• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pantai Lumban Binanga Sebagai Destinasi Wisata di Kecamatan Laguboti, Toba Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Pantai Lumban Binanga Sebagai Destinasi Wisata di Kecamatan Laguboti, Toba Samosir"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Sunaryo, Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata konsep dan aplikasinya di Indonesia, GAVA MEDIA, Yogyakarta, 2013.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. 2011.

Burns, Peter & Holden. An Introduction To Tourism And Anthropology. London: Routledge. 1995.

Causey, Andrew. Danau Toba: Pertemuan Wisatawan Dengan Batak Toba Di Pasar Suvenir, Terj, Hard Bargaining In Sumatra. Medan: Bina Media Perintis. 2003.

Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-PRESS)

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, Rev,Ed. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.

Kusudianto Hadinoto, Perencanaan Pengembangan Destinasi , Universitas Indonesia (UI-PRESS), Jakarta, 1996.

Moran, E F. Human adaptability: An introduction to Ecological Anthropology. Colorado: Westview Press Inc. 1982.

Nababan, A. Kearifan Tradisional dan Pelestarian Lingkungan Di Indonesia.

Jurnal analisis CSIS: Kebudayaan, Kearifan Tradisional dan Pelestarian Lingkungan. Jakarata:CSIS. 1995.

Pitana, Gede & Dinata, Surya. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi. 2009.

Pitana, Gede & Gayatri, Putu. Sosiologi Pariwisata: Kajian Sosiologis Terhadap Struktur, Sistem, dan Dampak-Dampak Pariwisata.Yogyakarta: ANDI. 2005. Ridwan, Mohammad. Perencanaan & Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT.SoftMedia.2012

Ross, F.Gleen. Psikologi Pariwisata, Terj, Marianto Samosir. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 1998.

Samsuridjai D dan kaelany HD, Peluang di Bidang Pariwisata. MUTIARA SUMBER WIDYA. Jakarta, 1997.

Simanjuntak, Bungaran. Strukutur Sosial Dan Sistem Politik Batak Toba. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2006.

Simanjuntak, A.Bungaran. Karakter Batak Masa Lalu, Kini, Dan Masa Depan.

(2)

Soekadijo R. G, Anatomi Pariwisata Memahami Pariwisata sebagai “systemic lingkage”, PT. Gramedia Pusaka Utama, Jakatra, 1996.

Sunaryo, Bambang. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata: Konsep Dan Aplikasinya Di Indonesia. Yogjakarta: Gava Media. 2013.

Vredenbregt, J. Metode Dan Teknik Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia. 1978.

Wardiyanto& Baiquni, M. Perencanaan & Pengembangan Pariwisata. Bandung: Lubuk Agung. 2011.

Yoeti, A, H.Oka. Pengantar Pariwisata, Bandung: Angkasa. 1996 ( Revisi). Yoeti, Oka A, Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata, PT. PRADNYA PARAMITA, Jakarta, 2002.

Sumber lain :

- http://www.bappenas.go.id/2013/pengaruhperkembanganpariwisata

- BPS kepariwisataan kabupaten Toba Samosir. Toba Samosir Dalam Angka

2013.Toba Samosir. 2013.

- Drs. prihatno,MM. Dalam Jurnal Silabus Pelayanan Pariwisata.

- Wikipedia pariwisata Indonesia.

- http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/viewFile/4833/4358

- www.issuu.com>bpstobasa>docs>121¬_110345.

-

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-380-8569029-tesis%20i%20nengah%20suriata.pdf

- http://www.pariwisatasumut.net/2014/12/27-tempat-wisata-toba-samosir.html

(3)

BAB III

OBJEK WISATA PANTAI LUMBAN BINANGA

3.1. Potensi Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

Kegiatan pengembangan pariwisata secara sederhana dapat didefenisikan sebagai suatu proses membangun dan meningkatkan potensi wisata yang terdapat di suatu wilayah. Pada umumnya pegembangan potensi wisata berbasiskan air sebagai sumber kegiatan wisata, akan tetapi di berbagai daerah potensi wisata tidak hanya berbasiskan air melainkan sumber alam yang lain. Contohnya potensi wisata di Kabupaten Toba Samosir yang sangat beragam.

Kabupaten Toba Samosir merupakan kabupaten yang juga di kelilingi Danau Toba sama dengan derah lainnya sehingga menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor andalan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Potensi wisata di Kabupaten Toba Samosir sangat beragam dan terbilang cukup banyak, baik itu dalam wisata alam dan wisata bahari. Letak strategis Kabupaten Toba Samosir dan alam yang masih terjaga membuat banyak wisatawan berkunjung ke Kabupaten Toba Samosir. Berikut objek wisata yang terdapat di Kabupaten Toba Samosir10:

a) Gurgur salah satu destinasi pariwisata Kabupaten Toba Samosir yang berada di Kecamatan Tampahan. Lokasi ini bejarak 10 km dari kota Balige dan 10 km dari Bandara Silangit Kabupaten Tapanuli Utara. Saat ini Gurgur terdiri dari 6 unit rest house dan 1

