yang lebih kecil daripada Labi-Labi. Kini, peranan Labi-Labi mulai bergeser akibat banyaknya masyarakat yang lebih memilih untuk menggunakan transportasi pribadi dengan alasan lebih cepat dan terjangkau, baik dari sisi harga hingga waktu.
Seperti yang dipaparkan oleh salah satu Mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Syarifah Balqis memaparkan bahwa dirinya lebih tertarik menggunakan sepeda motor ketimbang Labi-Labi karena lebih menghemat waktu dan biaya mengingat dirinya harus mengejar waktu jam kuliah, serta harga yang sesuai dengan anak kuliahan.
“Kalau pengguna transportasi umum itu lebih cenderung ke ibu-ibu atau lansia
1. Bentor 2. Labi-labi
3. Halte Bus Trans Kutaraja
POTRET
yang tidak punya kendaraan pribadi dan tidak bisa mengendarainya. Lagipula, hal itu dapat memudahkan sepulangnya dari belanja di pasar. Kalau yang remaja cenderung memilih menggunakan motor pribadi, karena lebih praktis dan hemat,” paparnya.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa penggunaan transportasi umum, selain
mempertimbangkan efisiensi biaya, juga melihat dari sisi efisiensi waktu. Balqis memaparkan bahwa menunggu Labi-
Harga yang ditawarkan penjaja jasa sewa Bentor ditafsir sebesar Rp10 ribu hingga Rp15 ribu untuk menuju ke beberapa titik di sekitar Banda Aceh. Dengan adanya dua transportasi massal khas Aceh tersebut memang menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat Aceh untuk berpergian. Meski demikian, salah seorang penjaja jasa sewa Bentor bernama Syarief mengakui bahwa tidak mudah untuk mendapatkan penumpang. Dalam waktu sehari, ia dapat mengumpulkan penghasilan rata- rata Rp100 ribu hingga Rp150 ribu.
Labi cukup memakan waktu yang lama, karena keterbatasan armada dan lama waktu memangkal di beberapa lokasi. Becak Motor (Bentor)
Tidak hanya di Aceh, Bentor juga menjadi alat transportasi massal di beberapa daerah, seperti Medan, Gorontalo, Pulau Jawa dan beberapa daerah lainnya. Selain Labi-Labi, Bentor menjadi salah satu alat transportasi massal yang digunakan sebagai pemenuh kebutuhan dalam menjalani aktivitas masyarakat Aceh sehari-hari. Bentor memiliki nasib yang hampir sama dengan Labi-Labi saat ini. Hanya saja, nasib bentor masih lebih baik ketimbang Labi-Labi. Pengguna Bentor masih sering terlihat, karena beberapa pengguna yang menggunakan jasa Bentor adalah mereka yang membawa beberapa barang bawaan.
“Kalau penghasilan sehari tidak menentu. Pernah mendapat Rp100 ribu, Rp150 ribu, bahkan kalau sepi bisa di bawah Rp100 ribu. Kalau rata- rata Rp100 hingga Rp150 ribu. Itu pendapatan kotor ya, Mbak,” ujarnya saat diwawancarai oleh Transmedia dalam perjalanan menuju Pelabuhan Ulee Lheue. Keberadaan transportasi massal di Aceh akan ditambah dengan adanya Trans Kutaraja. Transportasi tersebut mulai beroperasi pada awal Mei 2016 dengan haparan dapat memberikan pelayanan bagi masyarakat Aceh dan memudahkan kebutuhan masyarakat di bidang transportasi umum.
Trans Kutaraja
Transportasi massal yang satu ini ibarat baju baru yang diidamkan siap dipakai. Pasalnya, belum lama Pemerintah
Provinsi Aceh turut meresmikan Halte Bus Trans Kutaraja yang telah selesai dibuat dan siap digunakan oleh masyarakat Aceh. Kepala Bidang Perhubungan Darat, Komunikasi, Informasi dan Telekomunikasi (Dishubkomintel) Aceh, Raidin Pinim memaparkan bahwa pengadaan Trans Kutaraja tersebut dibantu oleh peran Kementerian Perhubungan yang memberikan sebanyak 25 unit yang akan beroperasi nantinya.
“Terima kasih atas bantuan
Kementerian Perhubungan yang sudah memberikan 25 unit dan kami baru membangun satu koridor. Tahun ini juga akan dibangun untuk satu koridor lagi dengan rute trayek Bandara Sultan Iskandar Muda ke Pelabuhan Ulee Lheue. Sedangkan, kalau Koridor 1 hanya rute Kota Banda Aceh ke Darussalam,” jelasnya saat ditemui Transmedia di ruang kerjanya. Raidin menambahkan bahwa dari 25 unit bus yang akan beroperasi, baru ada 12 unit yang siap beroperasi nantinya. Sedangkan, sisanya akan menyusul. Gubernur Provinsi Aceh pun telah mengambil sikap bahwa pengoperasian Trans Kutaraja nantinya akan diberlakukan tanpa biaya atau gratis yang berlaku selama satu tahun. “Sesuai dengan kebijakan Gubernur Provinsi Aceh akan memberlakukan tarif gratis Trans Kutaraja. Untuk biaya operasionalnya sudah disiapkan oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) selama satu tahun sejak mulai beroperasinya Trans Kutaraja senilai Rp1,7 Miliar,” imbuhnya.
Ragam transportasi massal darat khas Kota Aceh memang menjadi opsi bagi masyarakat Aceh untuk memilih transportasi mana yang sesuai dengan kebutuhan dengan berbagai pertimbangan. Sejatinya, transportasi massal yang tersedia dapat dilakukan pengembangan baik dari sisi keamanan, kenyamanan dan keselamatan
penumpang agar kehadiran transportasi massal darat tidak dilupakan, apalagi sudah menjadi ciri khas di suatu daerah. 3
POTRET
idak heran jika Indonesia dijuluki sebagai negara ribuan pulau. Sebagai masyarakat Indonesia pasti mengenal salah satu Lagu Nasional yang berjudul ‘Dari Sabang Sampai Merauke’, lagu tersebut mendeskripsikan bahwa Indonesia memiliki jajaran pulau-pulau dari ujung barat hingga ujung timur yang bersatu meski multikultural. Dari ujung ke ujung pulau, begitu banyak kekayaan yang dimiliki Indonesia, mulai dari sumber daya alam, hingga beberapa kawasan yang memiliki potensi wisata yang bisa dimanfaatkan sebagai investasi. Sabang, kota tersebut merupakan kota yang terletak di ujung barat wilayah Indonesia. Pulau tersebut memiliki daya tarik wisata yang berbeda dari pulau lainnya yang berada di wilayah Indonesia. Sabang memiliki beberapa spot wisata yang dapat dijajaki oleh para wisatawan. Tentu saja wisata bahari di Sabang menjadi surga bagi para wisatawan. Hampir seluruh sudut kawasan lepas pantai di Sabang memiliki panorama yang begitu indah dengan warna air laut yang biru. Namun, beberapa kawasan wisata bahari yang menjadi kawasan favorit bagi para wisatawan antara lain, Pantai Gua Sarang, Pantai Iboih dan Pulau Rubiah.
Pantai Gua Sarang
Pantai yang satu ini terletak di kawasan Gampang Iboih, Kecamatan Sukakarya. Untuk menuju ke pantai ini