BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Apotek
1. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Berapa nilai Pareto ABC sediaan narkotika dan psikotropika dilihat dari rata-rata nilai pakai dan nilai investasi di apotek Kota Yogyakarta periode Januari sampai Juni 2011?
b. Berapa nilai indeks kritis sediaan narkotika dan psikotropika di apotek Kota Yogyakarta periode Januari sampai Juni 2011?
c. Apakah item sediaan ANIK dari keseluruhan apotek terdistribusi merata di setiap apotek di Kota Yogyakarta?
d. Apakah item sediaan yang menjadi prioritas dalam pengadaan sediaan apotek di Kota Yogyakarta?
e. Berapa perkiraan jumlah pemakaian sediaan yang masuk kriteria ANIK di seluruh apotek di Kota Yogyakarta pada semester kedua, yaitu bulan Juli-Desember 2011?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran yang telah dilakukan, penelitian mengenai analisis pengelolaan narkotika dan psikotropika di apotek Kota Yogyakarta periode Januari sampai Juni 2011 belum pernah dilakukan. Akan tetapi penelitian yang
relevan dengan pengelolaan sediaan farmasi di apotek pernah dilakukan oleh Rony (2009), dengan judul Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Indeks Kritis di Apotek Sanata Dharma tahun 2006-2008. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah dalam hal kajian pokok yang diteliti, yaitu mengenai analisis sediaan farmasi di apotek menggunakan metode Pareto ABC, sedangkan perbedaannya terletak pada jenis sediaan farmasi, metode analisis dan tahun penelitian yang dilakukan peneliti. Peneliti terdahulu menggunakan semua jenis sediaan obat di apotek Sanata Dharma tahun 2006-2008 dan menggunakan metode analisis VEN yang merupakan bagian dari analisis ABC Indeks Kritis.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan mengenai nilai Pareto ABC sediaan narkotika dan psikotropika dilihat dari nilai pakai (NP), nilai investasi (NI), nilai indeks kritis (NIK) dan perkiraan jumlah pemakaian pada semester kedua, yaitu bulan Juli-Desember 2011 pada sediaan yang masuk kriteria ANIK dengan metode Moving Average Total serta mengetahui item sediaan narkotika dan psikotropika yang menjadi prioritas dalam pengadaan sediaan di apotek Kota Yogyakarta periode Januari-Juni 2011.
b. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada Apoteker di apotek Kota Yogyakarta mengenai nilai investasi, nilai pakai, nilai indeks kritis, perkiraan jumlah pemakaian sediaan pada semester
kedua, yaitu bulan Juli-Desember 2011 pada item sediaan yang masuk kriteria ANIK dan memberikan informasi mengenai item sediaan narkotika dan psikotropika yang menjadi prioritas dalam pengadaan sediaan dengan menggunakan metode Pareto ABC dan Moving Average Total sehingga dapat memberikan gambaran biaya pengadaan narkotika dan psikotropika pada masing-masing apotek maupun seluruh apotek di Kota Yogyakarta.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengidentifikasi perencanaan sediaan narkotika dan psikotropika di apotek untuk tercapainya pengadaan sediaan narkotika dan psikotropika yang efektif dan efisien.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi nilai Pareto ABC narkotika dan psikotropika dilihat dari nilai pakai dan nilai investasi di apotek Kota Yogyakarta periode Januari-Juni 2011. b. Mengidentifikasi nilai indeks kritis narkotika dan psikotropika di apotek Kota
Yogyakarta periode Januari-Juni 2011.
c. Mengidentifikasi distribusi item sediaan ANIK keseluruhan apotek di setiap apotek di Kota Yogyakarta.
d. Mengidentifikasiitemsediaan yang menjadi prioritas dalam pengadaan sediaan apotek di Kota Yogyakarta.
e. Menentukan perkiraan jumlah pemakaian sediaan pada semester kedua, yaitu bulan Juli-Desember 2011 pada item sediaan yang masuk kriteria ANIK di apotek kota Yogyakarta periode Januari-Juni 2011.
9 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Apotek
Berdasarkan Kepmenkes RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004, apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Pekerjaan kefarmasian menurut PP No. 51 tahun 2009 adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2009b).
Istilah praktik kefarmasian dalam pasal 108 ayat (1) UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Undang-Undang Republik Indonesia, 2009c).
Praktik kefarmasian ini harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dimana tenaga kesehatan merupakan setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Undang-Undang Republik Indonesia, 2009c). Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisan medis (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 1996).
Dari beberapa jenis tenaga kesehatan tersebut, tenaga kefarmasian merupakan tenaga kesehatan yang berkaitan dengan praktik kefarmasian karena tenaga kefarmasian merupakan tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2009b).
Menurut PP No. 51 tahun 2009 tugas dan fungsi apotek yaitu :
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker;
b. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian;
c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi, antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika;
d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2009b).