• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pariwisata merupakan manifestasi gejala naluri manusia sejak purbakala, yaitu hasrat untuk mengadakan perjalanan. Lebih dari itu pariwisata dengan ragam motivasinya akan menimbulkan permintaan dalam bentuk jasa dan persediaan-persediaan lain. Dalam lingkungan ekonomi dan politik sekarang, industri pariwisata merupakan kesempatan besar dalam pertukaran ekonomi, budaya dan politik dunia. Berbeda dengan industri migas yang berdasar pada bahan bakar fosil, pariwisata tidak tergantung dari sumber daya yang makin berkurang. Justru sebaliknya, supaya pariwisata dapat berkembang maka harus ada upaya untuk meningkatkan lingkungan dan memelihara keseimbangan ekologis.

Di dunia termasuk Indonesia, dikenal dengan kekayaan alam dan keindahan alam. Keindahan dan kekayaan serta potensi sumber daya alam yang dimiliki bangsa kita merupakan aset yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tentu hal ini memberikan manfaat bagi masyarakat banyak khususnya dalam

bidang pariwisata. A.J Burkart dan S. Malik mengungkapkan bahwa “Tourisem, present and future”, berbunyi bahwa pariwisata berarti perpindahan orang untuk

sementara dalam jangka waktu pendek ke tujuan di luar temapt dimana mereka biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu (Soekadijo. 1997:3).

Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang dan jasa yang sangat kompleks. Pariwisata semakin berkembang

sejalan dengan perubahan-perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi dan politik. Runtuhnya sistem kelas dan kasta semakin meratanya distribusi sumber daya ekonomi, ditemukannya teknologi transportasi dan peningkatan waktu luang yang didorong oleh penciutan jam kerja telah mempercepat mobilitas manusia antara daerah, negara dan benua khusunya dalam hal pariwisata.

Sebuah tempat wisata tidak cukup hanya memiliki daya tarik alam yang indah. Akses menuju ke tempat wisata, promosi sebuah destinasi wisata, pembangunan sarana pendukung di tempat wisata dan manajemen pengelolaan yang baik juga menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan untuk menarik wisatawan berkunjung ke sebuah destinasi wisata. Promosi destinasi wisata atau pengenalan sebuah destinasi wisata kepada masyarakat bisa dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui media sosial seperti facebook, twiter, instagram, melalui media massa, mulut ke mulut, media cetak, melalui web khusus, dll. Cara promosi yarng berbeda-beda dari setiap tempat wisata merupakan salah satu strategi sebuah tempat wisata untuk mengenalkan dan memasarkan produk kepada masyarakat umum.

Berbeda dengan industi wisata di Malaysia yang tumbuh dengan cepat dimulai pada tahun 1995. Total permintaan dari sektor wisata bagi Malaysia tercatat 3,6 Milliar US $ dari sekitar 7. 468. 749 wisatawan dengan rata-rata waktu kunjung 8-11 jam dalam waktu satu hari. Melihat dari sektor pariwisata tersebut pemerintah Malaysia menganggarkan 119 juta US $ pembangunan sektor pariwisata. Dilakukan kampanye-kampanye pariwisata secara besar-besaran diseluruh penjuru dunia yakni dengan memanfaatkan keunikan Malaysia lewat

dibandara-bandara, majalah-majalah, iklan-iklan televisi serta biro perjalan wisata/travel (Hakim, 2004).

Menurut A.J Nerwal, wisatawan adalah seorang yang memasuki wilayah negara asing dengan maksud dan tujuan apapun asalkan bukan untuk tinggal permanen atau untuk usaha-usaha yang teratur melintasi perbatasan dan mengeluarkan uangnya di negeri yang dikunjunginya, dimana apa yang diperoleh itu bukan suatu yang ada di daerahnya tetapi yang ada di daerah orang lain.

Di Indonesia sendiri konsep formal pariwisata tercantum dalam pasal 1 Intruksi Presiden No 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan promosi, perjalanan dengan fasilitas lainnya yang diperlakukan oleh para wisatawan. Indonesia dikenal sebagai negara yang kekayaan dan sumber daya alam hayatinya terutama dalam hal keanekaragaman flora, fauna dan tipe-tipe ekosistem yang semua ini mempunyai potensi yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan dalam mewujudkan kemakmuran masyarakat (BKSDA-I.2006:I).

Hal ini mengandung konsekuensi bagi daerah untuk mengupayakan berbagai langkah secara optimal guna menggali dan dan memanfaatkan potensi kepariwisataan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, khususnya pendapatan asli daerah. Sebagai salah satu sektor pembangunan yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi satu wilayah, pariwisata dianggap sebagai suatu aset yang sangat strategis untuk mendorong pembangunan pada wilayah-wilayah tertentu yang mempunyai potensi objek wisata.