10

(4)

unit mini bar. Letak objek wisata gurgur Berada di kaki Dolok Tolong dimana sejauh mata memandang kita dapat melihat lokasi wisata Meat dengan pemandangan Danau Toba yang indah, udara alam yang segar, dan hamparan sawah yang hijau

b) Meat adalah sebuah desa yang indah di pinggir Danau Toba. Jarak dari balige sejauh 8 Km. Pantai Meat, merupakan pantai lembah yang dikelilingi hamparan sawah yang luas dan indah. Pantai Meat adalah salah teluk danau yang memiliki air yang sangat jernih. Meat sangat cocok untuk pengunjung atau wisatawan yang gemar berenang dan menyelam. Di Meat terdapat beberapa lokasi untuk Camping Ground. Tersedia juga beberapa warung makanan yang menawarkan Ikan Mas dan Ikan Mujahir segar yang di masak dengan berbagai jenis menu masakan seperti Arsik dan Tombur

(5)

memiliki Air Terjun 2 (dua) tingkat, Air Terjun Jantung Rimba (7 tingkat) serta Goa Kelelawar.

d) Tarabunga, sebuah desa di lereng Dolok Tolong. Berada tepat di tepi Danau Toba, desa ini berjarak hanya sekitar 2 Km dari Kota Balige. Tarabunga memiliki alam yang sangat sejuk dan hijau dengan hutan pinus yang menyebar disekitarnya serta pemandangan indah Danau Toba yang menakjubkan.

e) Bukit Dolok Tolong berada tepat di atas kota Balige, atau dengan kata lain, balige merupakan kaki bukit Dolok Tolong. Bisa dikatakan, dari keseluruhan bukit yang ada di Toba Samosir, bukit Dolok Tolong merupakan bukit tertinggi. Jika anda ingin menikmati pemandangan Danau Toba dan Kota Balige secara utuh dalam sekali pandangan mata, dari sinilah tempatnya. Bukit ini dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan sampai ke puncak bukit yang tertinggi. Dan perjalanan akan lebih seru jika dilakukan dengan berjalan kaki (petualangan/cross country).

(6)

g) Sungai Asahan yang berada di kecamatan Pintu Pohan Meranti. Survey membuktikan, lokasi arung jeram Sungai Asahan ini merupakan terbaik ke-3 di dunia. Tantangannya yang begitu berat dengan arus yang sangat deras, membuat sungai ini layak menjadi lokasi arung jeram sejati. Setiap tahunnya di lokasi ini dilaksanakan lomba arung jeram bertaraf internasional. Tapi bagi anda peminat arung jeram, lokasi ini terbuka untuk anda setiap hari.

h) Gopgopan adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir, memiliki alam yang masih asli dan asri dimana kita masih dapat melihat keaslian suasana tradisional di pedesaan, sekaligus belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat. Di Desa Gopgopan terdapat home industry pengolahan ikan pora-pora yang dikelola oleh masyarakat setempat bekerja sama dengan pengusaha. Pantainya memiliki air yang jernih dan menyejukkan. Di sini juga terdapat lokasi untuk para fotografer yang hobby memotret satwa liar seperti elang dan berbagai jenis burung lainnya, yang masih banyak terdapat di sekitar desa.

(7)

dari sungai di desa Binangalom kecamatan Lumban Julu. Kata Binangalom berasal dari nama sebuah sungai, yakni Lum. Lom atau Lum, dalam bahasa Batak Toba, bisa juga diartikan sebagai air penyejuk hati. Di lokasi ini banyak burung bangau berterbangan di dekat tebing dan air terjun. Sesekali menerobos derasnya air terjun memangsa ikan pora-pora berloncatan. Pemandangan luar biasa, mirip dengan ikan-ikan salmon yang akan bertelur menuju hulu sungai.

j) Ajibata merupakan kecamatan terluar dari wilayah Kabupaten Toba Samosir yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Simalungun. Ajibata berjarak 60 Km dari Kota Balige. Ajibata memiliki sarana dan fasilitas liburan pantai yang lengkap selain pantainya yang luas seperti sepeda air, speed boat, sampan/cano. Di Ajibata juga terdapat ferry penyeberangan yang menghubungkan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Samosir. Ajibata juga memilki fasilitas hotel, café dan restoran yang menyajikan makanan tradisional khas batak.

(8)

Untuk rute perjalanan menuju objek wisata Lumban Binanga hanya memerlukan jarak perjalanan 30 km dari kota Balige.

Pada kenyataannya Kabupaten Toba Samosir memiliki objek wisata yang menjadi kebanggaan pemerintah setempat dan membuat pendapatan asli daerah meningkat. Selain itu, Berkembangnya pariwisata di Kabupaten Toba Samosir tidak terlepas dari campur tangan pemerintah, namun pengembang itu tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan masyarakat lokal yang menempati objek wisata tersebut.

Dari berbagai objek wisata yang terdapat di Kabupaten Toba Samosir penulis tertarik meneliti dan mengkaji lebih dalam tentang Pantai Lumban Binanga. Objek wisata Pantai Lumban Binanga yang berlokasi di Kecamatan Laguboti saat ini telah berkembang menjadi wisata andalan pemerintah Kecamatan Laguboti. Kondisi geografis pesisir pantai lumban binanga yang mendukung menjadikannya sebagai destinasi wisata bahari. Jika ditelusuri, Pantai Lumban Binanga memiliki permukaan pantai yang landai, kondisi pasir putih yang bagus dan ombak yang relatif tenang ditambah udara yang sejuk membuat wisatawan tertarik mengunjungi Pantai Lumban Binanga. Penulis melihat bahwa pengelolaan Pantai Lumban Binanga berbeda dengan objek wisata lain yang ada di Kabupaten Toba Samosir dimana pengelolaan ini dikerjakan secara swadaya oleh masyarakat.

