan hal yang penting di dalam industri ini, karena biasanya yang memesan produk mebel adalah warga yang sedang membangun rumah. Dan tentunya di dalam membangun rumah dilakukan secara bertahap, misalnya dimulai dengan memesan kusen selanjutnya memesan pintu ataupun jendela. Apabila pihak perusahaan tidak dapat menjaga hal ini, mungkin pembeli pindah ke pihak yang lain untuk pemesanan selanjutnya. Rating 3,400 yang diberikan oleh perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan merespon dengan baik peluang ini. Hal ini dapat dilihat dari kembalinya lagi pelanggan untuk memesan produk mebel lagi pada perusahaan ini. Pelayanan yang diberikan oleh perusahaan menyebabkan pelanggan kembali lagi ke

perusahaan ini. Pelayanan yang diberikan antara lain yaitu pengukuran langsung dari perusahaan untuk produk yang akan dipesan (untuk pintu, jendela dan kusen), mengantarkan barang langsung kerumah pelanggan, serta memasang langsung produk mebel tersebut (pintu dan jendela). Hal ini tentunya menjadi nilai lebih bagi perusahaan, karena pelanggan tidak perlu merasa repot lagi.

Faktor eksternal berikutnya yang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh perusahaan adalah bertambahnya perumahan yaitu dengan skor 0,304. Bertambahnya perumahan merupakan faktor yang penting di dalam industri mebel ini, karena produksi dari mebel tersebut memang lebih banyak ditujukan untuk pembangunan rumah. Misalnya saja kusen, pintu, jendela, pagar ataupun ventilasi. Berdasarkan wawancara dengan pemilik perusahaan, pemasukkan utama memang didapat dari pekerjaan membuat kusen, pintu atau jendela. Rating 2.,600 yang diberikan untuk faktor bertambahnya perumahan, menunjukkan bahwa pihak perusahaan kurang merespon peluang yang ada dengan baik. Perusahaan cenderung bersikap pasif dalam menunggu konsumen, dan kurang aktif dalam mengetahui kebutuhan konsumen tersebut.

Faktor peluang yang memiliki skor terkecil yaitu faktor teknologi sebesar 0,134, dengan bobot sebesar 0,067 dan rating yang diberikan pun cukup rendah yaitu sebesar 2,000. Hal ini menunjukkan bahwa respon perusahaan terhadap faktor ini kurang baik, karena memang pihak perusahaan tidak merasa perlu untuk selalu melakukan pembaharuan teknologi secara terus menerus. Perusahaan melihat hal ini dari pengaruhnya terhadap teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Perusahaan menganggap hal ini tidak terlalu berpengaruh karena pihak perusahaan merasa bahwa alat-alat yang ada (sudah berumur 10 tahun) masih sanggup untuk memenuhi permintaan pelanggan. Meskipun ada tambahan alat baru, fungsi dan hasil dari alat tersebut pun masih sama, apabila menggunakan alat yang lama walaupun dengan mesin yang baru lebih mudah dan cepat. Hal inilah yang menyebabkan pihak perusahaan merasa bahwa pengaruh teknologi tidak terlalu signifikan. Selain teknologi mesin pihak perusahaan juga kurang dapat menangkap peluang kemajuan teknologi seperti internet, padahal cukup banyak peluang yang bisa diperoleh dengan adanya internet, seperti pembuatan iklan di internet.

Dari faktor ancaman yang dianggap perusahaan merupakan ancaman utama di dalam industri mebel adalah semakin meningkatnya harga bahan baku, skor yang diperoleh sebesar 0,390. Bobot yang diberikan yaitu sebesar 0,150 menunjukkan bahwa faktor ini penting bagi perusahaan apabila ingin masuk kedalam industri. Walaupun sebenarnya harga bahan baku yang terus meningkat adalah imbas dari semakin langkanya bahan baku, dan peningkatan harga baku akan meningkatkan biaya operasional perusahaan sehingga harga jual mebel juga akan ikut meningkat. Dampak dari peningkatan harga bahan baku akan sangat besar pengaruhnya bagi perusahaan, karena dapat menyebabkan semakin tipisnya margin keuntungan serta mengurangi kemampuan beli pelanggan. Faktor ancaman berikutnya yang diangap penting di dalam industri mebel adalah kelangkaan bahan baku dengan skor sebesar 0,361, dengan bobot sebesar 0,139 menunjukkan bahwa faktor tersbut penting bagi perusahaan. Karena tanpa adanya bahan baku perusahaan tidak akan dapat berjalan. Kelangkaan bahan baku ini sudah mulai dirasakan perusahaan, apabila dulu pihak perusahaan berani membuat mebel yang terbuat dari kayu utuh, tapi sekarang pihak perusahaan harus pikir-pikir karena bahan bakunya sudah mulai sulit. Hal ini terjadi karena ukuran bahan baku yang tersedia tidak memadai untuk membuat mebel tersebut. Bahkan pihak perusahaan pun tidak menjual potongan-potongan kayu hasil produksi, karena bahan tersebut masih dapat digunakan lagi oleh perusahaan.

