• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arahan Strategi Pengelolaan Dan Pengembangan Budidaya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.11. Arahan Strategi Pengelolaan Dan Pengembangan Budidaya

Arahan strategi pengelolaan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan didasarkan pada rumusan strategi pengelolaan dan pengembangannya pada analisis SWOT dan QSPM. Terdapat empat pilar strategi yang dihasilkan, yaitu : (1) strategi yang berdimensi ekologis; (2) Strategi yang berdimensi penyediaan modal usaha; (3) strategi yang berdimensi teknologi dan peningkatan sumberdaya manusia; dan (4) strategi yang berdimensi sosial ekonomi dan kelembagaan. Berikut ini dijabarkan keempat dimensi strategi pengelolaan dan pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan:

4.11.1. Strategi Berdimensi Ekologis

Pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan memiliki arti ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi diarahkan untuk memanfaatkan cakupan areal/lahan yang memiliki potensi dan daya dukung lingkungan untuk pengembangannya, sedangkan pengertian intensifikasi adalah peningkatan dan perbaikan teknik budidaya sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Terlebih penting adalah bahwa pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan mesti memiliki keharmonisan spasial dengan peruntukan dan pemanfaatan lainnya, sehingga dapat menjamin keberlanjutannya. Dengan demikian akan tercipta keterpaduan dan keserasian atas semua bentuk pemanfaatann yang ada di Pulau Lingayan.

Strategi pengelolaan dan pengembangan sumberdaya Pulau Lingayan diarahkan untuk membuat rencana penataan ruang kawasan budidaya. Pulau Lingayan sebagai pulau kecil terluar yang telah berpenghuni tentu saja terdapat banyak aktivitas sosial ekonomi budaya masyarakatnya mesti mendapatkan ruang yang memadai sehingga terhindar dari tumpang tindih pemanfaatan. Penataan ruang dilakukan dengan mengakomodir beberapa peruntukan lahan lainnya, yaitu antara lain : (1) ruang pemanfaatan untuk pengembangan budidaya

rumput laut dan ikan kerapu; (2) lokasi pengembangan utilitas, seperti

pembangunan dermaga dan berlabuh/tambat perahu/kapal masyarakat pulau dan pengunjung; (3) jalur transportasi untuk masuk dan keluar perahu/kapal, pemukiman penduduk yang terkonsentrasi di sisi Timur Pulau Lingayan merupakan pusat aktivitas penduduk, dengan demikian lokasi tempat tambat dan berlabuh perahu/kapal masyarakat mesti mendapat ruang di sekitar lokasi ini; (4)

ruang fishing ground nelayan, masyarakat pulau sebagian besar adalah nelayan

tradisional memiliki lokasi fishing ground pada areal terumbu karang yang

tersebar di sekeliling Pulau Lingayan, utamanya areal rataan karang hingga tubir karang yang berada di sebelah Utara, Barat hingga Selatan pulau; dan (5) ruang yang diperuntukan untuk zona perlindungan dan pelestarian sumberdaya alam/perlindungan laut. Penataan ruang ini kedepannya diarahkan untuk memiliki kekuatan hukum yang jelas. Kekuatan hukum dapat berupa Peraturan Desa dan/atau Peraturan Daerah.

Pengelolaan dan Pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan diarahkan untuk dapat memberdayakan dan meningkatkan perekonomian masyarakat pulau yang dilakukan melalui pengembangan usaha budidaya rumput laut dan ikan kerapu yang produktif dan berkelanjutan

(economic growth). Selain itu, pengembangan usaha budidaya laut mesti bisa

tetap mempertahankan dan melestarikan sumberdaya alam yang ada (ecology

protection). Dengan demikian, stategi pengelolaan dan pengembangan

budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan diarahkan untuk tidak melebihi daya dukung lingkungan yang ada dan ditempatkan hanya pada lahan yang memiliki kesesuaian pengembangannya, dengan demikian diharapkan pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu dapat berkembang menjadi usaha ekonomi produktif yang berkelanjutan bagi masyarakat Pulau Lingayan.