3.2. Sejarah Singkat Objek Wisata Pantai Lumban Binanga

(9)

dikaji. Selain memiliki keindahan pantainya yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan, Pantai Lumban binanga juga memiliki daya tarik lain salah satunya adalah adanya mitos tentang penghuni Pantai Lumban Binanga yang sangat cantik dan mirip dengan ratu Ni Roro Kidul di Pantai Pangandaran. Sama halnya seperti daerah lain yang mempunyai asal-usul sejarah berdirinya objek wisata di daerahnya, objek wisata Pantai Lumban Binanga juga memiliki sejarah tersendiri bagaimana pantai ini bisa berdiri di Desa Lumban Binanga. Cerita mengenai sejarah ataupun asal-usul objek wisata Pantai Lumban Binanga ditulis berdasarkan informasi dari informan yaitu masyarakat lokal di Desa Lumban Binanga. Berdasarkan informasi yang saya peroleh di lokasi penelitian, mitos tersebut benar-benar ada dan tidak dikarang oleh masyarakat seperti di derah lain yang mengarang mitos untuk menarik pengunjung ataupun wisatawan.

Perkembangan Pantai Lumban Binanga sebagai salah satu objek wisata bahari di Kecamatan Laguboti sangat lambat meskipun potensi tersebut sudah lama berada. Perkembangan objek wisata Pantai Lumban Binanga yang dulunya bukan tempat wisata sampai berubah menjadi tempat wisata, memiliki cerita panjang dan butuh kerja keras. Mengubah tempat biasa menjadi sebuah destinasi wisata bukan hal yang mudah membutuhkan waktu yang cukup lama. Adapun asal–usul dari sebutan objek wisata Pantai Lumban Binanga yang saat ini telah dikenal masyarakat adalah bahwa arti dari Lumban Binanga tersebut merupakan tempat perkumpulan air yang mengalir dari berbagai sungai menuju Danau Toba, dimana air tersebut berkumpul di tempat yang tenang dan dangkal.

(10)

Lumban Binanga kita akan melihat permukaan air yang tenang dan dangkal hingga jauh ke depan. Sebelum objek wisata ini di kenal masyarakat luas kondisi pantai hanyalah lahan pasir yang di tumbuhi tanaman putrimalu dan eceng gondok. Menurut narasumber saya bapak Tangkas Hutajulu yang merupakan ketua pengelola pantai Lumban Binanga dan juga pemilik usaha di Pantai Lumban Binanga bahwa dahulu yang pertama kali mengetahui Pantai Lumban Binanga adalah para nelayan di desa ini yang bermarga Hutajulu. Namun tidak terbersit di pikiran mereka bahwa lokasi ini bisa menjadi objek wisata andalan Desa Lumban Binanga.

Dahulu Pantai Lumban Binanga merupakan lahan kosong yang di penuhi tanaman liar seperti putri malu dan eceng gondok, Dimana sejauh mata kita memandang terdapat hamparan tanaman ecceng gondok dan putri malu di sekeliling pantai. Menurut keterangan narasumber saya, sebenarnya para nelayan sering melewati area tersebut namun, tidak terpikirkan sedikitpun bahwa pasir putih dan perairan yang dangkal di tempat tersebut bisa diangkat menjadi objek wisata. Nelayan di Desa Lumban Binanga menggangap tempat tersebut sebagai tempat pemberhentian perahu mereka karena posisi pinggiran pantai yang strategis. Keberadaanya yang jauh dari permukiman warga membuat hanya segelintir orang yang melintasi area tersebut.

(11)

yang sejuk dan indah, kemudian lambat laun banyak masyarakat di desa tersebut menjadikannya sebagai tempat rekreasi untuk mandi maupun bersantai dengan anak-anaknya. Melihat lahan tersebut kini mulai ramai dikunjungi warga sekitar maka nelayan tersebut mulai berpikir untuk membangun tempat peristirahatan berupa kedai dan rumah makan. Masyarakat yang dulu bersama-sama membersihkan Pantai Lumban Binanga kemudian musyawarah dengan tokoh masyarakat yang ada di Desa Lumban Binanga untuk membahas perkembangan Pantai Lumban Binanga. Mereka sepakat untuk menjadikannya sebagai objek wisata di desa Lumban Binanga dengan membagi-bagi area pantai tersebut.

Hasil kesepakatan dari musyawarah adalah hanya keturunan mereka yang berhak untuk mengelola dan memiliki usaha di Pantai Lumban Binanga ini. Selain itu, mereka juga sepakat untuk tidak mempersoalkan pembagian pantai ini dan tidak akan menjual lahan di Pantai Lumban Binanga. Tujuan dari kesepakatan ini adalah untuk menjaga Pantai Lumban Binanga dan untuk generasi mereka berikutnya. Itulah sebabnya saya melihat bahwa semua pengelola Pantai Lumban Binanga ini merupakan generasi turun-temurun dari orang tuanya dan semuanya bermarga Hutajulu.

