• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PERANCANGAN

Dalam dokumen PUSAT PERFILMAN di SURABAYA. (Halaman 78-84)

Dalam sebuah proses perancangan, diperlukan adanya analisa dan pembuatan konsep yang didasari atas hasil analisa yang di dalamnya terdapat penyelesaian – penyelesaian terhadap permasalahan yang ada tersebut. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisa dan konsep rancangan yang diinginkan pada proyek Pusat Perfilman di Surabaya untuk direalisasikan pada rancangan tersebut.

5. 1. Konsep Dasar Perancangan

Perkembangan gedung bioskop yang marak bermunculan di beberapa negara seperti German, Melborne, hingga di Jakarta dan Bandung dengan BLITZ Megaplex memiliki karakter yang berbeda-beda dan dapat dikatakan berani tampil unik.

Dengan melihat studi kasus yang telah ada, maka konsep dasar rancangan ialah ingin mewujudkan sebuah bangunan gedung bioskop yang tampil berbeda dengan area sekitarnya yang dapat menciptakan daya tarik bagi masyarakat kota Surabaya. Konsep arsitektur Dekonstruksi dianggap paling sesuai untuk merancang sebuah bangunan yang memiliki karakter yang berbeda dengan yang lainnya. Tampilan yang tidak hanya menonjolkan ’keberanian’, namun lebih dari itu adalah kesan yang unik dan baru ’fresh’.

“Deconstructive Architecture ….adalah bukan untuk membangun sesuatu yang nyeleneh, sia-sia, tanpa bisa dihuni, tetapi untuk membebaskan seni bangunan dari segala keterselesaian yang membelenggu” Jacques Derrida. Metoda rancang yang dipakai dalam konsep dekons adalah :

Gambar 5.1. Tampilan bangunan bioskop yang berkesan berani Sumber : internet, 2010

1.Hierarki Rieversal yakni pemutar balikan alur hierarki yang biasa terjadi pada umumnya >> menonton >> lorong >> masuk studio >> keluar >> sesuatu yang terbuka...( berbanding terbalik dengan alur yg ada selama ini ).

2.Difference & Diferal yakni perbedaan dan penundaan yang akan dipakai dalam merancang 6 jenis Studio yang memiliki suasana Lounge dan ruang Studio yang berbeda.Unsur eksterior dengan metoda ‘Diferal’ juga akan diaplikasikan, melalui elemen atap pada masing – masing fungsi ruang.

Metoda rancang dekonstruksi diambil dari kutipan Iwan Sudrajat dalam bukunya Dekonstruksi dalam berarsitektur, dalam metoda-metoda yang disampaikan, merupakan pembahasan dekonstruksi milik Michael Benedikt.

5. 2. Konsep Bentuk

Setelah pemilihan tema dan konsep dicapai, selanjutnya adalah penentuan penataan massa bangunan pada Site yang telah ada.Adapun secara singkat, proses berpikir yang telah dilakukan selama proses perancangan. Pertama adalah mempertimbangkan bentuk Studio itu sendiri yang menjadi massa utama. Dari massa yang ada kemudian disusun menjadi beberapa alternatif seperti berikut :

Massa yang disusun adalah massa Studio 3D dan 4 Studio Zone..bentuk penataan yang dipilih berpola ‘L’ dengan pertimbangan ruang” lebih efektif dan area depan digunakan untuk open space. Perlu diperhatikan elevasi bioskop yang tinggi (9,6 m) maka permainan elevasi lantai dapat dimanfaatkan dengan membaginya menjadi 2 lantai. Sedang untuk massa bioskop VIP berbentuk lingkaran, guna memberi kesan yang eksklusif  Difference konsep.

5. 3. Konsep Tampilan

Tampilan bangunan mengambil kesan yang ’berbeda’, sehingga kesan gedung bioskop tidak seberapa terlihat sesuai dengan fungsinya. Hal ini merupakan salah satu metoda dekonstruksi cross-programing dari hierarki rieversal, dimana sebuah tampak luar gedung dapat berbanding terbalik dengan fungsi yang ada di dalamnya. Warna bangunan akan berupa warna monokrom guna menampilkan kesan eksklusif dan berbeda dengan sekitarnya ( Go-ci Mal yang berwarna-warni serta McD ).

Gambar 5. 3. Sketsa konsep tampilan Sumber : Berkas Tugas Akhir, 2010

5. 4. Konsep Sirkulasi

Pada konsep sirkulasi Pusat Perfilman di Surabaya ini terbagi menjadi dua sirkulasi yaitu sebagai berukut :

 Sirkulasi ruang luar

Sirkulasi pengunjung pada ruang luar menggunakan sirkulasi linier yang diterapkan dengan penggunaan satu pintu masuk dan satu pintu keluar keluar di sisi kanan bangunan. Dimulai dari lorong hall  naik ke level 2  menonton masuk melalui lorong-lorong  kemudian keluar di level 1 dengan sesuatu yang terbuka ( lounge ).

