• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4. Andragogi Sebagai Pendekatan Pembelajaran Orang Dewasa

Program parenting yang dilaksanakan ini ditujukan bagi orang tua, yang mana orang tua merupakan orang dewasa yang telah memiliki prinsip pembelajaran berbeda dengan anak-anak. Pendekatan pembelajaran yang digunakan orang dewasa adalah pendekatan andragogi. Andragogi berasal dari kata andros atau aner yang berarti orang dewasa, dan agogos yang berarti memimpin (Saleh Marzuki, 2012: 185). Jadi andragogi berarti memimpin orang dewasa. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa andragogi merupakan seni dan

ilmu tentang bagaimana orang dewasa belajar. Sedangkan Bryson dalam Suprijanto (2007: 13) menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa adalah semua aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari- hari yang hanya menggunakan sebagian waktu dan tenaganya untuk mendapatkan tambahan intelektual. Selanjutnya, pengertian pendidikan orang dewasa menurut Reeves et all dalam Suprijanto (2007: 13) menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa adalah suatu usaha yang ditunjukan untuk pengembangan diri yang dilakukan oleh individu tanpa paksaan legal, tanpa usaha menjadikan bidang utama kegiatannya.

Dalam Saleh Marzuki (2012: 169-171) menyatakan bahwa dalam penerapan praktik andragogi dalam pembelajaran orang dewasa harus memperhatikan beberapa hal yang terkait dengan materi pembelajaran, metode pembelajaran dan pengelolaan lingkungan fisik belajar. Adapun uruian dari hal- hal yang perlu diperhatikan dalam praktik penerapan andragogi dalam pembelajaran orang dewasa, yaitu :

a. Materi pembelajaran pada orang dewasa hendaknya sesuai dengan kebermanfaatan dan kesesesuain dengan kebutuhan peserta. Selain itu sesuai dengan kemampuan dan kecakapan peserta, mementingkan hal-hal yang praktis, dan segera bisa diterapkan dalam kehidupan peserta.

b. Metode pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan hendaknya berpusat pada masalah, menuntut dan mendorong peserta untuk aktif, mendorong peserta untuk mengemukakan pengalamannya, dan memberikan pengalaman belajar. Pembelajaran praktik sendiri, hendaknya dapat meningkatkan

produktivitas dan kualitas kerja, mengembangkan serta meningkatkan keterampilan baru.

c. Pengelolaan lingkungan fisik, hendaknya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut: penataan alat-alat atau media pada posisi yang dapat didengar dan dilihat peserta, sirkulasi udara yang mencukupi, penyinaran dan pencahayaan yang mencukupi, kebebasan untuk memilih tempat duduk, kebebasan menggunakan sarana prasarana yang tersedia. Pengelolaan lingkungan sosial, yakni hendaknya adanya kerja sama dan sikap saling menghargai baik antar peserta maupun antara peserta dengan instruktur/pendidik.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang pendidikan orang dewasa di atas, yang dimaksud oleh pendidikan orang dewasa adalah pendidikan bagi orang dewasa yang menggunakan sebagian waktunya dan tanpa paksaan untuk menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikapnya sebagai upaya pengembangan diri. Penerapan praktik andragogi dalam pembelajaran orang dewasa harus memperhatikan beberapa hal yang terkait seperti materi pembelajaran, metode pembelajaran dan pengelolaan lingkungan fisik belajar. Materi pembelajaran, yaitu terkait dengan kegiatan yang dapat memberi kebermanfaatan dan sesuai dengan kebutuhan orang dewasa. Metode pembelajaran, yaitu terkait dengan hal yang berpusat pada masalah, yang mampu menuntut dan mendorong peserta untuk aktif, mendorong peserta untuk dapat mengemukakan pengalamannya, dan memberikan pengalaman belajar. Pengelolaan lingkungan fisik, yaitu yang berkaitan dengan lingkungan pendukung

tempat belajar orang dewasa, seperti ketersediaan peralatan dan bahan serta kenyamanan lingkungan sosialnya.

b. Komponen Perencanan Pendidikan Orang Dewasa

Rancangan pendidikan perlu disusun jika ingin kegiatan pendidikannya berhasil. Di Indonesia, pandangan pendidikan orang dewasa lebih mengarah pada pendidikan luar sekolah atau pendidikan masyarakat. Hal yang disiapkan untuk menyelenggarakan pendidikan yaitu dibutuhkannya perencanaan pendidikan. Menurut Rahman (1989) dalam Suprijanto (2007: 56) menjelaskan beberapa komponen perencanaan pendidikan orang dewasa, antara lain :

1. Peserta didik. Harus mempertimbangkan kondisi peserta didik, seperti perbedaan umur, kelamin, sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, pengalaman, dan sebagainya.