3.3. Mitos Di Objek Wisata Pantai Lumban Binanga

(12)

sebagai bagian ajaran dalam masyarakat11. Setiap tempat wisata hampir semuanya memiliki mitos tersendiri baik itu benar maupun tidak sesuai kepercayaannya, tidak terkecuali objek wisata Pantai Lumban Binanga.

Objek wisata Pantai Lumban Binanga sendiri memiliki cerita yang membuat banyak wisatawan penasaran dan membuat wisatawan selalu ingin berkunjung lagi. Ceritanya adalah bahwa di Pantai Lumban Binanga ini dijaga oleh seorang putri yang mempunyai wajah cantik. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai begu ni Boru Hutajulu (hantu marga Hutajulu) kadang menyebutnya sebagai Nyi Roro Kidulnya pantai Lumban Binanga. Boru Hutajulu dipercaya masyarakat setempat sebagai penjaga pantai ini. Selain itu banyak masyarakat setempat yang mempunyai indera ke-enam bisa melihat Boru Hutajulu mandi di Pantai Lumban Binanga. Masyarakat setempat sering melarang pendatang maupun pengunjung untuk tidak mengucapakan kata-kata kotor jika berada di Pantai Lumban Binanga sebab menurut para tokoh masyarakat mengatakan jika ada orang yang mengucapkan kata-kata kotor maka mereka akan mendapat nasib sial bahkan bisa gila dengan sendirinya. Selain itu, masyarakat dan tokoh masyarakat juga melarang anak-anak berkeliaran sendiri di Pantai Lumban Binanga karena anak tersebut bisa di tarik dengan sendirinya ke dalam danau.

Salah satu informan saya Daud Situmorang (25 tahun), wisatawan yang berasal dari Parsoburan mengatakan:

11

(13)

Saya sebenarnya tidak terlalu percaya bang sama hantu boru Hutajulu, tetapi saya takut bang jika seandainya itu benar bang, soalnya saya sering dengar berita kalo ada orang yang cakap kotor di tempat wisata seperti pantai lumban binanga ini bisa tertarik kedalam danau. Saya dan kawan-kawan harus percaya aja bang supaya tidak ngomong sembarangan di pantai ini”.

Pengelola di Pantai Lumban Binanga juga mengatakan bahwa Boru Hutajulu itu ada, jika terlihat kami berusaha untuk berpaling muka. Mereka sebenarnya takut namun senang dengan keberadaan hantu Boru Hutajulu di Pantai Lumban Binanga supaya mereka bisa menjaga ketenangan dan keamanan di Pantai Lumban Binanga.

Menurut keterangan masyarakat setempat, dahulu ada seorang pemuda yang tenggelam dan seminggu kemudian baru ditemukan mayatnya. Masyarakat setempat percaya bahwa orang tenggelam tersebut ditarik oleh Begu Boru Hutajulu, karena pemuda yang tenggelam tersebut sehari-hari sering memaki-maki orang (ngomong sembarangan) di sekitar Pantai Lumban Binanga. Semenjak kejadian yang membuat masyarakat di desa Lumban Binanga heboh, masyarakat menjadi lebih hati-hati dan sopan dalam berbicara.

(14)

Bagi peneliti berbicara mengenai mitos di tempat wisata sudah biasa, karena di setiap tempat wisata hampir semua mempunyai mitos yang diajarkan turun temurun. Setiap orang bebas untuk percaya atau tidak percaya terhadap mitos di tempat wisata. Tujuan mitos tersebut menurut peneliti yaitu untuk mengajarkan moral kepada masyarakat supaya teratur dan saling menjaga lingkungan. Berbicara secara ilmiah mengenai pemuda yang tenggelam di Pantai Lumban Binanga menurut peneliti bisa dijelaskan dengan berbagai sebab yaitu :

- Seseorang tenggelam di pantai bisa disebabkan karena kurang hati-hati, misalnya karena tidak pandai berenang, keadaan kaki yang kram, penyakit dalam seperti asma, dll.

- Karena massa air dan tekanan air di dalam danau lebih besar massanya dari massa tubuh manusia. Selain itu sifat air danau yaitu tenang diatas, tetapi di dalam air sifatnya menarik. Dibandingkan dengan air asin yang sifatnya mengapung, sebab massa air di air asin ringan dan jika bertemu dengan massa manusia maka berat manusia di dalam air asin akan ringan. Itu sebabnya seseorang yang tenggelam di dalam air asin lebih mudah ditemukan dibandingkan yang tenggelam di air tawar.

- Proses pembusukan dan pengeluaran gas dari tubuh di air tawar (danau) lebih lama dibanding dengan di air asin. Karena itu mungkin tubuh yang tenggelam di air danau bisa ditemukan seminggu kemudian.

