• Tidak ada hasil yang ditemukan

APBN dan APBDBab

Dalam dokumen sma11eko Ekonomi AgusMahfudz (Halaman 40-51)

II

Bab

A APBN

Mengurus rumah tangga negara bukan persoalan mudah, apalagi Indonesia merupakan negara yang besar, baik secara geografis maupun demografis. Untuk dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik agar tujuan pembangunan dapat tercapai, pemerintah membutuhkan aparat, investasi, sarana dan prasarana, dan sebagainya, yang berarti pemerintah harus melakukan pengeluaran. Untuk menutup pengeluaran tersebut, pemerintah perlu memiliki sumber dana atau penerimaan. Rincian penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap tahun akan tampak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Melalui indikator APBN dapat dianalisis seberapa jauh peran pemerintah dalam kegiatan perekonomian nasional.

1. Pengertian

APBN adalah suatu daftar yang memuat rincian pendapatan dan pengeluaran pemerintah pusat dalam jangka waktu satu tahun (1 Januari– 31 Desember) pada tahun tertentu, yang ditetapkan dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

2. Tujuan

Pada dasarnya tujuan dari penyusunan APBN ialah sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran negara dalam melaksanakan tugas kenegaraan untuk meningkatkan produksi, memberi kesempatan kerja, dan menumbuhkan perekonomian, untuk mencapai kemakmuran masyarakat. Selain itu, penyusunan APBN juga memiliki tujuan untuk:

1. meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah

kepada DPR dan masyarakat luas;

2. meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah; 3. membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal;

4. memungkinan pemerintah memenuhi prioritas belanja;

5. membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan

3. Fungsi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) memiliki tiga fungsi.

a. Fungsi alokasi

APBN memuat rincian penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Pendapatan yang dihimpun pemerintah selanjutnya digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran pemerintah di segala bidang sesuai dengan kebutuhan. Perolehan pajak, misalnya, dialokasikan pemerintah untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan, jalan, jembatan dan kepentingan umum lainnya.

b. Fungsi distribusi

APBN yang diperoleh dari berbagai sumber penerimaan oleh pemerintah, kemudian didistribusikan kembali kepada masyarakat, berupa subsidi, premi, dan dana pensiun.

c. Fungsi stabilitas

Pelaksanakan APBN yang sesuai dengan alokasi yang telah ditentukan (tertib anggaran) akan dapat menjaga kestabilan arus uang dan arus barang sehingga dapat mencegah fluktuasi dalam perekonomian nasional. Dengan kata lain, menciptakan kestabilan perekonomian nasional.

4. Prinsip dan Asas Penyusunan APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Prinsip anggaran berimbang, yaitu sisi penerimaan sama dengan sisi pengeluaran, defisit anggaran ditutup bukan dengan mencetak uang baru, melainkan dengan pinjaman luar negeri.

b. Prinsip dinamis

1. Anggaran dinamis absolut, yaitu peningkatan jumlah tabungan pemerintah dari tahun ke tahun sehingga kemampuan menggali sumber dalam negeri bagi pembiayaan pembangunan dapat tercapai.

2. Anggaran dinamis relatif, yaitu semakin kecilnya persentase ketergantungan pembiayaan terhadap pinjaman luar negeri. c. Prinsip fungsional, yaitu pinjaman luar negeri hanya untuk membiayai

pengeluaran pembangunan, bukan untuk membiayai pengeluaran rutin. Semakin dinamis anggaran dalam pengertian relatif, semakin baik tingkat fungsionalitas terhadap pinjaman luar negeri.

Asas yang digunakan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara meliputi:

a. asas kemandirian, artinya pembiayaan negara didasarkan atas

kemampuan negara, sedangkan pinjaman luar negeri hanya sebagai pelengkap;

b. asas penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas;

c. asas penajaman prioritas pembangunan, artinya mengutamakan

pembiayaan yang lebih bermanfaat.

