• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Subsidi Pangan Lebih Tepat Sasaran

KEBIJAKAN SUBSIDI PANGAN LEBIH TEPAT SASARAN

Pemerintah secara konsisten melaksanakan reformasi kebijakan subsidi agar tepat sasaran, salah satunya dengan kebijakan pengalihan subsidi berbasiskan harga barang menjadi subsidi berbasis keluarga penerima manfaat. Kebijakan pengalihan penyaluran subsidi pangan (Rastra) menjadi subsidi dalam bentuk nontunai yang disalurkan melalui layanan keuangan digital secara bertahap telah dilakukan sejak tahun 2017. Sebelumnya, subsidi pangan Rastra merupakan bantuan Pemerintah dalam bentuk subsidi harga beras yang disalurkan dalam bentuk penjualan beras dengan harga terjangkau kepada masyarakat berpenghasilan rendah/keluarga penerima manfaat (KPM), dengan kuantum 15 kg/bulan/KPM. Kemudian, pada tahun 2017 Pemerintah melakukan transformasi program Rastra menjadi program bantuan pangan non tunai dan dilaksanakan secara bertahap mulai di 44 kota terlebih dahulu, sementara kabupaten/kota lainnya masih menggunakan mekanisme penyaluran dengan pola subsidi (Rastra). Bantuan pangan non tunai (BPNT) merupakan bantuan Pemerintah dalam bentuk pemberian kartu (non tunai) kepada masyarakat berpenghasilan rendah/keluarga penerima manfaat (KPM), yang dapat digunakan untuk membeli beras sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan dapat dikombinasikan untuk pembelian bahan pangan lainnya yang telah ditentukan. Pengalihan mekanisme penyaluran bantuan subsidi pangan (Rastra) menjadi bantuan pangan non tunai dilakukan Pemerintah untuk memastikan bantuan pangan yang diberikan secara tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas,

Nota Keuangan beserta RAPBN 2018

Bagian II

II.4-39 Bab 4 : Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat RAPBN

Tahun 2018 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2019-2021

dan tepat administrasi, serta memberikan nutrisi yang lebih yang lebih seimbang sesuai kebutuhan keluarga. Dengan demikian, perubahan mekanisme ini diharapkan dapat memperbaiki mekanisme penyaluran bantuan pangan yang selama ini dinilai kurang tepat sasaran, dan mengembalikan bantuan pangan sebagai instrumen perlindungan sosial, khususnya ketahanan pangan. Selain itu, bantuan pangan nontunai diharapkan dapat mendorong upaya pemberdayaan masyarakat miskin melalui E-Warong serta memberikan akses jasa keuangan pada masyarakat miskin. Dengan diterapkannya bantuan pangan non tunai, diharapkan dapat mendorong efektivitas dan efisiensi subsidi lebih tepat sasaran dan memberi manfaat yang optimal bagi pengentasan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan. Penjelasan mengenai sasaran dan bentuk bantuan subsidi pangan (Rastra) dan bantuan pangan non tunai disajikan dalam tabel berikut.

No Uraian 2016 2017 2018

1. Rastra:

a. Sasaran (RTS/KPM) 15.530.897 RTS 14.332.212 RTS 5.645.150 KPM b. Bentuk Subsidi (per RTS/KPM) 15 kg beras 15 kg beras 15 kg beras/bln

2 Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

a. Sasaran (KPM) - 1.432.408 KPM 10.000.000 KPM b. Bentuk Bantuan (per KPM) - Rp110.000/bln Rp110.000/bln

15.530.897 15.764.150 15.645.150 Sumber: Kementerian Keuangan

Keterangan:

- RTS = Rumah Tangga Sasaran

- KPM = Keluarga Penerima Manfaat Jumlah Sasaran (RTS/KPM)

BANTUAN PANGAN, 2016 - 2018

Dalam RAPBN tahun 2018, program bantuan pangan non tunai diperluas hingga mencakup 10 juta keluarga penerima manfaat. Setiap keluarga penerima manfaat (KPM) mendapatkan uang dalam tabungan sebesar Rp110 ribu per bulan selama 12 bulan yang dapat untuk dibelanjakan bahan pangan seperti beras, terigu, minyak goreng, dan bahan pangan yang ditentukan pada outlet-outlet yang ditunjuk. KPM dapat mencairkan sebagian atau seluruh bantuan pangan yang dimiliki, dan sisa bantuan pangan yang tidak dicairkan pada bulan berjalan tidak dikembalikan ke kas negara tetapi terakumulasi dengan bantuan bulan-bulan berikutnya.