Di Indonesia potensi untuk pengembangan pariwisata tidak terbatas. Pengembangan sektor pariwisata yang dilakukan dengan baik akan mampu

menarik wisatawan domestik maupun wisatawan asing untuk datang dan membelanjakan uangnya dalam kegiatan berwisatanya. Dari transaksi itulah masyarakat daerah wisata akan terangkat taraf hidupnya serta negara akan mendapat devisa dari wisatawan asing yang menukar mata uang negaranya dengan rupiah (Yoeti; 1985:3). Pengembangan pariwisata tidak hanya memerlukan perencanaan pengembangan yang matang dan penentuan sasaran pengembangan, tetapi dalam pengembangan pariwisata juga diperlukan strategi pengembangan pariwisata yang akurat dalam mendukung rencana pengembangan yang telah dibuat. Oka A. yoeti (2002:56), mengatakan dalam pengembangan pariwisata bisa menentukan strategi mana yang akan dipilih dan yang mana yang lebih cocok, dapat melakukannya dalam dua tahap:

Bagi Indonesia, peranan pariwisata semakin terasa, terutama setelah melemahnya peranan minyak dan gas, walaupun nilai nominalnya dalam dollar sedikit mengalami fluktuasi1. Sehingga dalam hal ini pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia, pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisi setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Berdasarkan data tahun 2014, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 7,05% dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut beberapa para ahli pariwisata, sejak dimulainya peradaban manusia itu sendiri dengan ditandai adanya pergerakan penduduk yang melakukan ziarah dan perjalanan agama lainnya, serta perjalanan keingin tahuan, gila

1

Fluktuasi adalah ketidaktetapan atau guncangan terhadap barang atau sebagainya atas segala hal yang bisa dilihat di dalam grafik

kehormatan jaman semakin berkembang seiring dengan perkembangan waktu, begitu juga dengan perkembangan pariwisata hingga saat ini. Pariwisata dijaman modern tidak lagi hanya untuk mencari kepuasan semata saja tetapi pariwisata sudah berubah menjadi suatu industri yang menjanjikan dalam menambah devisa daerah dan negara.

Daerah Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak daerah tujuan wisata seperti Danau Toba, Ekowisata Tangkahan, Istana Maimoon dan masih banyak wisata alam dan serta budaya-budaya lainnya. Keberadaan objek wisata tersebut memiliki peranan penting dalam mensukseskan pembangunan daerah serta mampu meningkatkan devisa bagi Sumatera Utara.

Salah satu objek wisata alam lainnya yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi dearah tujuan wisata alam lainnya terdapat di kecamatan Laguboti, kabupaten Toba Samosir yaitu Pantai Lumban Binanga. Pantai Lumban Binanga adalah kawasan objek wisata yang mengandalkan pantainya sebagai daya tarik wisata. Pantai ini terkenal dengan pantai pasir putihnya yang indah dan dangkal sehingga cocok dijadikan masyarakat lokal maupun wisatawan sebagai daerah tujuan wisata. Masyarakat lokal sering menyebut pantai ini dengan singkatan

Lumbin” yang arti Lumban Binanga. Keramaian dan aktivitas perkotaan yang padat tak jarang membuat kita merasa penat, jenuh, kelelahan dan jenuh dan tidak menutup kemungkinan membuat kita menjadi sters bahkan depresi. Peranan seperti ini membuat orang berpiknik untuk menghilangkan stress dan depresi dari rutinitas kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan lokasi rekreasi yang dianggap nyaman dan menyenangkan.

Rute perjalanan menuju objek wisata Pantai Lumban Binanga dari kota Laguboti hanya memerlukan jarak perjalanan  10km. Jarak yang lumayan cukup dekat membuat masyarakat setempat baik orang tua, remaja maupun anak-anak menjadi sering berkunjung ke pantai Lumban Binanga dan tak jarang masyarakat lokal maupun wisatawan berkunjung ke pantai Lumban Binanga pada hari-hari tertentu bisa mencapai ± 500 orang. Biasanya masyarakat yang berkunjung akan lebih banyak ketika hari menjelang sore hingga pada pukul 09.00 malam.