Rating yang diberikan perusahaan untuk faktor ancaman yang cukup besar seperti kenaikan harga bahan baku serta bahan baku yang mulai sulit yaitu sebesar 2,600. Arti dari rating ini yaitu perusahaan dalam menghadapi ancaman ini yaitu rata-rata atau tidak terlalu baik dalam menghadapinya. Hal ini terjadi karena faktor ancaman tersebut di luar kendali perusahaan, sehingga ancaman ini sangat sulit untuk dihindari dan hanya dapat dikurangi dampaknya saja. Salah satu cara untuk mengurangi dampak dari ancaman ini pihak perusahaan membuat gudang untuk menampung bahan baku, walaupun jangka penyimpanannya tidak terlalu lama. Selain semakin berkurangnya pasokan kayu dari hutan, semakin ketatnya pengawasan pihak pemerintah terhadap illegal logging juga menjadi hambatan utama. Sehingga pihak perusahaan hanya mengandalkan pasokan bahan baku dari

Kota Sampit saja, hal ini disebabkan karena pasokan bahan baku berupa kayu dari luar daerah sangat sulit untuk masuk Sampit.

Banyaknya produk subtitusi merupakan faktor ancaman ketiga yang dianggap penting di dalam industri mebel ini dengan skor sebesar 0,278 dan bobot sebesar 0,107. Menurut pihak perusahaan produk-produk ini mudah didapat harga serta modelnya pun sangat bervariasi. Hampir semua produk mebel kayu, memiliki produk subtitusi dengan fungsi yang seratus persen sama, misalnya kursi, meja, lemari ataupun ranjang. Dan di pasaran Kota Sampit hanya pintu, jendela serta kusen saja yang masih belum masuk produk subtitusinya, walaupun di luar pasar Sampit sudah tersedia cukup banyak. Respon yang diberikan pihak perusahaan pun masih dalam taraf rata-rata yaitu sebesar 2,600, karena pihak perusahaan masih bersikap pasif. Pada saat produk subtitusi sudah banyak memasarkan produknya di toko-toko, pihak perusahaan masih mengandalkan produksi hanya melalui orderan. Selain itu dari segi promosi juga kurang, apabila dibandingkan dengan promosi produk subtitusi yang ada di pasaran. Selain itu adanya kebijakan pemerintah tentang perdagangan bebas dengan Cina, juga menjadi perhatian dari pihak perusahaan. Harga produk Cina sebelum adanya kebijakan ini sudah murah di pasaran, terlebih lagi setelah adanya kebijakan ini dimana produk Cina dapat masuk dengan bebas tanpa dipungut pajak. Hal inilah yang dianggap ancaman oleh pihak perusahaan, yaitu akan semakin murahnya harga produk Cina yang beredar di pasaran.

Faktor ancaman yang dianggap kurang berpengaruh adalah harga pesaing, yaitu dengan skor sebesar 0,264 dan bobot yang diberikan cukup rendah yaitu sebesar 0,088. Hal ini terjadi karena perusahaan sudah merasa bahwa harga jual mebel yang ditawarkan merupakan harga yang pantas, di tengah semakin sulitnya bahan baku serta harganya yang semakin meningkat, sehingga pihak perusahaan merasa tidak mungkin lagi untuk menurunkan harga. Selain itu bahan penunjang lainnya seperti cat, merupakan produk yang cukup berkualitas serta kualitas pekerjaan juga baik. Hal ini juga memperkuat pihak perusahaan bahwa harga yang ditawarkan cukup pantas, karena akan sulit untuk memberikan harga di bawah harga yang telah ditetapkan dengan kualitas yang mereka tawarkan. Tetapi apabila pesanan yang diberikan oleh pelanggan banyak, maka harga yang ditawarkan akan

lebih murah dibandingkan dengan yang memesan sedikit. Rating 3,000 yang diberikan oleh pihak perusahaan menunjukkan bahwa pihak perusahaan merespon ancaman ini cukup baik, yaitu dengan membuat mebel yang kualitasnya sesuai dengan harga yang diberikan kepada konsumen. Selain itu dapat dilihat dari respon pihak perusahaan yang menutupi kelemahan tersebut dengan meningkatkan mutu produk, sehingga harga yang mahal dapat ditutupi dengan mutu yang baik.

Secara umum matrik EFE menghasilkan skor terbobot sebesar 2,910 yang berarti bahwa perusahaan merespon situasi eksternal di atas rata-rata, berusaha menggunakan peluang untuk menghadapi ancaman. Selain itu hal ini dapat dilihat dari skor total peluang sebesar 1,616 dan skor total ancaman sebesar 1,294, hal ini menunjukkan bahwa pihak perusahaan merespon peluang yang ada lebih baik dibandingkan dengan respon perusahaan terhadap ancaman yang ada.

Dokumen terkait