Program Pengelolaan Hibah Negara

Kebijakan Program Pengelolaan Hibah Negara tahun 2018 diarahkan untuk melanjutkan kebijakan pengalokasian hibah kepada daerah, baik yang bersumber dari pinjaman dan hibah luar negeri maupun penerimaan dalam negeri, yang terutama ditujukan untuk mendanai kegiatan-kegiatan pembangunan infrastruktur dan kegiatan lainnya yang berbasis kinerja. Dalam RAPBN tahun 2018, alokasi anggaran untuk Program Pengelolaan Hibah Negara direncanakan sebesar Rp1.460,8 miliar, terdiri atas: (1) hibah kepada pemerintah daerah sebesar Rp1.460,6 miliar, yang pendanaannya bersumber dari pinjaman luar negeri sebesar Rp159,9 miliar, hibah luar negeri sebesar Rp300,7 miliar, dan penerimaan dalam negeri sebesar Rp1.000,0 miliar; dan (2) Pengelolaan hibah lainnya berupa Banking Commissions

sebesar Rp0,2 miliar.

Alokasi anggaran hibah kepada Pemerintah Daerah, yang pendanaannya dari pinjaman luar negeri, meliputi:

1. Water Resources and Irrigation Sector Management Project-Phase II (WISMP-2)

sebesar Rp40,6 miliar, yang bersumber dari World Bank. Alokasi anggaran ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kinerja unit pengelola sumber daya air/daerah aliran sungai dan pengelolaan daerah irigasi, serta peningkatan produktivitas pertanian beririgasi di beberapa provinsi dan kabupaten.

Nota Keuangan beserta RAPBN 2018 Bab 4 : Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat RAPBN

Tahun 2018 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2019-2021 Bagian II

II.4-40

2. Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Project

(IPDMIP) sebesar Rp107,8 miliar, yang bersumber dari World Bank, ADB dan IFAD. Alokasi anggaran ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan, pendapatan dan mata pencaharian masyarakat pedesaan/petani di seluruh Indonesia serta meningkatkan produktivitas pertanian beririgasi.

3. Mass Rapid Transit (MRT) sebesar Rp1,0 miliar, sebagai persiapan untuk kelanjutan

program hibah yang bersumber dari Japan International Cooperation Agency (JICA). Alokasi anggaran ini bertujuan untuk membangun sistem transportasi kota yang efisien, sehingga selain diharapkan mampu mengurangi permasalahan transportasi dan kepadatan arus lalu lintas di Jakarta, juga diharapkan mampu menunjang dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jakarta, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas lingkungan kota Jakarta, dan mendukung mitigasi dampak perubahan iklim.

4. Flood Management in Selected River Basins (FMSRB) sebesar Rp10,6 miliar, yang

bersumber dari ADB. Alokasi anggaran ini bertujuan untuk mendukung Pemerintah dan masyarakat dalam mengelola dan memitigasi resiko banjir dengan lebih baik. Sementara itu, alokasi anggaran hibah kepada daerah yang pendanaannya bersumber dari hibah luar negeri, meliputi:

1. Hibah Air Minum sebesar Rp100,0 miliar, yang berasal dari pemerintah Australia. Alokasi anggaran ini diberikan kepada pemerintah daerah sebagai dana pengganti untuk pelaksanaan kegiatan percontohan pembangunan sambungan air minum, yang diberikan berdasarkan capaian kinerja (output-based).

2. Hibah Air Limbah sebesar Rp5,0 miliar, yang berasal dari pemerintah Australia. Alokasi anggaran ini diberikan kepada pemerintah daerah sebagai dana pengganti atas pelaksanaan kegiatan peningkatan akses sistem air limbah perpipaan bagi masyarakat. 3. Hibah Australia-Indonesia untuk pembangunan sanitasi sebesar Rp50,0 miliar, yang

berasal dari pemerintah Australia. Alokasi anggaran ini bertujuan untuk mempercepat pencapaian pembangunan di bidang sanitasi (persampahan dan air limbah) yang diberikan kepada pemerintah daerah yang telah memiliki perencanaan di bidang sanitasi.

4. Hibah Biodiversity Conservation and Climate Protection in the Gunung Leuser

Ecosystem sebesar Rp19,7 miliar. Alokasi anggaran ini bertujuan untuk mendukung

pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati secara berkelanjutan dan perlindungan iklim di ekosistem Gunung Leuser.