3.4. Proses masuknya wisatawan

(15)

1. Pertama bisa ditempuh dari Kota Balige di Kabupaten Toba Samosir, kali ini Penulis melalui akses kota Balige menuju Pantai Lumban Binanga karena penulis bertempat tinggal di Sibodiala yang lebih dekat ke kota Balige. Jarak Kota Balige dengan objek wisata Pantai Lumban Binanga yaitu 30 km dengan jarak tempuh ± 40 menit (naik mobil) dan 30 menit (naik sepeda motor). Jarak tempuh dibedakan karena keadaan jalan yang sedang di renovasi besar-besaran sehingga harus ekstra hati- hati. Wisatawan yang melalui jalur kota Balige akan menikmati keindahan bukit-bukit dan area persawahan yang membentang luas. Selain itu, mereka juga akan melihat tugu Batu Marpingkir yang ada di kota Laguboti.

(16)

Foto 3: Kondisi jalan menuju Pantai Lumban Binanga

3.5. Keadaan Lingkungan Objek Wisata Pantai Lumban Binanga

Pengembangan pariwisata tentunya tidak dapat dipisahkan dengan partisipasi. Masyarakat tidak lagi ditempatkan sebagai objek yang menerima segala sesuatu yang diputuskan pemerintah, tetapi masyarakat juga harus dilibatkan dalam kerangka mengembangkan pariwisata. Keterlibatan masyarakat dalam mengembangkan pariwisata akan menyebabkan ada rasa memiliki dan rasa ingin turut memelihara pariwisata di daerahnya.

(17)

membersihkan sampah-sampah tersebut di pagi hari sebelum mereka membuka usahanya.

Hal inilah yang diungkapkan narasumber saya ibu Dame Hutapea yang merupakan pengelola di Pantai Lumban Binanga.

Beginilah keadaan lingkungan yang ada di Pantai Lumban Binanga dek, setiap pagi kami membersihkan seluruh pinggiran pantai ini bersama pengelola yang lain tetapi setiap datang pengunjung dari luar, dibiarkannya sampahnya berserak begitu saja. Padahal disetiap sudut sudah adanya tempat sampah tetapi gak sadar mereka itu. Kalo dikasih tau sampahnya tolong dibuang, diomong-omonginnya kami sama kawan-kawan mereka. Susah diingatakan pengunjung ini mau mamak-mamak atau anak-anak sama saja kadang, gak peduli sama kebersihan. Dipikirnya rupanya ada dinas kebersihan datang ke pantai ini hanya untuk nyapu-nyapu sampah mereka”.

Dinas pariwisata seni dan budaya seharusnya adalah badan yang sangat penting dalam mengelola pariwisata. Sedangkan institusi lainnya dinas kebersihan berperan dalam tatacara pengendalian sampah. Dinas pariwisata seni dan budaya dan dinas kebersihan seharusnya merancang pengembangan dan mengawasi kegiatan pariwisata dengan harapan pembangunan dan pengembangan dikawasan pariwisata dapat berkesinambungan dengan kelestarian alam dan sosial ekonomi.

(18)

Foto 4: Sampah yang dibiarkan begitu saja oleh pengunjung

Kurangnya perhatian pemda terhadap kebersihan Pantai Lumban Binanga membuat pemandangan indah Pantai Lumban Binanga menjadi terganggu. Oleh karena itu diharapkan perhatian secara intensif dari pihak terkait untuk lebih memperdulikan kebersihan Pantai Lumban Binanga. Untuk mengindari banyaknya sampah berserakan perlu perhatian khusus dari dinas kebersihan untuk menyediakan tempat sampah yang lebih banyak lagi, papan-papan pengumuman

yang berisikan peryataan dan ajakan seperti “Buanglah sampahmu pada

tempatnya, cintailah pantai ini layaknya rumah tempat peristirahatanmu”. Dengan tersedianya sarana kebersihan yang memadai diharapkan lingkungan yang nyaman dan bersih tercipta.

3.6. Prasarana Dan Sarana

(19)

perjalanannya menuju daerah tujuan wisata seperti, jalan, air, listrik, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya. Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah diharapkan lebih dominan karena pemerintah daerah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut seperti meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas, ekonomi dan mobilitas penduduk yang tentu saja dapat meningkatkan kesempatan berusaha bagi masyarakat di daerah tersebut.

Sedangkan sarana wisata merupakan kelengkapan pendudkung yang diperlukan untuk melayani wisatawan dalam menikmati kunjungan wisatanya. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, rumah makan dan sebagainya. Tentu saja semakin lengkap sarana wisata atau fasilitas yang dapat diberikan oleh daerah tujuan wisata akan semakin meningkatkan daya tarik objek wisata tersebut. Infrastruktur pariwisata adalah situasi perangkat lunak dan keras yang mendukung sarana dan prasarana wisata, baik berupa sistem pengaturan maupun utilitas yang berada diatas tanah maupun dibawah tanah, seperti12:

a) Sistem pengairan, distribusi air bersih, sistem pembuangan air limbah yang membantu sarana perhotelan dan restoran

b) Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusinya yang menrupakan bagian vital bagi terselenggaranya sarana wisata yang memadai

12

(20)

c) Sistem transportasi yang memadai demi kemudahan wisatawan menuju objek wisata

d) Sistem telekomunikasi yang memudahkan wisatawan untuk mendapatkan maupun mengirimkan informasi

e) Sitem keamanan

Dalam melaksanakan pengusahaan kegiatan wisata alam sudah barang tentu memerlukan sarana dan prasarana untuk memudahkan para pengunjung menikmati kegiatan wisata mereka. Dalam suatu kawasan kepariwisataan alam kawasan tersebut harus memiliki syarat-syarat umum seperti aksebilitas dimana para pengunjung dapat dengan mudah menjangkau wilayah tersebut. Misalnya yaitu adanya transportasi umum, kendaraan roda empat dengan tarif terjangkau oleh segala lapisan masyarakat, adanya kepuasan pengunjung setelah melakukan wisata ditempat wisata terdebut maupun fasilitas seperti penginapam ataupun atraksi wisata lainnya.