4.11.2. Strategi Berdimensi Penyediaan Modal Usaha

Komponen permodalan sangat penting dan harus ada untuk mendukung pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan. Permasalahan utama yang dihadapi masyarakat nelayan adalah lemahnya posisi tawar mereka untuk bisa mengakses permodalan pada lembaga-lembaga keuangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan mereka dalam memenuhi persyarakat peminjaman kredit yang umumnya tidak dapat dipenuhi oleh masyarakat nelayan. Kondisi ini menyebabkan nelayan lebih memilih tergantung pada penyedia modal yang lebih mudah, yatu melalui pada rentenir. Untuk mengatasi hambatan-hambatan ini, maka pemerintah semstinya dapat berperan dalam memfasilitasi penyediaan kebutuhan modal usaha mereka dengan membangun jalinan kemitraan usaha antara kelompok nelayan pembudidaya laut dengan lembaga-lembaga keuangan yang ada.

Pemerintah Kabupaten sudah semestinya membuat suatu kebijakan yang berkaitan dengan tujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan usaha budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan, yakni mengacu kepada sejauh mana Pemerintah Kabupaten dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi pengembangan program ini. Kebijakan pemerintah di sektor moneter yang erat kaitannya dengan upaya-upaya pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu ini adalah kebijakan perkreditan yang sesuai dan cocok dengan kebutuhan masyarakat dalam menjalankan usaha budidaya laut

tersebut. Selain itu, penyediaan modal usaha budidaya oleh masyarakat pulau, dapat dilakukan Pemerintah Kabupaten dengan mensinergikan dan mengalokasikannya dalam APBD dan/atau pada program pembangunan yang didanai APBN. Penyaluran bantuan permodalan pemerintah semestinya terencana dengan baik, sehingga dapat berdaya guna dalam pengembangan program. Untuk perencanaan penyaluran bantuan modal usaha budidaya

diarahkan dilakukan dalam skema dana bergulir (revolving fund) pada kelompok-

kelompok usaha nelayan pembudidaya. Dengan demikian diharapkan semua anggota masyarakat Pulau Lingayan memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan bantuan dana bergulir tersebut.

Penyediaan bantuan modal usaha juga mesti memperhatikan prioritas pengembangan usaha budidaya laut yang dikembangkan di Pulau Lingayan. Hal ini penting mengingat keterbatasan kemampuan Pemerintah Kabupaten dalam mendistribusikan bantuan modal usaha produktif bagi masyarakat pulau. Prioritas diarahkan pada kegiatan usaha budidaya yang kebutuhan modal usahanya relatif terjangkau/tidak telalu besar, akan tapi dapat memberikan manfaat ekonomi yang optimal dan cepat, serta input teknologi yang mudah diadopsi masyarakat pulau. Berdasarkan analisis kelayakan usaha, budidaya rumput laut membutuhkan modal investasi sebesar Rp. 4.021.000,-, sedangkan usaha budidaya ikan kerapu sistem KJA membutuhkan modal investasi lebih besar, yakni sebesar Rp. 142.194.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha budidaya rumput laut lebih cocok diprioritaskan pengembangannya dalam jangka waktu pendek dan dalam kerangka pemberdayaan dan peningkatan ekonomi masyarakat Pulau Lingayan.

Selain itu pemenuhan kebutuhan modal usaha untuk pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu dapat dilakukan dengan menjalin kemitraan antara kelompok nelayan pembudidaya dengan lembaga-lembaga keuangan yang ada. Peran pemerintah dapat menjadi penjamin agunan/kredit pinjaman modal KUN pada lembaga keuangan. Modal usaha budidaya laut diharapkan dapat terpenuhi melalui jalinan kemitraan antara kelompok usaha nelayan (KUN) dengan swasta/investor dan lembaga keuangan (bank) yang difasilitasi oleh Pemerintah. Dengan demikian diharapkan kredit lunak untuk modal usaha pengembangan budidaya laut dapat diakses dengan mudah oleh kelompok usaha nelayan pembudidaya. Kendala yang seringkali dihadapi oleh masyarakat nelayan dalam hal mengakses kredit modal usaha di bidang

perikanan adalah tidak adanya jaminan kredit/agunan, untuk itu dukungan Pemerintah sangat penting dengan mengeluarkan kebijakan atau membentuk lembaga penjamin kredit untuk memudahkan pemenuhan modal usaha KUN. Dalam implementasinya, diharapkan lembaga keuangan dapat lebih jauh melakukan pendampingan dalam pengelolaan keuangan KUN.