5. Hibah Instalasi Pengolahan air limbah untuk kota Palembang sebesar Rp125,0 miliar. 6. Hibah Provincial Road Improvement and Maintenance (PRIM) sebesar Rp1,0 miliar.

Alokasi anggaran ini bertujuan untuk mendukung peningkatan dan pemeliharaan jalan daerah.

Selanjutnya, alokasi anggaran hibah kepada daerah yang pendanaannya bersumber dari penerimaan dalam negeri sebesar Rp1.000,0 miliar dipergunakan untuk Nationwide

Water Hibah Program (NWHP) sebesar Rp800,0 miliar dan hibah sanitasi sebesar

Rp200,0 miliar. NWHP bertujuan untuk meningkatkan layanan air minum kepada seluruh lapisan masyarakat di wilayah-wilayah yang belum terlayani air bersih, dengan sasaran masyarakat berpenghasilan rendah. Sementara itu, hibah sanitasi bertujuan untuk mendorong pemerintah daerah dalam pembangunan bidang penyehatan lingkungan permukiman melalui pembangunan dan pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan persampahan. Adapun rincian Program Pengelolaan Hibah Negara sejak tahun 2017–2018 disajikan pada Tabel II.4.9.

Nota Keuangan beserta RAPBN 2018

Bagian II

II.4-41

Bab 4 : Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat RAPBN Tahun 2018 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2019-2021

2017 2018

Outlook RAPBN

5.509,3 1.460,6

2.475,6 159,9

1. Mass Rapid Transit (MRT) Project 2.122,9 1,0 2. Water Resources and Irrigation Sector Management Project-

Phase II (WISMP-2) 352,8 40,6

3. Flood Management in Selected River Basins (FMSRB) - 10,6

4. Integrated Participatory Development and Management of

Irrigation Project (IPDMIP) - 107,8

332,4 300,7

1. Hibah Air Minum 136,2 100,0 2. Hibah Air Limbah 17,5 5,0 3. Development of Seulawah Agam Geothermal in NAD Province 1,0 - 4. Hibah Australia-Indonesia Untuk Pembangunan Sanitasi 77,3 50,0

5. Provincial Road Improvement and Maintenance (PRIM) - 1,0

6. PKP-SPM Dikdas 83,3 -

7. Biodiversity Conservation and Climate Protection in the

Gunung Leuser Ecosystem 16,6 19,7

8. Instalasi Pengolahan Air Limbah untuk Kota Palembang 0,5 125,0

2.701,3 1.000,0

1. Nationwide Water Hibah Program 850,0 800,0 2. Hibah Sanitasi 150,0 200,0

3. Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana 1.701,3 - 22,7 - 1. Pemberian bantuan dari Pemerintah Indonesia kepada

Sekretariat Melanesia Spearhead group 22,7 -

0,2 0,2 1. Banking Commission 0,2 0,2 5.532,2 1.460,8

Sumber: Kementerian Keuangan

Total

TABEL II.4.9

PROGRAM PENGELOLAAN HIBAH NEGARA, 2017 - 2018 (miliar rupiah)

I. Hibah Ke Daerah

a. Pinjaman Yang Diterushibahkan

b. Hibah Yang Diterushibahkan

c. Penerimaan Dalam Negeri Yang Diterushibahkan

II. Hibah Ke Pemerintah/Lembaga Asing

III. Pengelolaan Hibah Lainnya Uraian

Program Pengelolaan Belanja Lainnya

Program pengelolaan belanja lainnya merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang, seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Dalam RAPBN 2018, alokasi anggaran Program Pengelolaan Belanja Lainnya sebesar Rp97.423,8 miliar atau lebih tinggi 33,9 persen dibandingkan dengan outlook APBNP tahun 2017 sebesar Rp72.760,5 miliar. Anggaran tersebut akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan pada Program Pengelolaan Belanja Lainnya antara lain: (1) antisipasi perubahan asumsi dasar ekonomi makro melalui penyediaan dana cadangan risiko fiskal; (2) penyediaan biaya operasional lembaga yang belum mempunyai kode bagian anggaran (BA) sendiri; (3) mendukung ketahanan pangan, melalui penyediaan dana cadangan beras pemerintah (CBP) dan dana cadangan stabilisasi harga pangan dan ketahanan pangan; (4) penyediaan dana cadangan untuk gaji bagi pegawai baru; (5) penyediaan dana cadangan bencana alam; (6) penyediaan dana cadangan lainnya yang terkait dengan kebijakan kepegawaian; dan (7) penyediaan dana cadangan untuk keperluan mendesak.