5. Proses Penyusunan APBN

Sejak disahkannya UU No.17/2003 tentang Keuangan Negara dan UU No.1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, pengelolaan APBN mengalami perubahan dalam proses penganggaran, dari perencanaan hingga pelaksanaan anggaran. Berikut tahapan proses perencanaan dan penyusunan APBN.

a. Tahap pendahuluan

1. Tahap awal mempersiapkan rancangan APBN oleh pemerintah

meliputi penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran, skala prioritas, dan penyusunan budget exercise. Asumsi dasar APBN meliputi:

a. pertumbuhan ekonomi,

b. tingkat inflasi, c. nilai tukar rupiah,

d. suku bunga SBI tiga bulan, e. harga minyak internasional, dan f. lifting.

2. Mengadakan rapat komisi antarkomisi masing-masing dengan

mitra kerjanya (departemen/lembaga teknis).

3. Melakukan proses finalisasi penyusunan RAPBN oleh pemerintah.

b. Tahap pengajuan, pembahasan, dan penetapan APBN

1. Tahapan ini dimulai dengan pidato presiden sebagai pengantar RUU APBN dan Nota Keuangan.

2. Selanjutnya, membahas baik antara menteri keuangan dan panitia anggaran DPR maupun antara komisi-komisi dan departemen/ lembaga teknis terkait.

3. Hasil dari pembahasan berupa UU APBN memuat satuan

anggaran sebagai bagian tidak terpisahkan dari UU tersebut. Satuan anggaran adalah dokumen anggaran yang menetapkan

alokasi dana per departemen/lembaga, sektor, subsektor, program, dan proyek/kegiatan.

4. Untuk membiayai tugas umum pemerintah dan pembangunan,

departemen/lembaga mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL) kepada Departemen Keuangan dan Bappenas untuk kemudian dibahas menjadi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan diverifikasi sebelum proses pembayaran. Proses ini harus diselesaikan dari Oktober hingga Desember.

5. Dalam pelaksanaan APBN dibuat petunjuk berupa Keputusan

Presiden (Kepres) sebagai Pedoman Pelaksanaan APBN. Dalam melaksanakan pembayaran, kepala kantor/pimpinan proyek di masing-masing kementerian dan lembaga mengajukan Surat permintaan Pembayaran kepada Kantor Wilayah Perbendaharaan Negara (KPPN).

c. Tahap pengawasan APBN

1. Fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan APBN dilakukan oleh

pengawas fungsional baik eksternal maupun internal pemerintah. 2. Sebelum berakhirnya tahun anggaran (sekitar bulan November), pemerintah melalui Menteri Keuangan membuat laporan pertanggung jawaban pelaksanaan APBN dan melaporkannya dalam bentuk Rancangan Perhitungan Anggaran Negara (RUU PAN) yang paling lambat dilakukan lima belas bulan setelah berakhirnya pelaksanaan APBN tahun anggaran yang ber-sangkutan. Laporan ini disusun atas dasar realisasi yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa keuangan (BPK). Apabila hasil pemeriksaaan perhitungan dan pertanggung jawaban pelaksanaan yang dituangkan dalam RUU PAN disetujui oleh BPK, RUU PAN tersebut diajukan kepada DPR untuk mendapat pengesahan menjadi UU Perhitungan Anggaran Negara (UU PAN) tahun anggaran bersangkutan.

6. Struktur APBN

Format APBN yang sekarang ini sudah disesuaikan dengan format I-Account GFS IMF Standard, yang terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu 1. sisi penerimaan,

2. sisi pengeluaran, dan 3. sisi pembiayaan.

Apakah kalian sudah membaca APBN negara kita tahun ini?

No. Uraian 2002 2003 2004 2005 2006

(PAN) (PAN) (APBN-P) (APBN-P2) (APBN)

1. Pendapatan Negara dan 298,8 341,4 403,8 516,2 625,2 Hibah

Penerimaan Perpajakan 210,1 242,0 279,2 347,6 416,3 Penerimaan Bukan Pajak 88,4 98,9 123,8 161,4 205,3

Hibah 0,3 0,5 0,8 7,2 3,6

2. Belanja Negara 322,2 376,5 430,0 542,4 647,7

Belanja Pemerintah Pusat 224,0 256,2 300,0 392,8 427,6 Pembayaran Bunga Utang 89,9 65,4 63,2 59,2 76,6

Subsidi 40,0 43,9 69,9 121,9 79,5

Belanja Daerah 98,2 120,3 130,0 149,6 220,1 3. Keseimbangan Umum (23,4) (34,4) (26,3) (26,2) (22,4)

4. Surat Utang Negara 650,0 624,0 621,0 620,0 n.a.

5. Utang Luar Negeri 131,3 135,4 137,0 134,9 n.a.

(USD milyar)

Pemerintah 74,5 80,9 80,7 78,3 n.a.