Dari semua hal tersebut diatas, hal yang tidak kalah pentingnya adalah menciptakan iklim investasi yang baik untuk mengundang investor menanamkan modalnya dalam usaha pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan. Hadirnya investor diharapkan dapat menyertakan modal investasi yang pada akhirnya dapat menggerakkan roda perekonomian masyarakat Pulau Lingayan dan lebih luas masyarakat yang ada di kawasan ini. 4.11.3. Strategi Berdimensi Teknologi dan Peningkatan SDM

Pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan tidak terlepas dalam hal yang berdimensi teknologi, yaitu penyediaan bibit unggul; pengelolaan unit budidaya; dan penanganan pasca panen. Pengediaan bibit rumput laut dan ikan kerapu sangat dibutuhkan untuk mendukung pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan. Hingga saat ini, belum ada pusat/balai pembenihan dan pembibitan di wilayah Kabupaten Tolitoli, bahkan di Propinsi Sulawesi Tengah, sehingga pengembangan budidaya laut masing sangat tergantung dari sumber di luar daerah seperti dari daerah Maros Sulawesi Selatan, Gondol Bali, Lombok NTB, dan Situbondo Jawa Timur.

Kondisi ini merupakan faktor internal yang menjadi kelemahan dalam pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan kedepan. Ketergantungan yang besar atas penyediaan sumber bibit unggul dari luar lokasi disebabkan karena belum ada kemandirian lokal dalam penyediaan bibit unggul, baik untuk rumput laut maupun ikan kerapu. Ketergantungan ini kurang baik dan kurang sehat untuk keberlanjutan usaha pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan kedepan, bahkan untuk lokasi budidaya lainnya yang ada di wilayah Kabupaten Tolitoli.

Pemerintah Kabupaten Tolitoli memiliki peran yang sangat besar untuk memecahkan permasalahan ini. Strategi yang diarahkan yaitu membangun komitmen dan kerjasama yang baik dengan pusat/balai pembenihan yang ada di

luar daerah untuk penyediaan sumber bibit unggul dalam upaya mendukung keberlanjutan pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu. Strategi jangka pendek, diarahkan untuk memenuhi kebutuhan suplay bibit yang kontinyu sesuai kebutuhan pengembangan dari pusat/balai benih yang ada di luar daerah. Strategi jangka panjang, diarahkan untuk membangun kemandirian lokal dalam hal pemenuhan kebutuhan bibit tersebut dengan membangun pusat/balai pembenihan di Kabupaten Tolitoli. Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, diarahkan untuk melakukan kerjasama dengan pusat-pusat pembenihan yang ada untuk penyediaan sumberdaya manusia yang ahli dan terlatih untuk mengelola dan mengoperasikan pusat pembenihan lokal. Hal ini dapat dilakukan melalui program pelatihan atau merekrut sumberdaya manusia yang ahli dalam mengelola dan mengoperasikan pusat pembenihan di tingkat kabupaten.

Pengelolaan usaha budidaya dan penanganan pasca panen. Pengelolaan

usaha budidaya dilakukan dalam rangka pemeliharaan dan perawatan,

pengendalian penyakit, dan untuk budidaya ikan kerapu juga mencakup penyediaan pakan. Kemampuan mengelola usaha budidaya rumput laut dan ikan kerapu sangat penting dan menjadi penentu keberhasilannya sehingga kualitas dan kuantitas prosuksi dapat tercapai. Sedangkan penanganan pasca panen sangat penting untuk menjaga kualitas produk sehingga memiliki harga yang tinggi dan kompetitif. Kemampuan untuk melaksanakan hal tersebut berkaitan erat dengan kualitas sumberdaya manusia yang menjalankannya, dalam hal ini masyarakat Pulau Lingayan. Salah satu faktor internal yang menjadi kelemahan dalam pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan adalah masih lemahnya kemampuan sumberdaya manusia untuk mengelola usaha budidaya laut. Dengan demikian, strategi yang diarahkan adalah melakukan serangkaian program pelatihan teknis budidaya dan manajemen usaha budidaya laut bagi masyarakat Pulau Lingayan. Program pelatihan ini diarahkan untuk sinergi dengan program pendampingan masyarakat. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Tolitoli diarahkan untuk memfasilitasi kemitraan dan peran serta stakeholder lainnya seperti LSM dan Perguruan Tinggi untuk berperan serta dalam serangkaian program ini.