 Sirkulasi ruang dalam

Pola sirkulasi yang digunakan untuk mengarahkan pengunjung sesuai aktifitasnya terbagi menjadi 2 macam sirkulasi yaitu:

a. Sirkulasi horizontal, menggunakan sirkulasi radial. Sistem sirkulasi radial memadukan unsur-unsur sistem radial ( menyebar ).

b. Sirkulasi vertikal, menggunakan lift, eskalator dan tangga.

5. 5. Konsep Ruang Dalam ( Interior )

Pola ruang dalam pada Pusat Perfilman di Surabaya terdiri dari beberapa fungsi ruang yang berbeda, yaitu dibedakan antara Fasilitas utama, fasilitas penunjang dan fasilitas servis.

Fasilitas Utama Fasilitas penunjang Fasilitas servis Keterangan :

Gambar 5. 4. Sketsa pola ruang dalam Level 1,2 dan 3 (Sumber : Berkas Tugas Akhir, 2010)

5. 6. Konsep Ruang Luar

Penyelesaian ruang luar antara lain dengan penggunaan vegetasi (tanaman) baik seperti pohon-pohon besar dan perdu maupun vegetasi tambahan, yang ditata meliuk sedikit tidak beraturan guna memberi kesan ’differal’ ( tak terselasaikan ) dan juga penggunaan unsur air seperti pada area kolam sebagai pembatas dan efek relaksasi.

5. 7. Konsep Struktur

Sistem Struktur yang direncanakan memakai sistem grid pada penataan kolom dan balok. Konstruksi yang digunakan pada kolom dan balok adalah beton bertulang. Sedangkan pada atap menggunakan sistem struktur rangka ruang, rangka batang, dan atap dack. Material seperti kaca dan aluminium juga dipergunakan untuk menghasilkan kesan ’difference’ antara masif dan transparan.

5. 8. Konsep Mekanikal Elektrikal A. Sistem Aliran Listrik

Listrik mutlak diperlukan sebagai kelangsungan kegiatan yang terus menerus pada gedung ini. Untuk itu disamping menggunakan aliran listrik dari PLN, disediakan pula alternatif generator set (genset), apabila terjadi pemadaman listrik dari PLN. Penempatan genset disesuaikan sehingga tidak menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu aktifitas.

B. Sistem Penghawaan

Sistem Penghawaan yang secara khusus hanya dibuat untuk ruang – ruang pada studio musik, ruang auditorium, dll. Untuk sebuah gedung bioskop maupun ruang yang mendukung menggunakan AC central, sedangkan untuk ruang kantor pengelola menggunakan AC split. Pemakaian jenis AC ini dipertimbangkan dengan :

- Kebisingan yang timbul AC dapat dihindarkan - Pemeliharaan dan maintenance lebih mudah - Biaya operasional lebih efisien.

C. Sistem Pencegahan Bahaya Kebakaran

bahaya kebakaran dengan digunakannya sistem pencegahan kebakaran yang dapat mengamankan manusia. Adapun cara pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran antara lain adalah :

- Perencanaan terhadap pemilihan bahan / material yang tidak mudah terbakar dan penyebaran apinya lambat.

- Merencanakan pintu darurat atau tangga darurat dan sirkulasinya.

- Menyediakan peralatan pemadam kebakaran pada tempat – tempat umum yang mudah dilihat dan ditemukan, seperti :

a. Sprinkler dengan smoke detektor yang bekerja secara otomatis dengan membunyikan

fire alarm, yang ditempatkan pada masing – masing ruang dalam.

b. Fire Extinguiser khususnya pada ruang dapur, mekanikal / elektrikal atau ruang - ruang yang terdapat aliran listrik.

c. Fire Hydrant yang ditempatkan pada ruang luar dengan sumber air yang berasal dari pipa induk PDAM serta tanki – tanki air.

Berikut adalah Diagram cara kerja Sprinkler Semi Otomatis :

Gambar 5.5. Cara Kerja Sprinkler Semi Otomatis (Sumber : Penulis, 2009) Area Kebakaran Hydrant Pipa Induk Jockey Jump Pilar Pompa Utama Tanki Air

BAB 6

Dalam dokumen PUSAT PERFILMAN di SURABAYA. (Halaman 78-84)

Dokumen terkait