IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.7. Kondisi Ekosistem
4.7.1. Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu potensi kelautan yang terdapat di Pulau Lingayan. Tipe terumbu karang yang terdapat di pulau ini
adalah tipe terumbu karang tepi (fringing reef) dengan rataan terumbu yang
cukup lebar. Rataan terumbu karang terhampar dengan lebar hingga mencapai kurang lebih 2.000 meter dari garis pantai hingga tubir terumbu, khususnya pada sisi Barat pulau dan luas terumbu karang di perairan ini kurang lebih 900 hektar (DKP (2006). Terumbu karang tumbuh dengan baik pada kedalaman antara 1 - 20 meter, selanjutnya merupakan hamparan teras pasir halus yang dihuni oleh organisme penggali pasir (infauna). Pada keadaan surut terendah, karang- karang di beberapa rataan terumbu dan daerah tubir karang, terekspose di udara dan terkena terikan matahari langsung sehingga menyebabkan sebagian karang mengalami kematian, walaupun sebagian besar dapat beradaptasi dengan kondisi seperti ini.
Gambar 17 Kondisi tutupan karang yang masih bagus dan didominasi oleh
Berdasarkan data hasil pengamatan terumbu karang yang dilakukan oleh
DKP (2006),menunjukkan bahwa kondisi ekosistem terumbu karang di perairan
Pulau Lingayan secara umum berada dalam kondisi sedang hingga baik dan
pada beberapa bagian didominasi oleh jenis Acropora sp (Gambar 17). Kondisi
terumbu karang di sisi pulau sebelah Utara, Barat, Selatan memiliki kondisi baik dengan persentase penutupan karang hidup masing-masing 54,30%, 62,30%, dan 57,02%. Sedangkan pada sisi sebelah Timur memiliki kondisi sedang dengan persentase penutupan karang hidup 40,83% (Tabel 12 dan Gambar 18).
Tabel 12 Kondisi terumbu karang di Pulau Lingayan Lokasi
Pengamatan
Persentase Tutupan Karang Hidup (%)
Kondisi (Kepmen LH No. 04/ 2001) Utara 54,30 Baik Barat 62,30 Baik Selatan 57,02 Baik Timur 40,83 Sedang
Gambar 18 Grafik penutupan karang di perairan sekitar P. Lingayan (DKP, 2006)
Pada kenyataannya, kondisi terumbu karang di Pulau Lingayan selama ini terus mengalami tekanan akibat aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan. Pada beberapa kasus, penangkapan ikan tidak ramah lingkungan masih sering terjadi di perairan sekitar pulau ini. Aktivitas tersebut kerap dilakukan oleh nelayan dari luar lokasi yang menggunakan bahan peledak/bom ikan rakitan dan
bahan bius (potasium cianide). Aktivitas ini telah memberi dampak merugikan
bagi ekosistem terumbu karan gdan berdampak langsung bagi perubahan ekosistemnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, terdapat beberapa
spot di areal terumbu karang, terutama pada sisi Selatan Hingga Utara pulau
yang telah mengalami kerusakan akibat aktivitas destructive fishing ini. Hal ini
ditandai dengan kerusakan karang dalam bentuk pecahan-pecahan kecil pada radius tertentu.
4.7.2. Lamun
Lamun mempunyai beberapa fungsi penting di Pulau Lingayan, karena merupakan sumber produktivitas primer di perairan dangkal di perairan ini dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme dalam bentuk detritus. Selanjutnya lamun berfungsi menstabilkan dasar-dasar lunak dimana kebanyakan spesies tumbuh, terutama dengan sistem akar yang padat dan saling menyilang.
Ekosistem lamun di Pulau Lingayan membentuk spesies campuran (mixed
species meadows). Meskipun membentuk spesies campuran akan tetapi
ekosistem lamun di Pulau Lingayan memperlihatkan zonasi yang cukup nyata mulai dari pantai hingga ke arah laut yang berbatasan dengan ekosistem terumbu karang. Pada bagian pantai hingga 100 meter ke arah laut, substrat
dasar yang berupa pasir halus tertutupi oleh tumbuhan lamun jenis Enhalus
acoroides. Sementara lebih ke arah laut dengan substrat dasar berupa pasir
hingga patahan karang (rubble), terdapat lima jenis lamun yang tumbuh
berasosiasi, yaitu: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Syringodium
isoetifolium, Cymodocea sp., dan Halophyla ovalis. Jenis Enhalus acoroides dan
Cymodocea rotundata merupakan jenis lamun yang dominan penyebarannya di
perairan sekitar Pulau Lingayan (Gambar 19).
Gambar 19 Kondisi padang lamun di sekitar perairan Pulau Lingayan yang
4.7.3. Mangrove
Mangrove di Pulau Lingayan tumbuh di beberapa sisi pantai, utamanya pada sisi pantai yang mempunyai topografi dangkal dan terlindung, yaitu di sisi pantai bagian Timur. Vegetasi mangrove ini didominasi oleh beberapa jenis mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlempung atau berpasir, dengan ketebalan antara 30 – 100 meter.