Pengelolaan usaha budidaya rumput laut pada dasarnya dapat dengan mudah diadopsi oleh masyarakat pulau. Akan tetapi tidak demikian untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA. Budidaya ini membutuhkan keahlian dan kemampuan lebih bagi pengelolanya. Dengan demikian diarahkan untuk

membuka peluang bagi pengembanganyan budidaya ikan kerapu bagi investor luar yang dalam pengembangannya diarahkan untuk memberdayakan masyarakat pulau. Dengan demikian diharapkan ada transfer pengetahuan dan teknik bagi masyarakat pulau dalam menjalankan usaha budidaya ikan kerapu. 4.11.4. Strategi Berdimensi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan

Pengembangan usaha budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan diharapkan dapat berkembang menjadi usaha ekonomi produktif masyarakat pulau dan berkelanjutan. Hal ini berarti bahwa usaha budidaya laut tersebut dapat diandalkan menjadi usaha yang menghasilkan manfaat ekonomi yang selanjutnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pulau Lingayan. Sedangkan pengertian berkelanjutan adalah pengembangan usaha budidaya laut di Pulau Lingayan dapat dilakukan secara berkesinambungan dan memberdayakan masyarakat Pulau Lingayan secara keseluruhan. Pencapaian

tujuan tersebut dapat dihasilkan melalui kerja kolektif dari stakeholders yang ada.

Pemerintah Kabupaten berperan lebih dalam memfasilitasi kerjasama dan

kemitraan antara masyarakat pulau dengan stakeholders lainnya, seperti

lembaga keuangan, pengusaha hasil laut dan LSM. Dengan demikian diharapkan terjadi sinergi dalam keseluruhan tahapan implementasi program, yakni mulai dari tahap perencanaan, implementasi, evaluasi dan monitoringnya. Dengan demikian diharapkan tumbuh tanggung jawab kolektif untuk menyukseskan program tersebut.

Pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan yang berkelanjutan dalam dimensi sosial dicirikan oleh adanya keadilan distribusi pendapatan dan kesempatan berusaha bagi masyarakat, seluruh anggota masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, dan pastisipasi masyarakat dalam proses pengembangannya. Dengan demikian dalam pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan diarahkan melalui suatu kebijakan yang berorientasi pada partisipasi masyarakat, dan berkeadilan dalam hal distribusi dan kesempatan berusaha.

Kendala yang sering dihadapi oleh nelayan/pembudidaya adalah masih tidak efektifnya pemasaran produk perikanan mereka, sehingga harga yang dinikmati seringkali jauh lebih rendah dari harga di pasaran. Komoditas perikanan yang merupakan komoditas eksport memiliki rantai pasar yang cukup panjang sehingga dalam mendukung pengembangan budidaya rumput laut dan

ikan kerapu, pemerintah semestinya bisa memfasilitasi terbukanya akses pasar yang lebih efektif, dimana pemasaran dilakukan langsung ke eksportir yang memiliki kemampuan membeli produk hasil laut dengan harha yang inggi. Dengan demikian nelayan pembudidaya akan dapat menikmati harga yang pantas dan lebih lanjut dapat menggairahkan usaha budidaya yang mereka kembangkan.

Pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan diarahkan untuk dikembangkan masyarakat dalam kelompok-kelompok usaha nelayan. Melalui pendekatan kelompok ini, diharapkan kebutuhan biaya produksi dapat ditanggung secara bersama-sama dan juga dapat menjamin ketersediaan dan pengamanan kredit yang disalurkan. Dengan melakukan pengembangan usaha budidaya laut dalam kelompok usaha nelayan (KUN), diharapkan dapat mamacu peningkatan kapasitas dan kemampuan anggota masyarakat nelayan dalam menjalankan usaha budidaya laut di Pulau Lingayan. Selain itu, dengan menjalankan usaha dalam suatu kelompok usaha, anggota masyarakat diharapkan punya posisi yang lebih kuat untuk menjalin kemitraan dengan

stakholders lainnya, sehingga permasalahan seperti penyediaan modal, input

teknologi, dan akses pasar dapat terpecahkan. Untuk memperkuat kapasitas kelompok ini diarahkan untuk melakukan program-program penguatan kelompok pembudidaya melalui program pelatihan dan pendampingan. Peran Pemerintah dan LSM sangat strategis menjalankan program pendampingan dan pemberdayaan untuk menfasilitasi dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menjalankan usaha budidaya laut.

Dokumen terkait