• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGARAN KESEHATAN

Pembangunan bidang kesehatan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional, baik dalam RPJMN tahun 2015-2019 maupun rencana pembangunan jangka menengah sebelumnya. Hal ini mengingat pentingnya kesehatan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat dan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan bangsa. Seiring dengan peningkatan volume APBN, hal tersebut didukung oleh alokasi anggaran yang terus meningkat, dan sejak tahun 2016, Pemerintah mulai mengalokasikan anggaran bidang kesehatan sebesar 5 persen dari APBN, sebagaimana diatur dalam Undang- undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Di tengah peningkatan anggaran bidang kesehatan tersebut perlu diikuti dengan peningkatan kualitas kesehatan. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan terdapat beberapa isu yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain: (1) masih kurangnya fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan dibandingkan jumlah penduduk; dan (2) masih adanya permasalahan dalam penerapan program Jaminan Kesehatan Nasional, khususnya untuk masyarakat penerima bantuan iuran.

Nota Keuangan beserta RAPBN 2018

Bagian II

II.4-13 Bab 4 : Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat RAPBN

Tahun 2018 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2019-2021

berbagai upaya langkah perbaikan dalam meningkatkan kualitas belanja bidang kesehatan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM. Berbagai langkah yang akan ditempuh Pemerintah, antara lain mencakup: (1) peningkatan kualitas dari fasilitas layanan kesehatan; (2) peningkatan ketepatan sasaran dari alokasi Penerima Bantuan Iuran JKN melalui optimalisasi basis data terpadu; (3) mendorong agar Pemda dapat berperan terhadap pembiayaan jaminan kesehatan, dari kewajiban anggaran kesehatan 10 persen dari APBD diluar gaji; dan (4) reorientasi program layanan kesehatan pada usaha promotif preventif.

Untuk mendukung berbagai upaya yang akan ditempuh Pemerintah tersebut, dalam RAPBN tahun 2018, Pemerintah tetap konsisten untuk memenuhi ketentuan Undang- undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengamanatkan pemenuhan anggaran kesehatan sebesar 5 persen dari total APBN.

Berkaitan dengan itu, alokasi anggaran kesehatan dalam RAPBN tahun 2018 secara nominal direncanakan mencapai Rp110,2 triliun, yang berarti meningkat Rp5,3 triliun dari outlook APBNP tahun 2017. Perkembangan alokasi anggaran kesehatan dalam tahun 2017 – 2018 disajikan dalam tabel di bawah ini.

2017 2018

Outlook RAPBN I. Anggaran Kesehatan melalui Belanja Pemerintah Pusat 80,9 80,7

A. Anggaran Kesehatan pada Kementerian Negara/Lembaga 61,2 69,8 a.l. 1. Kementerian Kesehatan 54,2 59,1

2. Badan POM 1,5 2,2

3. BKKBN 2,2 5,5

B. Anggaran Kesehatan pada BA BUN 19,7 10,9 II. Anggaran Kesehatan melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa 24,0 29,5 A. DAK Kesehatan dan Keluarga Berencana 16,2 18,0

B. BOK dan BOKB 6,6 10,4

C. Perkiraan Anggaran Kesehatan dari Dana Otsus Papua 1,2 1,2

Total Anggaran Kesehatan 104,9 110,2

Total Belanja Negara 2.098,9 2.204,4

Rasio Anggaran Kesehatan thd Belanja Negara (%) 5,0 5,0

Sumber : Kementerian Keuangan

PERKEMBANGAN ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN, 2017-2018

(triliun rupiah)

Komponen

Alokasi anggaran kesehatan dalam RAPBN tahun 2018 tersebut diarahkan untuk: (1) meningkatkan dan memperbaiki distribusi faskes dan tenaga kesehatan; (2) menguatkan program promotif dan preventif yang diarahkan untuk penyakit tidak menular dan program untuk ibu hamil dan menyusui; (3) menguatkan program JKN; (4) mendorong efektivitas (akses, mutu, dan perlindungan keuangan) dan keberlanjutan program JKN; (5) mereviu jumlah PBI dan penyesuaian iuran; dan (6) mendorong peran pemda untuk pendanaan kesehatan masyarakat miskin di wilayahnya.

Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Dalam rangka memberikan akses pelayanan kesehatan yang baik dan merata kepada masyarakat, pada tahun 2014 pemerintah meluncurkan program JKN sebagai bagian dari pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), sehingga setiap warga negara mendapatkan jaminan kesehatan dengan manfaat yang sama (prinsip ekuitas) melalui BPJS Kesehatan. Perluasan akses pelayanan kesehatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM yang sehat dan produktif sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Perkembangan pelaksanaan JKN tercermin dari cakupan peserta JKN sampai dengan akhir tahun 2016 telah mencapai 66,0 persen populasi Indonesia, termasuk penerima

Nota Keuangan beserta RAPBN 2018 Bab 4 : Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat RAPBN

Tahun 2018 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2019-2021 Bagian II

II.4-14

bantuan iuran (PBI) yang merupakan jaminan kesehatan kepada fakir miskin dan orang tidak mampu oleh Pemerintah. Sasaran PBI tersebut terus meningkat dari 86,4 juta jiwa dengan alokasi anggaran Rp19,9 triliun pada tahun 2014 menjadi 92,4 juta jiwa dengan alokasi anggaran Rp25,5 triliun di tahun 2017. Pada tahun 2018, peserta PBI direncanakan mencapai 92,4 juta jiwa atau setara dengan 35 persen penduduk Indonesia. Program JKN berhasil meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan baik fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP)/puskesmas/klinik maupun Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL)/rumah sakit secara cukup signifikan. Pada tahun 2014 FKTP/puskesmas/klinik di Indonesia berjumlah 16.047 meningkat menjadi 20.708 pada tahun 2016. Sementara itu, jumlah FKTL/rumah sakit meningkat dari 1.839 RS pada Januari tahun 2014 menjadi 2.068 RS pada tahun 2016.

Namun demikian, pelaksanaan JKN-KIS masih menghadapi beberapa tantangan, diantaranya: (1) masih rendahnya tingkat kepesertaan dari sektor Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU)/informal; (2) klaim rasio yang tinggi khususnya dari peserta informal;

(3) adverse selection dan insurance effect; dan (4) masih adanya pembayaran out of

pocket oleh pasien. Hal tersebut menyebabkan Dana Jaminan Sosial (DJS) Kesehatan

mengalami ketidakcukupan dana (unfunded) yang dapat mengganggu keberlanjutan Program JKN ke depan. Pada tahun 2015 dan 2016, untuk menutup unfunded tersebut, Pemerintah mengalokasikan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada BPJS Kesehatan untuk menutup defisit DJS Kesehatan masing-masing sebesar Rp5,0 triliun dan Rp6,8 triliun.

Selanjutnya, untuk menjaga kesinambungan pelaksanaan JKN dan mengurangi risikonya terhadap APBN, Pemerintah bersama-sama dengan BPJS Kesehatan terus melakukan berbagai upaya perbaikan baik dari aspek peningkatan pendapatan BPJS Kesehatan maupun dari aspek pengendalian klaim. Selain itu, untuk mengurangi risiko jangka panjang, hal-hal yang dapat dilakukan di antaranya dengan meningkatkan peserta mandiri yang sehat, memperkuat fasilitas kesehatan tingkat pertama, peningkatan upaya kesehatan preventif dan promotif, penyesuaian iuran dan manfaat secara bertahap, dan meningkatkan peran pemda, serta pelaksanaan coordination of benefit (COB) dengan asuransi umum.

Adapun target/sasaran anggaran kesehatan dalam RAPBN tahun 2018 antara lain sebagaimana tercermin pada tabel berikut.