2. Tujuan belajar. Pendekatan yang dilakukan lebih mengarah pada kemampuan dan keterampilan praktis dalam waktu singkat untuk mencukupi kebutuhannya.

3. Sumber belajar (pembimbing). Diupayakan sumber belajar dari masyarakat atau orang yang sudah mengenal keadaan masyarakat secara rici.

4. Kurikulum. Kurikulum yang digunakan sangat sederhana dan sesui kebijakan pemerintah setempat.

5. Organisasi pelaksana. Tentang siapa pelaksananya, apa kegiatannya, bagaimana susunan anggotanya, apa perlengkapan, dari mana sumber dana dan siapa penanggung jawabnya.

6. Kondisi masyarakat setempat. Menyusun perencanaan pembelajaran disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya.

7. Kebermanfaatan langsung. Program yang dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

8. Struktur organisasi. Struktur organisasi dibuat sesederhana mugkin untuk menghindari kerumitan.

Hal pertama yang dilakukan sebelum menyelenggarakan pendidikan adalah sebuah perencanaan pendidikan. Berdasarkan penjelasan tentang rancangan pendidikan orang dewasa di atas, komponen perencanaannya meliputi peserta didik, tujuan belajar, sumber belajar, kurikulum, organisasi pelaksana, kondisi masyarakat, kebermanfaatan langsung, dan struktur organisasi.

c. Tahap Proses Belajar

Melalui proses belajar, seseorang peserta didik yang tadinya tidak tahu suatu hal menjadi tahu banyak hal. Proses belajar yang tak terlihat yaitu yang berasal dari dalam diri disebut proses belajar intern, sedangkan yang terlihat disebut proses belajar ekstern. Ada enam tahapan dalam proses belajar yang terjadi pada diri seseorang :

1. Motivasi. Motivasi adalah keinginan untuk mencapai suatu hal. Dalam pembelajaran, motivasi jangka pendek berupa minat untuk belajar

pada saat itu, dan motivasi jangka panjang berupa keinginan memperoleh nilai ujian baik.

2. Perhatian pada pelajaran. Peserta didik harus memusatkan perhatiannya pada pelajaran, apabila tidak maka proses belajarnya akan mengalami hambatan.

3. Menerima dan mengingat. Setelah memperhatikan pelajaran maka langkah selanjutnya adalah menerima dan mengingat. Tahap ini harus terjadi pada seseoran yang sedang belajar.

4. Reproduksi. Tahap ini, seseorang tidak hanya menerima pelajaran baru, namun juga mampu mengingat pelajaran-pelajaran sebelumnya. 5. Generalisasi. Tahap generalisasi adalah penerapan kembali tentang

pelajaran yang telah dipelajari dari situasi yang satu ke situasi yang lain.

6. Melaksanakan tugas belajar dan umpan balik. Pada tahap ini, peserta didik harus sudah memahami dan dapat menerapkannya pada tugas yang diberikan (Suprijanto, 2007: 40-43).

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai tahapan dalam proses belajar, dapat disimpulkan yaitu terdapat enam tahap proses belajar. Proses belajar seseorang dimulai dari motivasi, yaitu keinginan belajar yang bertujuan agar memperoleh nilai memuaskan saat ulangan ataupun ujian. Setelah muncul motivasi, kemudian seseorang akan benar-benar memperhatikan pelajaran agar orang tersebut bisa menerima dan mengingat pelajaran tersebut. Tapah setelah motivasi, memperhatikan pelajaran, menerima dan mengingat,

selanjutnya reproduksi dan generalisasi yaitu mampu mengingat pelajaran baru dan sebelumnya serta mampu menerapkan kembali ilmu yang telah didapat. Proses belajar yang terakhir adalah, melaksanakan tugas belajar dan umpan balik, yaitu peserta didik sudah harus memahami dan dapat menerapkan pada tugas yang diberikan pendidik.

Dokumen terkait