Objek wisata Pantai Lumban Binanga sendiri dikelola secara swasta oleh masyarakat lokal dengan membangun tempat-tempat peristirahatan yang menghadap ke Danau Toba seperti tempat penginapan dan rumah makan Batak yang menyediakan berbagai macam makanan khas batak seperti, Naniura, Lomok-lomok, Na pinadar dan lain-lain. Selain itu dibangun juga tempat peristirahatan bagi masyarakat yang ingin menginap. Adapun penduduk yang tinggal di lokasi Pantai Lumban Binanga lebih dominan adalah suku Batak Toba yang terkenal pada kemargaannya. Marga yang dominan menjadi pengelola pantai Lumban Binanga adalah marga Hutajulu. Alasan mengapa marga Hutajulu menjadi dominan pemilik sekaligus pengelola pantai Lumban Binanga adalah terkait sejarah marga Hutajulu yang dulu telah menjadi masyarakat setempat sekaligus menjadi orang pertama tinggal di sekitar pantai Lumban Binanga2.

2

Contohnya, Ingot Siahaan merupakan orang yang pertama kali membangun rumah dan menetap di hutan. Ketika dia sudah punya anak maka dia akan mengatakan kepada anaknya bahwa yang berkuasa nantinya adalah keturunan marga siahaan. Saat pendatang menetap dan tinggal di hutan tersebut otomatis mereka tidak bisa memiliki hak atas lahan yang ada ditempat itu tanpa ada persetujuan dari marga Siahaan.ini membuktikan orang batak sangat

Selain akan menikmati keindahan pantainya, di kawasan Lumban Binanga juga akan terlihat area persawahan yang membentang luas dan bukit-bukit yang mengembang yang mengelilinginya sehingga menambah kesan bagi wisatawan untuk berlama-lama di pantai Lumban Binanga baik itu untuk mandi maupun berfoto saja. Baru-baru ini pantai Lumban Binanga sendiri telah dikukuhkan sebagai salah satu lokasi wisata andalan Kecamatan Laguboti, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya fasilitas-fasilitas yang mendukung perkembangan objek wisata Pantai Lumban Binanga antara lain berdirinya tempat penginapan dan hotel yang tidak jauh dari lokasi objek wisata Lumban Binanga, sehingga para pengunjung bisa menikmati suasana objek wisata pantai Lumban Binanga lebih lama lagi begitu juga akses untuk menuju lokasi objek wisata Lumban Binanga pun mulai diperbaiki.

Perkembangan jumlah pengunjung/wisatawan yang datang ke objek wisata pantai Lumban Binanga mulai meningkat pada tahun 2000, hal ini diawali dengan modal informasi dari mulut kemulut sebagai salah satu hal yang membangkitkan antusias wisatawan untuk berkunjung ke Lumban Binanga, sehingga lambat laun perbaikan akses dan infrastruktur mulai dibangun di sekitar objek wisata pantai Lumban Binanga. Adanya perbaikan sarana dan prasarana tersebut, antusias wisatawan yang berkunjung ke pantai Lumban Binanga semakin meningkat dan memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat di sekitar pantai Lumban Binanga.

Dengan perkembangan seperti ini mendorong masyarakat dari luar berkeinginan untuk membeli tanah yang dijual dan membangun rumah ataupun

orang membeli tanah tersebut memunculkan persolan baru karena ketika pendatang baru ingin membuka usaha di pantai Lumban Binanga tidaklah semena-mena, sebab masyarakat pendahulu ataupun pemilik pantai Lumban Binanga mengakui pantai tersebut adalah harta milik keluarga warisan dari nenek moyang, sehingga tak banyak masyarakat yang bisa membuka usaha di pantai tersebut, kecuali mereka memiliki garis keturunan dari nenek moyang yang mereka akui sebelumnya. Kepemilikan hak untuk membangun usaha di pantai Lumban Binanga hanya marga Hutajulu, Sehingga marga ini adalah marga yang diakui ataupun memiliki hak menjadi pemilik dalam mengolah pantai Lumban Binanga3.

Penelitian ini akan mengkaji tentang pengembangan dan pengolahan objek wisata pantai Lumban Binaga oleh masyarakat lokal yang mayoritas penduduknya adalah orang Batak Toba. Lokasi penelitian ini berada di desa Lumban Binanga, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir. Alasan penulis memilih lokasi Pantai Lumban Binanga dari berbagai objek wisata yang ada di Kabupaten Toba Samosir adalah karena keunikan Pantai Lumban Binanga yang dangkal, pasir putihnya yang indah namun, pengembangan dan pengolahan Pantai Lumban Binanga yang dilakukan masyrakat lokal maupun pemerintah masih buruk. Selain itu, penulis tertarik dengan pengelola Pantai Lumban Binanga yang ditarik dari berdasarkan garis keturunan orang tua

3

kepemilikan lahan batak toba sangatlah kompleks. sebagian besar lahan di wilayah manapun

boleh dikuasai oleh anggota satu marga, dan meskipun orang dari marga lain dan bekerja di

tempat tersebut, hak jangka panjangnya terbatas kecuali ia membeli tanah itu, atau memilikinya

Dokumen terkait