TRANSPERKERETAAPIAN
1
K
eselamatan perjalanan KA memang tidak bisa hanya diatur oleh peraturan perundang-undangan yang ada di Kementerian Perhubungan saja. Akan tetapi juga oleh peraturan perundang-undangan yang ada di wilayah Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah (Pemda), Kementerian Pekerjaan Umum dan masyarakat. Menurut Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Prasetyo Boeditjahjono, pengalaman di lapangan menunjukkan peran pemerintah daerah ikut mempengaruhi keselamatan, keamanan dan pelayanan transportasi perkeretaapian. “Pemerintahterus melakukan sosialisasi terkait keselamatan ini kepada semua stakeholder termasuk pemerintah daerah agar mereka mendukung kebijakan keselamatan, keamanan dan pelayanan di bidang perkeretaapian,” ujar Prasetyo kepada Transmedia di Jakarta, beberapa waktu lalu. Guna mencapai target tersebut, Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan
mengupayakan terjadinya koordinasi dan kerja sama yang baik antara pemerintah daerah, PT KAI dan instansi
terkait. Setidaknya kerjasama itu bisa memberi jaminan keselamatan dunia perkeretaapian. Kebijakan pemerintah daerah dalam mengatur dan menjaga rel kereta di wilayahnya, menunjukkan bahwa peran mereka bagi keselamatan transportasi kereta api amat penting Pemerintah daerah juga yang berperan membantu kelancaran lalu lintas kereta api khususnya di titik-titik perlintasan sebidang yang ada. Salah satu contoh, kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan dengan infrastruktur jalur kereta api adalah pemberian izin kepada kontraktor pembangunan untuk pengembangan kawasan perumahan. Untuk pengembangan kawasan perumahan yang melintasi jalur rel kereta api, memang perlu dilengkapi dengan jalur jalan underpass (UP) atau flyover (FO). Keduanya tetap menjadi perhatian pemerintah daerah di samping keberadaan ribuan perlintasan sebidang yang ada. Peran pemerintah daerah sebagian banyak yang diikuti
TRANSPERKERETAAPIAN
1. Kereta Api.
2. Kegiatan peremajaan rel kereta api 2
oleh para pengembang perumahan dengan pembangunan dua fasilitas keselamatan tersebut.
Dengan dukungan semua pihak maka diharapkan aspek keselamatan masyarakat yang melintasi rel kereta api, semakin terjamin. Berdasarkan UU Nomor 23/2007 tentang perkeretaapian, memang telah
disebutkan Pemkab/Pemkot yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengatur dan menjaga rel kereta yang ada di wilayahnya.
Ancaman Lokal Keselamatan Kereta Api
Pemkot juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga kawasan sekitar jalur rel kereta itu aman dan bebas dari ancaman keselamatan. Salah satunya ancaman tanah longsor. Beberapa pengalaman mengungkapkan, kejadian tanah longsor di sekitar rel umumnya adanya perubahan peruntukan tanah di seputar daerah rel KA.
Masyarakat lokal sering mengabaikan dampak buruk pembangunan pada jalur kereta. Mereka membangun rumah,
kebun, pabrik, kandang ternak dan sebagainya tanpa menyiapkan drainase yang baik. Akibatnya, air hujan tidak lagi mampu diserap tanah karena ada bangunan tersebut.
Demi keselamatan perjalanan KA, koordinasi antara Pemerintah Pusat dan seluruh Pemkab/Pemkot serta instansi terkait mutlak dilakukan.
Perlu kesepakatan terkait dengan pengembangan daerah yang harus melintasi rel KA. Ini untuk menjaga agar rel KA tetap steril dan lebih diutamakan daripada proyek perumahan. Undang-undang (UU) melindungi keberadaan jalur lintas kereta api dan siapapun harus melindunginya dari ancaman keamanan. Pemda harus segera membuat UP atau FO untuk menata perlintasan di jalur padat dan rawan macet. Bagi jalur yang tidak padat maka harus membuat palang perlintasan KA yang dijaga oleh petugas dan digaji oleh Pemda bukan PT KAI. Tanggung jawab itu juga diatur dalam UU. Pengalihan lahan khususnya di jalur KA dan stasiun memang perlu pengaturan
agar tata guna lahan menunjang fungsi transportasi KA.
Keselamatan perjalanan KA memang tidak semata tanggungjawab PT KAI semata. Pemerintah terus melakukan sosialisasi berkaitan aspek keselamatan ini kepada operator termasuk masinis dan petugas Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA). Rel KA sudah ada sebelum wilayah perkotaan dan pedesaaan di Jawa dan Sumatera berkembang. Sosialisasi Keselamatan Kepada Operator
Sosialisasi kepada para masinis dan Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) dilakukan agar mereka mengutamakan keselamatan dalam tugasnya. Ketentuan terkait keselamatan diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2007. Disitu juga diatur pasal-pasal pidana bagi yang melakukan pelanggaran.
Memang sulit mencapai target Zero Accident sebagaimana tujuan transportasi. Akan tetapi, upaya meminimalisasi insiden kecelakaan terus dilakukan dengan pembinaan Keselamatan Perkeretaapian kepada semua pihak termasuk masyarakat dan para operator. Langkah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman keselamatan transportasi yang benar kepada masyarakat.
Dengan adanya pembinaan secara intensif, kelaikan prasarana dan sarana serta peningkatan kompetensi SDM, maka diharapkan target mencegah terjadinya insiden kecelakaan perkeretaapian bisa tercapai. Terhitung sejak 2009, telah dilakukan penyegaran guna mengurangi tingkat kecelakaan yang disebabkan “human error” kepada masinis dan PPKA di seluruh Indonesia. Sudah ada banyak masinis dan PPKA yang mendapatkan sertifikat kelaikan. Ini sebagai bentuk perhatian pemerintah menjaga kompetensi petugas perkeretaapian agar perjalanan kereta api bisa lancar, selamat, aman, dan nyaman.
D
irektorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubunganmeresmikan Stasiun Maja Lebak, Banten, awal Mei lalu. Selain Maja, pemerintah juga meresmikan Stasiun Kebayoran, dan Stasiun Parung Panjang. Peresmian ini menandai era baru pemanfaatan sarana dan prasarana transportasi kereta api oleh masyarakat Lebak yang selama ini belum
terakses secara baik oleh KRL. Dengan peresmian ini, maka masyarakat di sekitar Maja Lebak bisa memanfaatkan kereta api untuk kebutuhan transportasi utama menuju Ibukota.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Prasetyo Boeditjahjono berharap peresmian tiga stasiun ini bisa membuka akses transportasi yang baik bagi masyarakat setempat. Selama ini daerah Maja kurang mendapat perhatian investor lantaran lokasinya yang jauh dari ibukota dan akses ke daerah tersebut juga sulit. Namun dengan terbukanya jalur transportasi kereta api, maka potensi ekonomi di kawasan tersebut mulai mendapat perhatian.
Ini ditandai dengan meningkatnya investasi perumahan yang berada di sekitar kawasan stasiun Maja yang langsung diburu oleh para