Nota Keuangan beserta RAPBN 2018 Bab 4 : Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat RAPBN

Tahun 2018 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2019-2021 Bagian II

II.4-42

Program Pengelolaan Transaksi Khusus

Alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat pada Program Pengelolaan Transaksi Khusus dalam RAPBN tahun 2018 direncanakan sebesar Rp110.341,1 miliar, yang menunjukkan peningkatan sebesar 2,1 persen jika dibandingkan dengan outlook APBNP tahun 2017 sebesar Rp108.106,7 miliar. Anggaran Program Pengelolaan Transaksi Khusus, antara lain terdiri atas beberapa alokasi yaitu: (1) anggaran kontribusi sosial; (2) anggaran kontribusi kepada lembaga internasional; (3) dana dukungan kelayakan pada proyek kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPBU) dalam penyediaan infrastruktur; (4) dana fasilitas penyiapan proyek (Project Development Fund/PDF) dengan skema KPBU; (5) biaya operasional BUN/pengelolaan kas negara; dan (6) dana pembayaran selisih harga beras Bulog.

Anggaran kontribusi sosial dalam RAPBN tahun 2018 sebesar Rp109.002,4 miliar, merupakan kewajiban pemerintah terhadap pembayaran manfaat pensiun dan iuran asuransi kesehatan PNS, TNI/Polri serta para pensiunan dan veteran. Dalam tahun 2018 pemerintah berupaya untuk memperbaiki kesejahteraan pensiunan dengan mereformasi program pensiun PNS agar dapat memberikan manfaat yang lebih tinggi dan adil bagi pensiunan. Reformasi program pensiun diharapkan dapat menjadi instrumen untuk mendorong dan memelihara stabilitas kinerja PNS dengan menjaga beban APBN yang tetap terkendali.

Sementara itu, untuk anggaran kontribusi kepada lembaga internasional dalam RAPBN tahun 2018 direncanakan sebesar Rp73,6 miliar. Alokasi dimaksud merupakan salah satu kewajiban Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional dan menjaga hubungan kerja sama antarnegara. Kewajiban tersebut berbentuk pembayaran kontribusi,

trust fund, dan dana-dana lainnya yang diserahkan ke beberapa organisasi internasional.

Selanjutnya, untuk anggaran dana dukungan kelayakan pada proyek KPBU dalam penyediaan infrastruktur dalam RAPBN tahun 2018 direncanakan sebesar Rp671,8 miliar. Sasaran yang menjadi tujuan dari alokasi tersebut untuk tahun 2018 antara lain terbangunnya sistem penyediaan air minum (SPAM) Umbulan dalam rangka peningkatan akses air minum yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Alokasi penyediaan dukungan dana (project

development fund/PDF) dalam RAPBN tahun 2018 sebesar Rp118,7 miliar yang disediakan

Pemerintah untuk membiayai fasilitas, dan dapat diberikan pada tahap penyiapan proyek dan/atau pelaksanaan transaksi. Pada tahun 2018, PDF direncanakan untuk penyiapan beberapa proyek dengan skema KPBU, antara lain untuk proyek pembangunan LRT di Medan dan SPAM Bandar Lampung. Alokasi dana dukungan kelayakan dan PDF dimaksud diberikan dalam rangka tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan fasilitas layanan publik dan diharapkan dapat menstimulasi pembangunan infrastruktur di Indonesia. Dana operasional BUN dalam RAPBN tahun 2018 direncanakan sebesar Rp432,2 miliar. Dana tersebut digunakan untuk mendukung dan menjalankan fungsi Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk mengelola kas negara termasuk pembayaran imbal jasa perbendaharaan/bank persepsi agar setiap transaksi perbendaharaan dan kewajiban keuangan pemerintah dan negara dapat diselesaikan secara cepat, tepat, efektif, dan efisien. Dana pembayaran selisih harga beras Bulog merupakan biaya yang ditimbulkan akibat adanya tenggang waktu antara harga yang seharusnya diterima Perum Bulog dengan penetapan harga beras oleh Pemerintah dalam pelaksanaan pembayaran beras. Pembayaran beras dimaksud merupakan tunjangan beras kepada pegawai negeri sipil yang diberikan dalam bentuk natura (bentuk fisik). Alokasi dana pembayaran selisih harga beras Bulog pada RAPBN tahun 2018 direncanakan sebesar Rp42,4 miliar.

Nota Keuangan beserta RAPBN 2018

Bagian II

II.4-43 Bab 4 : Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat RAPBN

Tahun 2018 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2019-2021

Dokumen terkait