• Tidak ada hasil yang ditemukan

Areas Of Work & Relinguishment Wilayah Kerja (Areas of Work)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

PERUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI NEGARA

B.7. Areas Of Work & Relinguishment Wilayah Kerja (Areas of Work)

Berbeda dengan peraturan sebelum tahun 2001 yang tidak memberikan pembatasan dalam kaitan dengan wilayah kerja (baik ukuran maupun jumlah total blok yang dimohonkan), berdasarkan undang-undang No.22 Tahun 2001 dan peraturan pelaksanaannya, setiap Kontraktor hanya akan diberikan satu wilayah

kerja. Dalam hal Kontraktor mengusahakan beberapa wilayah kerja, harus dibentuk badan hukum yang terpisah untuk setiap wilayah kerja (Pasal 13 ayat (1) UU No.22 Tahun 2001 Jo Pasal 7 (1) PP No.35 Tahun 2004).

Latar belakang pemikiran dari pembatasan ini dijelaskan dalam penjelasan terhadap Pasal 13 (ayat 1) yaitu:

- Menghindari dilakukannya konsolidasi pembebanan dan atau pengembalian biaya eksplorasi dan eksploitasi dari suatu wilayah kerja dengan wilayah kerja yang lain, dan

- Mencegah ketidakjelasan pembagian penerimaan antara Pemerintah dengan masing-masing pemerintah daerah yang terkait dengan wilayah kerja yang dimaksud.

Bagi calon investor (baik asing maupun domestik), pembatasan ini mengakibatkan perlunya dibentuk beberapa badan hukum jika kegiatan akan dilakukan dalam beberapa wilayah kerja, dan beberapa kontrak kerja sama harus ditandatangani meskipun wilayah kerjanya saling berbatasan.

Penawaran wilayah kerja kepada badan usaha dan bentuk usaha tetap dilakukan oleh Menteri berkoordinasi dengan BPMIGAS. Penawaran dilakukan secara lelang atau penawaran lansung.

Meskipun lelang yang sama juga diberikan kepada PT. Pertamina untuk mengajukan permohonan mendapatkan wilayah kerja terbuka tertentu, namun ada pembatasan ditetapkan berkaitan dengan status hukum dari PT. Pertamina (yaitu sepanjang 100% dimiliki negara) serta tidak dapat mengajukan permohonan untuk wilayah kerja yang telah ditawarkan .

Relinquishment/exclusion (Pelepasan/Penyisihan) Wilayah Kerja

Ketentuan tentang relinguishment diatur dalam Pasal 16 UU No.22 Tahun 2001 (mandatory relinguishment), yang kemudian diatur lebih lanjut dalam PP No.35 Tahun 2004. Dan Pasal 7 PP No.35 Tahun 2004 menegaskan kembali pengaturan mengenai mandatory relinquishment dan sekaligus mengatur mengenai Voluntary relinquishment.

Terdapat 2 relinquishment dalam Kontrak Bagi Hasil : a. Mandatory relinquishment

b. Voluntary relinquishment

Mandatory relinquishment/exclusion

Landasan Yuridis

 Pasal 16 UU No.22 Tahun 2001 , mengatur sebagai berikut :

“ Badan Usaha atau Bentuk usaha Tetap wajib mengembalikan sebagian Wilayah Kerjanya secara bertahap atau seluruhnya kepada Menteri.”

 Pasal 7 (1) PP No.35 Tahun 2004 menegaskan kembali kewajiban ini dengan rumusan sebagai berikut :

“ KONTRAKTOR wajib mengembalikan sebagian Wilayah Kerjanya secara bertahap atau seluruhnya kepada Menteri melalui Badan Pelaksana, sesuai dengan Kontrak Kerja Sama.”

Dari kedua ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa bagi Kontraktor ditetapkan kewajiban untuk melepasakan bagian dari wilayah kerja dengan luas yang disepakati/ditentukan dalam PSC setelah suatu jangka waktu tertentu selama tahap eksplorasi awal. Tujuan dari pada kewajiban ini adalah agar bagian dari dan/atau seluruh wilayah kerja yang tidak dimanfaatkan dapat ditawarkan kepada

pihak lain sebagai wilayah kerja yang baru. Dengan demikian, Pemerintah dapat memperoleh bagi hasil yang optimal dari pemanfaatan potensi sumber daya alam dari suatu wilayah .