Salah satu komponen infrastruktur yang dalam destinasi adalah aksebilitas. Aksebilitas menurut Bovy dan Lawson (1998:107) yaitu

“…..should be possible by public transport and bicycle trails, by

pedesterians path (from neightborhoods) and by cars (mainly families, with

an average of three persons/car)”.

(21)

menyangkut jalan, kelengkapan fasilitas dalam radius tertentu, frkuensi transportasi umum dari terminal terdekat.

Menurut Bovy dan Lawson (1998:202) jaringan jalan memiliki dua peran penting dalam kegiatan pariwisata yaitu:

a) Sebagai alat akses transport, komunikasi antara pengunjung atau wisatawan dengan atraksi rekreasi atau fasilitas

b) Sebagai cara untuk melihat-lihat (sightseeing) dan menemukan suatu tempat yang membutuhkan perencanaan dalam penentuan pemandangan yang dapat dilihat selama perjalanan

Berdasarkan ketentuan peraturan pemerintah No.67 tahun 1996, tentang penyelenggaraan kepariwisataan disebutkan beberapa hal yang harus ada dalam pengelolaan objek dengan daya tarik wisata alam seperti13:

Pasal 43:

1) Kegiatan pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam meliputi :

a) Pembangunan prasarana dan sarana pelengkap beserta fasilitas pelayanan lain bagi wisatawan

b) Pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam, termasuk sarana dan prasarana yang ada, dan

13

(22)

c) Penyediaan sarana dan fasilitas bagi masyarakat disekitarnya untuk berperan serta dalam kegiatan pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam

2) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam dapat pula disertai dengan penyelenggaraan pertunjukan seni budaya yang dapat menambahkan nilai tambah terhadap objek dan daya tarik wisata alam yang bersangkutan

Pasal 44 :

1. Penyelenggaraan pengusahaan objek dan daya tarik wisata wajib;

a) Menyediakan sarana dan fasilitas keselamatan dan keamanan

b) Mempekerjakan pramuwisata atau tenaga ahli yang memiliki keterampilan yang dibutuhkan, dan

c) Menjaga kelestarian objek dan daya tarik wisata serta tata lingkungannya

2. Penyelenggaraan pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan wisatawan yang mengunjungi objek dan daya tarik wisata alam yang bersangkutan.

(23)

(1996;99) bentuk fasilitas wisata memiliki keterkaitan dengan bentuk pengembangan usaha pariwisata tersebut, yaitu :

a) Keseluruhan dengan tujuan baru, membangun sebentuk atraksi di situs/lokasi yang pada awalnya tidak dipergunakan sebagai atraksi maupun bagian atraksi pariwisata

b) Tujuan baru, membangun atraksi pada situs/lokasi yang sebelumnya telah digunakan sebagai lokasi atraksi

c) Pengembangan baru secara keseluruhan pada keberadaan atraksi yang dibangun untuk menarik pengunjung lebih banyak dan untuk membuat atraksi tersebut dapat mencapai pasar atau sasaran wisatawan lebih luas, dengan meraih pangsa pasar yang baru

d) Pengembangan baru pada keberadaan atraksi bertujuan untuk meningkatkan fasilitas pengunjung atau mengantisipasi meningkatnya pengeluaran sekunder oleh pengunjung atau wisatawan

e) Penciptaan kegiatan-kegiatan baru atau tahapan dari kegiatan yang berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dimana kegiatan tersebut memerlukan modifikasi bangunan dan struktur lokasi

(24)

foto 5: Rumah makan yang menghadap pantai untuk memanjakan pengunjung di Pantai Lumban Binanga

(25)

Foto 6: Sarana Kamar Mandi Pengunjung

3.7. Kegiatan Wisatawan Di Objek Wisata Pantai Lumban Binanga

Wisatawan yang melakukan perjalanan wisata mencari ketenangan dan kenyamanan sesuai kebutuhan masing-masing wisatawan. Soekadijo (1996:2), memberikan pendapat bahwa kegiatan wisata diciptakan untuk dapat memberikan hasil yang diinginkan, yaitu mendatangkan banyak pengunjung atau wisatawan

karena mereka berhasil “dipuaskan” kebutuhannya atas kegiatan kunjungan

(26)

Lumban Binanga berasal dari beberapa kota dan kabupaten bahkan berasal dari beberapa provinsi di Indonesia maupun yang berasal dari mancanegara.

Foto 7: Pantai yang dangkal.

(27)

Selain itu wisatawan yang datang ke pantai lumban binanga juga di dominasi oleh para pemuda-pemudi yang berkumpul ramai bersama teman-temannya. Mereka sangat menikmati keindahan pantai lumban binanga.

Foto 8: Beberapa kalangan pemuda yang berkunjung di Pantai Lumban Binanga

(28)

mandi, mereka biasanya menikmati keindahan pantai lumban binanga sambil bernyanyi.