No Uraian T arget/Sasaran

1 Jumlah penduduk yang menjadi peserta PBI melalui JKN/Kartu Indonesia Sehat (KIS)

92,4 juta jiwa

2 Prevalensi Stunting (pendek/sangat pendek) pada anak usia di bawah dua tahun

28,8 persen

3 Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis

tenaga kesehatan

4.200 Puskesmas

4 Jumlah Kab/Kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang

tersertifikasi akreditasi Nasional 294 Kab/Kota 5 Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1

puskesmas yang tersertifikasi akreditasi

2.800 kecamatan

6 Persentase ketersediaan obat dan v aksin di puskesmas 86 persen 7 Persentase Kab/kota yang mencapai 80% imunisasi

dasar lengkap pada bay i

92,5 persen Sumber : Kementerian Keuangan

Nota Keuangan beserta RAPBN 2018

Bagian II

II.4-15 Bab 4 : Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat RAPBN

Tahun 2018 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2019-2021

Fungsi Pariwisata

Sebagai salah satu penyumbang devisa negara, Pemerintah terus melakukan pengembangan pada sektor pariwisata, salah satunya melalui penerapan kebijakan bebas visa kepada beberapa negara dalam rangka meningkatkan daya tarik wisatawan mancanegara. Dalam RAPBN tahun 2018, alokasi anggaran

untuk fungsi pariwisata direncanakan sebesar Rp7.456,0 miliar. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 123,0 persen jika dibandingkan dengan perkiraan realisasi dalam tahun 2017 sebesar Rp3.343,7 miliar. Peningkatan yang signifikan tersebut disebabkan antara lain oleh pengembangan destinasi pariwisata baru dan promosi pariwisata dalam negeri yang dilakukan secara lebih intensif ke mancanegara dengan memanfaatkan momentum dan fasilitasi

penyelenggaraan serta keikutsertaan pada Asian Games dan Asian Paragames, serta

annual meeting World Bank-IMF group.

Arah kebijakan dan langkah-langkah yang ditempuh Pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi pariwisata pada tahun 2018 antara lain: (1) mengembangkan pemasaran pariwisata nasional dengan mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan mancanegara dan mendorong peningkatan wisatawan nusantara; (2) membangun destinasi pariwisata melalui peningkatan daya tarik daerah tujuan wisata sehingga berdaya saing di dalam negeri dan di luar negeri; (3) membangun industri pariwisata dengan meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk/jasa pariwisata nasional di setiap destinasi pariwisata yang menjadi fokus pemasaran; dan (4) membangun kelembagaan pariwisata melalui pembangunan sumber daya manusia pariwisata serta organisasi kepariwisataan nasional.

Sasaran umum pembangunan yang diharapkan dapat dicapai dari fungsi pariwisata pada tahun 2018, diantaranya yaitu: (1) terlaksananya pengembangan pendidikan tinggi bidang pariwisata; (2) terlaksananya fasilitasi/dukungan perbaikan/peningkatan akses transportasi ke destinasi pariwisata pada 10 destinasi pariwisata prioritas; (3) terlaksananya peningkatan tata kelola destinasi dan pemberdayaan masyarakat; dan (4) terlaksananya pengembangan komunikasi pemasaran pariwisata dalam negeri ke mancanegara.

Fungsi Agama

Alokasi anggaran pada fungsi agama dalam RAPBN tahun 2018 direncanakan sebesar Rp9.473,3 miliar menunjukkan peningkatan sebesar 22,6 persen apabila dibandingkan dengan perkiraan realisasi dalam tahun 2017 sebesar Rp7.725,3 miliar. Anggaran pada fungsi agama tahun 2018 digunakan untuk peningkatan dan pengembangan asrama haji dan Kantor Urusan Agama (KUA).

Arah kebijakan dan langkah-langkah yang akan ditempuh oleh Pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi agama pada tahun 2018 antara lain: (1) meningkatkan pemahaman,

7,7 9,5 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 2017 Outlook 2018 RAPBN GRAFIK II.4.9 FUNGSI AGAMA, 2017-2018 (triliun rupiah)

Sumber: Kementerian Keuangan

3,3 7,5 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 2017 Outlook 2018 RAPBN GRAFIK II.4.8 FUNGSI PARIWISATA, 2017-2018 (triliun rupiah)

Nota Keuangan beserta RAPBN 2018 Bab 4 : Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat RAPBN

Tahun 2018 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2019-2021 Bagian II

