• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Neraca Pembayaran

Dalam dokumen sma11eko Ekonomi AgusMahfudz (Halaman 124-128)

Kebijakan Sistem Nilai Tukar di Indonesia

3. Struktur Neraca Pembayaran

Suatu neraca pembayaran internasional terdiri dari neraca-neraca parsial yang cakupannya lebih spesifik, di antaranya sebagai berikut.

a. Neraca perdagangan merupakan catatan sistematis dari transaksi

perdagangan (ekspor-impor) suatu negara dengan negara lain dalam periode tertentu, atau neraca selisih antara nilai ekspor dan impor barang. Neraca perdagangan ini dapat bersifat aktif atau mengalami surplus apabila nilai ekspor melebihi nilai impor; dan sebaliknya bersifat pasif atau mengalami defisit apabila nilai impornya lebih besar dibandingkan nilai ekspor.

Neraca pembayaran adalah ikhtisar dari semua transaksi ekonomi internasional (perdagangan, investasi, pinjaman, dan sebagainya) yang terjadi antara penduduk (pengusaha, individu, perusahaan, atau pemerintah) dalam suatu negara dengan penduduk luar negeri selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun dan dinyatakan dalam dolar AS.

berjalan akan defisit jika neraca perdagangan dan neraca jasa sama-sama negatif, atau surplus neraca perdagangan lebih kecil daripada deficit neraca jasa.

A. Transaksi Berjalan 1. Barang a. Ekspor b. Impor 2. Jasa-jasa a. Ekspor b. Impor

B. Neraca Modal atau Lalu Lintas Modal 1. Pemerintah a. Masuk b. keluar 2. Swasta a. Masuk b. Keluar

C. Special Drawing Rights (SDR) D. Jumlah (A + B + C)

E. Selisih Penghitungan (Error and Omissions)

F. Cadangan Devisa atau Lalu Lintas Moneter

d. Neraca modal menggambarkan lalu lintas modal masuk dan keluar

suatu negara, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. 1. Aliran modal masuk terdiri dari investasi langsung pihak asing,

menerima pinjaman luar negeri, menerima angsuran pokok dan bunga atas pinjaman yang pernah diberikan kepada pihak asing. 2. Aliran modal keluar berupa pembayaran utang pokok.

h. Cadangan devisa melambangkan saldo neto neraca pembayaran yang mencerminkan surplus atau defisitnya neraca pembayaran suatu negara.

1. Jika bertanda negatif, artinya terjadi kenaikan cadangan devisa, maka neraca pembayaran surplus.

2. Jika bertanda positif, artinya terjadi penurunan cadangan devisa, maka neraca pembayaran defisit.

Berbagai permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh negara kita sangat terkait dengan permasalahan defisit neraca pembayaran Ada beberapa hal yang menjadi penyebab besarnya defisit neraca pembayaran.

1. Meningkatnya konsumsi barang dan jasa untuk investasi Pesatnya

investasi di Indonesia, terlebih setelah ada keputusan yang memperbolehkan Investasi Asing Langsung (Foreign Direct Investment/ FDI), menyebabkan banyaknya pembangunan pabrik-pabrik yang membutuhkan barang dan jasa untuk investasi (misalnya mesin-mesin, tenaga ahli). Karena barang-barang tersebut tidak dapat diperoleh dari dalam negeri atau investor ingin menggunakan barang-barang dan jasa yang telah dikenalnya di negara asal, ia akan mengimpor barang dan jasa tersebut, yang tentu saja akan menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk impor. Membesarnya defisit transaksi berjalan tidak perlu dikhawatiran karena pada masa mendatang defisit transaksi berjalan akan berkurang, oleh karena investasi berorientasi ekspor akan mendatangkan devisa bagi negara.

2. Meningkatnya konsumsi barang dan jasa konsumen. Barang-barang

konsumen adalah barang dan jasa yang langsung dipakai untuk dikonsumsi, misalnya makanan atau jasa dokter. Barang dan jasa ini tidak dapat digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa lainnya. Untuk itu, perlu diadakan pembatasan-pembatasan atas impor barang atau jasa tersebut baik oleh pihak pemerintah ataupun konsumen sendiri.

a. Pemerintah dapat melakukan pembebanan pajak yang tinggi

untuk barang-barang (yang telah dapat diproduksi di dalam negeri) yang masuk ke Indonesia. Untuk ini, pemerintah perlu mengawasi mutu dan kuantitas dari barang-barang produksi

Selain itu, konsumen harus dapat mencintai produk dalam negeri sehingga dapat mengurangi impor serta mampu mengurangi jumlah pengangguran.

Untuk menutup defisit transaksi berjalan, pemerintah dapat melakukan hal-hal berikut ini.

1. Pinjaman dalam negeri, yaitu dengan pemerintah mengeluarkan

obligasi dan menjualnya di pasar uang dalam negeri. Jika masyarakat (termasuk bank-bank) membeli obligasi tersebut, pemerintah memperoleh dana yang semula ada di tangan masyarakat. Biasanya bank sentral yang bertindak sebagai agen pemerintah. Cara open market operations ini hanya dapat dilakukan di negara-negara yang telah memiliki pasar surat berharga (bursa efek dan saham) yang sudah maju. Jika pemerintah meminjam dari masyarakat melalui pasar uang, akan mengakibatkan naiknya suku bunga keseimbangan di pasar uang. Kenaikan suku bunga mungkin akan mengurangi pengeluaran investasi swasta.

2. Pinjaman luar negeri, dengan menjual obligasi pemerintah di pasar luar negeri. Dalam hal ini pemerintah menerima dana (dalam bentuk mata uang asing atau devisa) dan pembeli di luar negeri menerima surat tanda berutang (obligasi) pemerintah (beserta janji waktu pembayaran kembali dan besarnya bunga yang dibayarkan). Cara ini lebih cocok digunakan apabila pemerintah membutuhkan dana dalam bentuk devisa. Dengan menggunakan cara ini sama artinya dengan membayar satu utang dengan membuka satu utang lain (gali lubang tutup lubang) sehingga secara keseluruhan efeknya hanya memperpanjang periode pembayaran utang. Cara ini cukup riskan karena bila tidak berhati-hati akan menggerogoti hasil ekspor, yaitu dengan adanya keharusan untuk membayar cicilan pokok pinjaman ditambah bunganya. Selain itu, bila tidak dapat terbayar, utang akan semakin menumpuk dan suatu saat akan mengakibatkan kebangkrutan negara, seperti yang dialami oleh Meksiko. Negara ini menanggung banyak utang jangka pendek yang telah jatuh tempo, namun tidak dapat dilunasi sehingga mengacaukan perekonomiannya.

Pembiayaan dengan cara ini sebaiknya dihindari karena akan dapat merusak perekonomian. Dengan meningkatnya jumlah uang beredar, pengeluaran akan bertambah sehingga akan mendorong kenaikan harga-harga yang pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.

4. Penggunaan cadangan devisa, dengan cara pemerintah mengeluarkan cadangan devisanya, yang diperoleh dari pembayaran ekspor yang masih tertunda ataupun dari pembayaran ekspor terdahulu.

Dalam dokumen sma11eko Ekonomi AgusMahfudz (Halaman 124-128)

Dokumen terkait