Foto 9: Pemandangan objek wisata Pantai Lumban Binanga yang indah

(29)
(30)

BAB IV

PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI LUMBAN BINANGA

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai peranan beragam pihak yang terkait dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Lumban Binanga. Dari informasi yang telah ditulis sebelumnya bahwa beberapa pihak yang terkait seperti masyarakat, pemerintah maupun pengunjung memiliki korelasi satu sama lain dalam berkembangnya objek wisata Pantai Lumban Binanga.

Keberadaan objek wisata Pantai Lumban Binanga di desa Lumban Binanga banyak membawa perubahan signifikan terhadap desa ini, baik itu ditinjau dari segi ekonomi, segi infrastruktur dan tehnologi. Oleh sebab itu perlu adanya hubungan timbal balik dari apa yang telah disediakan alam dan yang di dapatkan masyarakat dengan adanya Pantai Lumban Binanga. Pertama, dalam bab ini akan di jelaskan tentang bagaimana masyarakat mengelola sendiri Pantai Lumban Binanga. Kedua, bagaimana peran pemerintah dalam mengembangkan objek wisata Pantai Lumban Binanga baik itu dalam memenuhi sarana dan prasarana.

4.1. Pengelolaan Pantai Lumban Binanga Oleh Masyarakat Lokal

(31)

pengembangan lokasi pariwisata desa Lumban Binanga hingga fasilitas yang dapat mendukung kegiatan pariwisata.

Dalam kegiatan pariwisata terdapat hal penting yang perlu diperhatikan sebagai modal pengembangan tahap lanjut. Kegiatan pariwisata adalah suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan masyarakat lokal dengan wisatawan (external factors) dalam suatu lokasi tertentu, Persinggungan antara dua kelompok ini turut membawa pengaruh sosial, budaya masing-masing kelompok dan meleburkannya dalam kegiatan wisata14. Dalam kegiatan wisata yang umum terjadi adalah: masyarakat lokal mengikuti nilai sosial budaya yang dibawa oleh wisatawan dan hal ini jamak terlihat dari suguhan hiburan seni tradisi. Menjadi perhatian penting adalah mengembangkan cara wisatawan ikut dalam tatanan sosial budaya masyarakat lokal, karena wisatawan adalah “tamu”.

Pada beberapa bentuk kegiatan pariwisata yang melibatkan masyarakat dihadapkan pada suatu kondisi masyarakat yang aktif berpartisipasi dalam usaha atau kegiatan wisata yang terdapat di wilayah tersebut. Tetapi dalam beberapa bentuk kegiatan pariwisata, kehadiran masyarakat justru dikurangi bagiannya dengan menggunakan paradigma pariwisata yang meniru sistem politik up-down, sehingga menyebabkan kegiatan pariwisata yang tidak tepat guna.

Pengembangan pariwisata tentunya tidak dapat dipisahkan dari peran masyarakat lokal. Masyarakat tidak bisa hanya sebagai pendengar dan sebagai penerima apa yang diputuskan oleh penguasa (pemerintah), tetapi masyarakat

14

(32)

harus berperan aktif dalam pengembangan sebuah destinasi wisata. Keterlibatan masyarakat akan dalam pengembangan sebuah destinasi wisata akan terlihat dalam rasa memiliki dan rasa memelihara secara bersama potensi wisata tersebut. Selain dalam pengembangan secara fisik peran aktif masyarakat juga memberikan kontribusi dalam pengembangan destinasi wisata dalam bentuk non-fisik, seperti dalam hal menjaga rasa kenyamanan wisatawan di tempat wisata, melestarikan dan mengenalkan budaya masyarakat lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik tersendiri di sebuah destinasi wisata. Peran aktif masyarakat juga akan memberikan kontribusi bagi masyarakat sendiri dalam bidang ekonomi masyarakat lokal itu.

(33)

Salah satu informan penelitian di desa lumban binanga, ibu Maria Sibueya mengatakan bahwa :

Kegiatan pariwisata di desa Lumban Binanga menurut kabarnya masuk dalam kegiatan orang itu (pemerintah Kabupaten Tobasamosir), tapi hingga sekarang ini,(lokasi wisata) dibangun orang-orang sini ,kalo pun ada bantuan hanya bangun jalan saja. Banyak kali janji manis mereka, katanya Pantai Lumban Binanga ini akan di kembangkan menjadi kawasan elite, dan akan dibangun Lumban Binanga Park sehingga masyarakat disini bisa hidup lebih baik namun tidak jelas kapan pembangunan tersebut dilakukan. Setiap di tanyakan katanya pihak investor belum bisa menentukan waktunya, selain itu butuh dana besar untuk mengembangakan lokasi ini ”.

Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa kegiatan wisata di desa Lumban Binanga merupakan hasil swadaya masyarakat, seperti membangun tempat bersitirahatan sementara, hingga pada jasa penunjukan jalan menuju objek wisata pantai Lumban Binanga. Masyarakat lokal dalam posisi pelaku dapat terlihat ketika masyarakat menjadi agen penting dalam pembangunan dan pengembangan wisata. Posisi ini menggambarkan bagaimana masyarakat terlibat aktif dalam pengelolaan wisata seperti menjadi narasumber yang aktif menjelaskan semua yang berkaitan dengan objek wisata Pantai Lumban Binanga.