II.4-16

pengamalan dan pengembangan nilai-nilai keagamaan; (2) meningkatkan harmoni sosial dan kerukunan umat beragama; (3) meningkatkan pelayanan kehidupan beragama; (4) meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji dan umrah; serta (5) meningkatkan tatakelola pembangunan bidang agama. Kegiatan prioritas bidang agama tahun 2018 antara lain: dialog kerukunan internal umat beragama, pentashihan mushaf Al-Quran, peningkatan kualitas penyuluh agama, bantuan lembaga keagamaan, penggandaan kitab suci dan buku agama, peningkatan sarpras pelayanan pencatatan nikah di balai nikah dan manasik haji, sertifikat tanah wakaf, revitalisasi dan pengembangan asrama haji, peningkatan kualitas haji di dalam negeri dan Arab Saudi, serta peningkatan kualitas petugas haji.

Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2018 melalui alokasi anggaran fungsi agama di antaranya yaitu: (1) meningkatnya pelayanan ibadah haji dalam negeri melalui revitalisasi dan pengembangan 8 asrama haji; (2) meningkatnya kualitas pembinaan ibadah haji dan umrah melalui pembinaan untuk 4.090 petugas haji profesional; (3) pemberian tunjangan pada 4.140 penyuluh agama Kristen non-PNS; (4) pemberian tunjangan pada 3.800 penyuluh agama Katolik non-PNS; (5) pengembangan dan pemberdayaan pada 188 lembaga sosial keagamaan Hindu; serta (6) peningkatan kualitas 330 rumah ibadah Buddha.

Fungsi Pendidikan

Alokasi anggaran pada fungsi pendidikan dalam RAPBN tahun 2018 direncanakan sebesar Rp148.013,5 miliar, menunjukkan peningkatan sebesar 3,5 persen apabila dibandingkan perkiraan realisasi dalam tahun 2017 sebesar Rp143.064,7 miliar. Peningkatan alokasi anggaran pada fungsi pendidikan tersebut untuk mendukung upaya percepatan

pembangunan bidang pendidikan yang berkualitas dengan memperkuat daya saing pendidikan yang antara lain didukung oleh pembagungan transportasi, infrastruktur, dan energi serta menampung tunggakan TPG tahun 2014-2016, peningkatan sarana prasarana perguruan tinggi agama dan vokasi, peningkatan target siswa pendidikan vokasi, pelaksanaan World

Culture Forum, tambahan tunjangan

profesi dosen, dan tambahan biaya operasional PTN/PTNBH (BOPTN/ BPPTNBH).

Arah kebijakan dan langkah-langkah yang akan ditempuh Pemerintah dalam rangka melaksanakan fungsi pendidikan pada tahun 2018 antara lain: (1) memperbaiki kualitas sarana dan prasarana sekolah; (2) meningkatkan sinergi antara Pemerintah Pusat dengan Pemda terutama terkait perbaikan akses dan kualitas sarana dan prasarana; (3) meningkatkan kompetensi guru dan mengatur distribusi guru yang lebih baik antara lain melalui pemantauan data guru; (4) memperkuat pendidikan kejuruan dan sinkronisasi kurikulum SMK (link and match); (5) sinergi antarprogram yang dapat meningkatkan akses (BOS, PKH, PIP, Bidik Misi, dan DPPN) untuk mencapai sustainable education; (6) meningkatkan akses pendidikan melalui reviu besaran bantuan PIP serta reviu besaran BOS antara lain dengan mempertimbangkan indeks kemahalan, spesialisasi sekolah (kejuruan), dan tingkat prestasi sekolah; (7) memperkuat peran BLU LPDP sebagai

Sovereign Wealth Fund (SWF) pendidikan; serta (8) mengaitkan komitmen dan kinerja

pendidikan daerah dengan kriteria dalam pengalokasian DAU/DAK, serta memperbaiki

earmarking TKDD untuk pendidikan.

143,1 148,0 0,0 30,0 60,0 90,0 120,0 150,0 180,0 2017 Outlook 2018 RAPBN GRAFIK II.4.10 FUNGSI PENDIDIKAN, 2017-2018 (triliun rupiah)

Nota Keuangan beserta RAPBN 2018

Bagian II

II.4-17 Bab 4 : Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat RAPBN

Tahun 2018 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2019-2021

Dokumen terkait