Swasta 55,2 51,9 52,9 52,4 n.a.

6. PDB Nominal 1.897,8 2.086,8 2.303,5 2.636,5 3.040,8 7. Surplus (Defisit) APBN/ (1,4) (1,7) (1,1) (1,0) (0,7)

PDB (%)

Tabel 2.1 APBN Tahun 2002–2006 (dalam Triliun rupiah)

B APBD

Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, serta memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan, pemerintah Republik Indonesia sejak 1 Januari 2001 menerapkan otonomi daerah. Dengan berlakunya otonomi daerah prinsip pembangunan daerah mengalami pergeseran dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, daerah mempunyai hak dan kewajiban yang diwujudkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah, dan dijabarkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

1. Pengertian

APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan keuangan daerah.

2. Landasan Hukum

Landasan hukum dari penyusunan APBD tercantum dalam: a. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

b. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan daerah.

3. Tujuan

Tujuan penyusunan APBD adalah

a. membantu pemerintah daerah mencapai tujuan fiskal dan

meningkatkan koordinasi antarbagian dalam lingkungan pemerintah daerah;

b. membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan

barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan;

c. memungkinkan pemerintah daerah untuk memenuhi prioritas belanja;

d. meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah

4. Fungsi

APBD memiliki fungsi sebagai berikut. a. Fungsi otorisasi.

b. Fungsi perencanaan, melalui APBD, pemerintah daerah dapat: 1. merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan

visi dan misi yang ditetapkan;

2. merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai

tujuan organisasi serta merencanakan alternatif sumber pembiayaannya;

3. mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun;

4. menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.

c. Fungsi pengawasan, dengan APBD dapat dihindari adanya

overspending, underspanding, dan salah sasaran dalam pengalokasian anggaran pada bidang lain yang bukan merupakan prioritas.

d. Fungsi alokasi, APBD memuat pendapatan yang dihimpun oleh

pemerintah daerah yang digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran pemerintah daerah di segala bidang dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat karena pemerintah daerah lebih mengetahui kebutuhan serta standar pelayanan masyarakat.

e. Fungsi distribusi, APBD yang diperoleh dari berbagai sumber

penerimaan oleh pemerintah daerah, kemudian didistribusikan kembali kepada masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Selain fungsi-fungsi yang telah disebutkan di atas, APBD sebagai anggaran sektor publik juga memiliki fungsi sebagai:

a. alat kebijakan fiskal, artinya APBD digunakan sebagai alat untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi, serta untuk mengetahui arah kebijakan fiskal pemerintah sehingga dapat dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi-estimasi ekonomi;

b. alat koordinasi dan komunikasi menjadi alat koordinasi antarbagian dalam pemerintah sebab proses penyusunan anggaran melibatkan setiap unit kerja pemerintah;

c. alat penilaian kinerja dari eksekutif sebagai budget holder oleh legislatif pemberi wewenang, kinerja eksekutif dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi anggaran;

d. alat motivasi untuk bekerja dengan efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan, target anggaran hendaknya tidak terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi dan tidak terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai;

e. alat politik menjadi dokumen politik sebagai bentuk komitmen

eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik,

f. alat menciptakan ruang publik baik masyarakat, LSM, perguruan

tinggi,dan berbagai organisasi kemasyarakatan lainnya yang me-mungkinkan untuk terlibat dalam proses penganggaran.

5. Proses Penyusunan APBD

Proses penyusunan APBD sebelum otonomi daerah berbeda dengan setelah era otonomi daerah. Penyusunan APBD sebelum otonomi daerah tidak melibatkan masyarakat secara langsung terhadap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga aspirasi masyarakat kurang mendapat perhatian. Penyusunan anggaran lebih memerhatikan petunjuk-petunjuk dari pusat yang lebih bersifat sektoral. Setelah era otonomi daerah, penyusunan APBD lebih mengutamakan nuansa masyarakat yang benar-benar dibutuhkan dalam rangka memecahkan masalah yang diidentifikasi bersama dengan potensi lokal yang dimiliki.

