• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI PERANCANGAN

Dalam dokumen PUSAT PERFILMAN di SURABAYA. (Halaman 84-93)

Perancangan Pusat Perfilman di Surabaya ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan baik bagi para pecinta film maupun para produser dan artis dari seluruh tanah air khususnya dalam sarana hiburan untuk melakukan aktifitas perfilman di tempat ini, seperti festival film, gala premiere dan nonton bersama.

Pada aplikasi konsep rancangan proyek Pusat Perfilman di Surabaya ini menggunakan persyaratan – persyaratan yang ada pada bab sebelumnya untuk kemudian diterapkan pada penyelesaian gambar rancangan tugas akhir yang akan diuji dengan kaidah – kaidah dan azas – azas perancangan sehingga dapat diperoleh hasil desain rancangan yang paling optimal.

6. 1. Aplikasi Bentuk

Aplikasi bentukan bangunan pada rancangan Pusat Perfilman di Surabaya ini didasari oleh studio-studio utama yang telah disusun berdasarkan analisa view, zoning dan konsep untuk kemudia berdiri hingga level 3.

. Gambar 6. 1. Pencapaian bentuk Pusat Perfilman di Surabaya (Sumber : Berkas Tugas Akhir, 2010)

Setelah bangunan utama berdiri, maka selanjutnya adalah proses pencapaian ide rangka atap. Atap utama yang berada di area belakang ini dibuat lebih menonjol dan berani dari atap area fasilitas sekitarnya dan diharap mampu memberi kesan ’dekons’ yang berbeda. Atap yang beralur miring – naik – turun – naik dari kiri ke kanan ini mengambil metoda differal dimana garis-garis yang tercipta tidak konsisten dan tidak terselesaikan pada bagian ujungnya  bantang pipa penyangga area ujung atap.

Kemudian bangunan penunjang lainnya, seperti Studio VIP, Galery, Lorong Hall, Jembatan penghubung; dicapai dengan memiliki bentukan yang sedikit bebas dengan tetap mengacu pada pola ’difference’ dan ’differal’ yang ada.

Gambar 6. 2. Pencapaian bentuk rangka atap (Sumber : Berkas Tugas Akhir, 2010)

Gambar 6. 3. Pencapaian bentuk Pusat Perfilman di Surabaya (Sumber : Berkas Tugas Akhir, 2010)

Adanya pembagian level lantai antara level 1 dan 2, membuat suasana ruang menjadi sedikit intim. Karenanya, untuk level 3, selain bentukan denah yang sedikit ’difference’, ekspose rangka atap dihadirkan guna memberi suasana yang lapang bagi pengunjung. Pada level 3 merupakan area penunjang.

6. 2. Aplikasi Tampilan

Tampilan bangunan dengan warna monokrom dan permainan perbedaan bidang masif dan transparan, serta bentukan secara keseluran yang berusaha memberi kesan berbeda bagi lingkungan sekitarnya, menjadi daya tarik tersendiri untuk menonton film di gedung ini.

Gambar 6. 4. Bentukan pada level 3 dengan ramgka atap yang diekspose

Gambar 6. 5. Perspektif dan TampakTampilan Bangunan (Sumber : Berkas Tugas Akhir, 2009)

Elemen Tranparan diperlihatkan pada sisi tampak depan bangunan yang dianggap memiliki View yang potensi keluar, seperti, Game, Jembatan, Lorong lantai 2 dan Galerry... Elemen Masif untuk melindungi isi bangunan dari cahaya matahari seperti sisi tengah bangunan yang merupakan toko ( lantai 3 )

Penggunaan beberapa material seperti kaca maupun claydding yang digunakan secara berulang dan juga diatur sedemikian rupa juga dapat menunjukan tema yang digunakan. Sedangkan penggunaan warna cream kecoklatan menjadi simbol bangunan dekonstruksi yang berkesan simple dan unik.

Tampak depan terlihat sisi atap belakang yang terkesan menonjol, permainan atap jembatan, lorong, galery, dan studio VIP yang memilki ’difference’ disetiap bangunan.