Didalam UU No.22 Tahun 2001 dan peraturan pelaksanaannya tidak dimuat pengaturan yang rinci mengenai pelaksanaan dari relinguishment ini. Pelaksanaan hal ini diserahkan kepada kesepakatan para pihak untuk ditentukan dalam PSC.

Dari Pasal 7 (1) PP No.35 Tahun 2004 tersebut di atas jelas bahwa relinguishment dari bagian wilayah kerja yang wajib dilakukan oleh Kontraktor ditetapkan dalam kontrak kerja sama. Dengan demikian para pihak secara kontraktual mempunyai wewenang untuk menentukan luas bagian atau prosentase dari luas wilayah kerja yang harus dilepaskan dan kapan pelepasan itu harus dilaksanakan.

Dalam PSC ketentuan mengenai relinquishment ini dapat dilihat dalam section III. Ada Beberapa ketentuan Pengaturan dalam PSC (Kontrak Bagi Hasil) baru yang berbeda dengan ketentuan dalam PSC Lama. Ada pengaturan yang menjadi lebih ketat dan ada yang meringankan Kontraktor.

Dalam salah satu PSC Lama, Section II, mandatory relinguishment dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

- Pada atau sebelum berakhirnya periode 3 (tiga) tahun yang pertama sejak Effective Date, wajib melepaskan 25% dari wilayah kerja awal

- Pada atau sebelum berakhirnya tahun ke-6 dari periode kontrak (contract year), wajib melepaskan tambahan wilayah seluas 25 % dari total luas wilayah

kerja awal.

- Pada atau sebelum berakhirnya tahun ke-10 dari contract year, wajib melepaskan tambahan wilayah, sehingga wilayah yang dipertahankan oleh Kontraktor tidak akan lebih dari 20% dari total luas wilayah kerja awal.

Mandatory relinquishment dilakukan dalam jangka waktu 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh) tahun, yaitu selama jangka waktu eksplorasi .

PSC baru memperlihatkan adanya perubahan, terutama berkaitan dengan periode atau waktu/jadwal tahap-tahap tersebut direalisasi, namun tetap dalam periode pelaksanaan eksplorasi awal. Tahap-tahap relinquishment dalam PSC baru yang bersangkutan hanya dikaitkan dengan tahun ke-3 dan tahun ke-6 periode kontrak. Tidak secara jelas mencakup kemungkinan adanya perpanjangan periode tahap eksplorasi. Batasan bagi wilayah kerja yang dipertahankan, tetap tidak lebih dari 20% dari total luas wilayah kerja awal.

Ketentuan dalam section III, clause 3.2 yang mengaitkan kewajiban pelepasan wilayah kerja dengan tanggung jawab Kontraktor untuk menyiapkan program kerja dengan tanggung jawab Kontraktor untuk menyiapkan program kerja (work program) untuk periode 3 (tiga) tahun pertama, juga menetapkan ketentuan bahwa kelalaian untuk menyiapkan program kerja dalam jangka waktu yang ditentukan hanya akan mengakibatkan adanya pemberitahuan dari pihak BPMIGAS untuk segera memenuhi tanggung jawab tersebut. Ketentuan ini berbeda dengan apa yang diatur dalam PSC generasi sebelumnya yang menetapkan bahwa Kontraktor diwajibkan melepaskan lagi sebagian wilayah kerja

Voluntary relinguisment/exclusion

Landasan Yuridis

Pasal 7 (2) PP No.35 tahun 2004 menetapkan sebagai berikut :

“ Selain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kontaktor dapat mengembalikan sebagian atau seluruh Wilayah Kerjanya kepada Menteri melalui Badan Pelaksana sebelum jangka waktu Kontrak Kerja Sama berakhir”

Meski Voluntary relinquishment menjadi hak dari Kontraktor namun realisasinya setelah Kontraktor terlebih dahulu memenuhi seluruh komitmen eksplorasi dan kewajiban lain berdasarkan kontrak kerja sama

Ketentuan dalam PSC

Pelaksanan voluntary relinguishment diatur dalam clause 3.6 dan clause 3.7. Baik PSC lama maupun PSC baru menetapkan waktu untuk realisasi dari hak Kontraktor ini yaitu sebelum akhir tahun kontrak ke-2 dan pada tahun kontrak berikutnya, dan hal ini harus diberitahukan secara tertulis kepada BPMIGAS 30 hari sebelumnya. Bentuk dan ukuran dari masing-masing bagian wilayah kerja yang akan dilepaskan ditetapkan berdasarkan hasil konsultasi antara Kontraktor dan BPMIGAS.