Tabel 2.2 Siklus dan Mekanisme Perencanaan dan Penyusunan APBD Sebelum Otonomi Daerah

No. Uraian Siklus Mekanisme

1 Musyawarah Mei–Juni Musyawarah tingkat kelurahan

tingkat ditetapkan program/ kegiatan

kelurahan beserta nilainya, yaitu plafon untuk setiap kelurahan sebesar Rp50 juta. 2 Musyawarah Juni–Juli Musyawarah tingkat camat untuk

tingkat menginvestarisasi program/kegiatan kecamatan yang belum dibiayai serta aspirasi

masyarakat.

3 Rakorbangda II Agustus–September Sinkronisasi musyawarah tingkat camat dengan dinas-dinas terkait tentang program/kegiatan yang akan dilaksanakan.

4 Rakorbangda I September–Oktober Sinkronisasi kebijakan program/ kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai prioritas dan ketersediaan anggaran.

No. Uraian Siklus Mekanisme

5 Penyusunan November–Desember Masing-masing dinas teknis

RAPBD menyusun RAPBD.

6 Pembahasan Januari–Maret Pembahasan RAPBD dengan

RAPB DPRD.

7 Pengesahan Maret Pengesahan APBD. APBD

No. Uraian Siklus Mekanisme

1 Musyawarah Maret–Juli Masyarakat, RT, RW, LKMD, dan kelurahan kelurahan menginventarisir dan

membangun menampung permasalahan (belum

muncul nilai program/kegiatan). 2 Musyawarah Juli–Agustus Perwakilan kelurahan yang ditunjuk,

kecamatan fasilitator (LSM, tokoh masyarakat, membangun anggota DPRD wakil kecamatan), camat, dan dinas terkait mencari solusi pemecahan masalah dan kebutuhan pembangunan.

Sinkronisasi program/kegiatan yang dapat didanai APBD dan inventarisasi program/kegiatan dengan atau tanpa disertai nilainya. 3 Musyawarah September–Oktober Wakil kelurahan (lurah dan LKMD), kota membangun fasilitator, camat, dinas-dinas, tokoh masyarakat, dan perguruan tinggi menentukan skala prioritas program/kegiatan per sektor di-sesuaikan dengan ketersediaan anggaran.

4 Penyusunan Oktober–November Masing-masing dinas teknis

RAPBD menyusun RAPBD.

5 Pembahasan November–Desember Pembahasan RAPBD dengan

RAPBD DPRD.

6 Pengesahan Desember Pengesahan APBD. APBD

Tabel 2.3 Siklus dan Mekanisme Perencanaan dan Penyusunan APBD Setelah Otonomi Daerah

6. Struktur APBD

Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan anggaran pembiayaan. Apakah kalian telah membaca APBD provinsi kalian tahun ini? Apakah APBD masing-masing provinsi sama atau berbeda?

Uraian Anggaran 2005

Pendapatan Asli Daerah 6.912.600.000.000,00 Dana Perimbangan 5.255.640.000.000,00 Lain-lain Pendapatan yang Sah 192.000.000.000,00 Jumlah Pendapatan 12.360.240.000.000,00 Belanja Aparatur 4.906.287.605.874,00 Belanja Adum 2.646.836.148.876,00 Belanja BOP 1.566.144.904.502,00 Belanja Modal 693.306.552.496,00 Belanja Publik 9.013.952.394.126,00 Belanja Adum 2.217.113.484.229,00 Belanja BOP 2.737.402.044.718,00 Belanja Modal 3.587.959.643.029,00 Belanja Bantuan Keuangan 401.514.848.000,00 Belanja Tidak Tersangka 69.962.374.150,00 Jumlah Belanja 13.920.240.000.000,00 Surplus/Defisit Anggaran (1.560.000.000.000,00) Pembiayaan 1.560.000.000.000,00 Penerimaan Daerah 1.650.000.000.000,00 Pengeluaran Daerah 90.000.000.000,00

Tabel 2.4 APBD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005

C Sumber Penerimaan Pemerintah Pusat dan

Dalam dokumen sma11eko Ekonomi AgusMahfudz (Halaman 40-51)

Dokumen terkait