6. 3. Aplikasi Sirkulasi

Sirkulasi dalam site ditata menggunakan pola linier, ini ditujukan agar pengguna jalan dapat dengan mudah bersirkulasi di dalamnya. Area sirkulasi in dan out pada motor dan mobil pengunjung memiliki satu arah yang sama, ini ditujukan agar pengunjung tidak merasa bingung, yakni parkir menuju dan keluar basement. Sedangkan untuk pengelola,staf dan karyawan, memiliki sirkulasi tersendiri, yaitu terletak pada sisi kiri site, hal ini agar mereka dapat langsung menuju pintu yang akan dituju.

Parkir pengelola

Gambar 6. 7. Vegetasi pada area gedung (Sumber : Berkas Tugas Akhir, 2010)

6. 4. Aplikasi Ruang Luar

Dalam penyelesaian ruang luar pada Pusat Perfilman di Surabaya ini antara lain : 1. Memberikan pola vegetasi seperti pohon-pohon palem, perdu, dan sebagainya untuk

memperkuat kesan sirkulasi dan sebagai penanda arah sirkulasi. Selain itu juga mampu menunjang keberadaan sikuen – sikuen lansekap.

2. Permainan elevasi lantai diterapkan pada beberapa poin, perbedaan elevasi ini diterapkan kedalam bentuk tangga. Hal ini untuk mengarahkan pengunjung dan menghindari kesan jenuh.

3. Penggunaan ruang luar sebagai plaza untuk melihat keseluruhan bangunan  Lounge ruang luar yang berada di bawah jembatan dengan view terbuka pada sisi depan.

6. 5. Aplikasi Ruang Dalam Bangunan (Interior)

Ruang dalam pada Pusat Perfilman di Surabaya ini dibuat seefisien mungkin dengan kebutuhan aktivitas pengguna dan tetap terasa nyaman.

Pada ruang studio zone, dinding dilapisi dengan peredam suara, sedangkan pada plafonnya diatur sedemikian rupa disesuaikan dengan akustik ruang sebuah auditorium.

Gambar 6.10. Interior Lounge Drama dan Store (Sumber : Berkas Tugas Akhir, 2010)

Gambar 6. 8. Interior Studio Zone (Sumber : Berkas Tugas Akhir, 2010)

Gambar 6.9. Interior Lounge Horor dan Cafe (Sumber : Berkas Tugas Akhir, 2010)

PENUTUP

Dengan berakhirnya penyusunan laporan tugas akhir Pusat Perfilman di Surabaya ini diharapkan segala tujuan dan sasaran dari penyusunan laporan ini dapat tercapai dan terlaksana dengan baik dan lancar.

Karena keterbatasan waktu dan data-data yang penyusun terima di dalam proses penyusunan laporan tugas akhir, maka mohon segala kritik dan saran dari bapak dan ibu dosen jurusan Teknik Arsitektur dan pembaca akan sangat diharapkan demi tercapainya suatu hasil yang baik didalam pengerjaan laporan Tugas Akhir ini.

Demikian laporan Tugas Akhir ini telah tersusun, diharapkan nantinya dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat serta dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Apabila terdapat kata-kata maupun penggunaan bahasa yang kurang tepat, selaku penyusun mohon maaf yang sebesarnya sekian saya ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Dolle, Leslie L, Terjemahan : Akustik Lingkungan, Penerbit : Erlangga,1990

Ernest Neufert, Data Arsitek jilid 1 dan 2, penerbit : Erlangga

Patricia Tutt, New Metric Handbook, The Architectural Press, London,1976

Poerwadarminto W. J. S., Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : P.N. Balai Pustaka, 1976

Sudrajat, phD., MSA.,Jr. Iwan, Dekonstruksi dalam Arsitektur, 1995

Y.B. Mangunwijaya, Pengantar Fisika Bangunan, 1989

Laporan Akhir RDTRK Unit Pengembangan Satelit, 2008

Lord and Templeton second edition. Detailing for Acoustics

Indonesia Design.Volume 4. No 20.2007 / Blitz Megaplex Bandung

www.budpar.go.id/ Industri Perfilman Menjadi Industri www.wikipedia.com/bioskop21.

Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/ Galeri Tempo Doeloe, Potensi Wisata Sejarah Perfilman Nasional

www.Surabayatourism.com

www.ebizzasia.com/MPX Grande

Dalam dokumen PUSAT PERFILMAN di SURABAYA. (Halaman 84-93)

Dokumen terkait