Kondisi mangrove di Pulau Lingayan dalam kondisi baik dengan kerapatan 1.300 pohon/hektar. Kondisi ini didukung oleh rendahnya tingkat pemanfaatan dan ekstraksi langsung yang dilakukan oleh masyarakat dalam pemanfaatan mangrove di pulau ini. Terdapat lima jenis pohon bakau yang umum dijumpai di
Pulau Lingayan, yaitu bakau (Rhizophora sp.), api-api (Avicennia sp.), tanjung
(Bruguiera sp.), tengar (Ceriops sp.) dan buta-buta (Exoecaria sp.) (LEPSSDAL,
2005; dan DKP, 2006). Mangrove di Pulau Lingayan didominasi oleh jenis
Rhizophora sp. dan Avicennia sp (Gambar 20).
Gambar 20 Ekosistem mangrove di Pulau Lingayan yang didominasi
oleh jenis Rhizophora sp.dan Avicennia sp.
4.7.4. Vegetasi Darat
Pulau Lingayan memiliki beberapa jenis vegetasi darat yang sebagian besar merupakan tanaman produksi. Vegetasi darat umumnya didominasi oleh
pohon kelapa (Cocus nucifera) dan semak (Gambar 21). Pohon kelapa
merupakan tanaman utama yang dibudidayakan oleh masyarakat Pulau Lingayan, yang buahnya diolah menjadi kopra.
Gambar 21 Jenis vegetasi darat yang dominan di Pulau Lingayan
4.7.5. Potensi Lainnya
a. Potensi Ikan Karang
Ikan karang merupakan biota asosiasi dalam ekosistem terumbu karang yang keberadaannya lebih tinggi dibanding biota lainnya. Berdasarkan data survey DKP (2006), terdapat 83 jenis ikan karang yang ditemui di sekitar perairan Pulau Lingayan. Jenis ikan karang yang banyak terdapat dilokasi ini dapat
dikelompokan kedalam family Serranidae, Balistidae, Diodontidae, Acanthuridae,
Labridae, Haemulidae, Mullidae, Caesionidae, Siganidae, Lutjanidae,
Carangidae, Chaetodontidae, Scaridae, dan Pomacanthidae.
Terdapat banyak ikan karang yang dikelompokkan sebagai ikan target/konsumsi banyak dijumpai di perairan pulau ini dan menjadi komoditas utama tangkapan nelayan. Beberapa jenis ikan ini adalah seperti jenis ikan
macan (Ephinephelus fuscoguttatus), ikan sunu (Plectropomus sp.), kerapu
bebek (Cromileptes altivelis), kerapu malabar (Epinephelus malabaricus), dan
beberapa jenis ikan karang ekonomis lainnya, seperti ikan tanda-tanda
(Lutjanus sp.), ikan baronang (Siganus sp.), ikan ekor kuning (Caesio sp.), ikan
pari bintik biru (Halichoeris centriquadrus), ikan gitaran (Rhynchobatus
djiddesis) (DKP, 2006).
b. Potensi Biota Laut Yang Dilindungi
Ekosistem terumbu karang dan padang lamun di perairan sekitar Pulau Lingayan merupakan ekosistem yang kompleks dimana banyak organisme laut yang berasosiasi dengan ekosistem utama ini. Di perairan sekitar Pulau
Lingayan terdapat banyak jenis reptil laut seperti penyu sisik (Eretmochelys
oleh nelayan yang memancing di sekitar perairan Pulau Lingayan dan oleh masyarakat sering ditemukan naik ke daratan/pantai sisi Barat untuk bertelur, terutama pada saat bulan purnama dengan intensitas 30 ekor/6 bulan.
Beberapa jenis Moluska langka yang dilindungi banyak dan mudah
ditemukan berasosiasi di ekosistem terumbu karang di sekitar perairan Pulau Lingayan (Gambar 22). Moluska yang terpenting adalah kerang kepala kambing
(Cassis cornuta), lola (Trochus niloticus) dan berbagai jenis kima, yakni: kima
raksasa (Tridacna gigas); kima besar (Tridacna maxima), kima sisik (Tridacna
squamosa), kima lubang (Tridacna crocea) dan kima pasir (Hippopus hippopus)
(DKP, 2006).
Gambar 22 Beberapa biota laut yang dilindungi dan dieksploitasi di P. Lingayan Kurangnya pengetahuan terhadap biota laut yang dilindungi, dan kebutuhan ekonomi masyarakat pulau, menyebabkan cukup tingginya tingkat eksploitasi biota yang dilindungi di pulau ini. Kima merupakan biota laut yang dilindungi yang paling tinggi tingkat pemanfaatannya di Pulau Lingayan