(34)

yang baik dari berbagai pihak yang terkait, tidak terkecuali kerjasama dengan masyarakat lokal.

Bambang Sunaryo, mengatakan ada 3 strategi perencanaan pembangunan kepariwisataan yaitu:

1. Stategi perencanaan pembangunan kepariwisataan yang mengutamakan pada pertumbuhan (growth oriented model),

2. Strategi perencanaan pembangunan kepariwisataan yang bertumpu pada pemberdayaan masyarakat (community based tourism development), 3. Startegi perencanaan kepariwisataan yang bertumpu pada keberlanjutan

pembangunan kepariwisataan (sunstainable tourism development).

Pengembangan pariwisata yang diterapkan di Pantai Lumban Binanga adalah strategi ke 2 yaitu strategi perencanaan pembangunan kepariwisataan yang bertumpu pada pemberdayaan masyarakat (community based tourism development). Strategi pengembangan objek wisata pantai lumban binanga berbasis masyarakat, dimana posisi masyarakat sebagai pihak terpenting dalam pengembangan pantai lumban binanga. Pengembangan objek wisata pantai lumban binanga yang berbasis masyarakat memberi wadah bagi masyarakat lokal dalam pemberdayaan masyarakat dibidang ekonomi. Pemberdayaan masyarakat lokal di tempat wisata Pantai Lumban Binanga berupa:

(35)

b. Masyarakat lokal diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengelolaan objek wisata Pantai Lumban Binanga.

Menurut Tikson partisipasi merupakan sebuah proses dimana masyarakat sebagai stakeholders, terlibat mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan di tempat mereka masing-masing. Masyarakat turut serta secara aktif dalam memprakarsai kehidupan mereka, melalui proses pembuatan keputusan dan perolehan sumberdaya dan penggunaannya. Masyarakat desa Lumban Binanga turut serta secara aktif dalam pengembangan pantai lumban binanga dan menjadi stakeholders dalam pengelolaan Pantai Lumban Binanga. Masyarakat desa Lumban Binanga sebagai pelaku utama dalam pengembangan Pantai Lumban Binanga yang menentukan kualitas produk wisata di daeranya sendiri.

Pengelolaan objek wisata Pantai Lumban Binanga mulai dibuka hingga sampai saat ini belum bisa membangun sarana dan prasarana secara masksimal karena kekurangan modal. Pengelolaan Pantai Lumban Binanga berbasis masyarakat tanpa ada bantuan dari pemerintah daerah maupun bantuan dari pihak swasta yang menjadi kendala utama pengembangan sarana dan prasarana Pantai Lumban Binanga. Pengelola objek wisata Pantai Lumban Binanga sudah menjalin kerjasama dengan beberapa pihak pengembang pariwisata seperti Toba Holiday yang bergerak dibidang transportasi pariwisata, tetapi kerjasama ini tidak berjalan dengan baik, sehingga harapan pemenuhan transportasi ke tempat wisata Pantai Lumban Binanga sampai saat ini masih mengandalkan transportasi yang ada.

(36)

pengelolaan Pantai Lumban Binanga pada masyarakat setempat. Dana pengembangan Pantai Lumban Binanga hanya mengandalkan dana dari uang kas tempat wisata, sementara dana yang dibutuhkan dalam pengembangan objek wisata pantai lumban binanga dan pembangunan sarana dan prasarana sangat besar.

Pengembangan objek wisata Lumban Binanga sebenarnya bisa melibatkan beberapa pihak, salah satunya adalah pihak pemerintah daerah dan pihak investor, tetapi penolakan selalu dilakukan masyarakat lokal, karena masyarakat lokal takut pengelolaan Pantai Lumban Binanga tidak transparan dan pengelolaan objek wisata ini tidak melibatkan masyarakat lokal.

(37)

dalam pengelolaan pantai Lumban Binanga nampak dalam keterikatan antara marga, dimana setiap marga semuanya memiliki peran masing-masing.

Dalam mengelola objek wisata Pantai Lumban Binanga, masyarakat yang membuka usaha di pinggir pantai-lah yang bertanggung jawab penuh terhadap kebersihan di sekeliling pantai Lumban Binanga. Selain itu, untuk menjamin keselamatan para wisatawan yang berenang di Pantai Lumban Binanga, pemilik usaha di Pantai Lumban Binanga harus aktif memantau para wisatawan. Menurut pemilik usaha di Pantai Lumban Binanga ibu Uli Simarmata bahwa yang menjadi kendala dalam mengelola Pantai Lumban Binanga adalah kami pemilik usaha yang harus memperhatikan keselamatan para pengunjung/wisatawan yang berenang di pantai ini. Beliau juga mengatakan bahwa ada saja pengunjung yang nekat mencuri dagangan mereka ketika kami memantau para pengunjung.

Berdasarkan informasi dan pengamatan yang diperoleh penulis bahwa cara masyarakat dalam mengelola objek wisata Pantai Lumban Binanga sangat tradisional, karena masyarakat bergerak sendiri membangun tempat wisata tersebut dan mempromosikannya hanya melalui mulut ke mulut saja. Itu dilihat dari betapa luasnya pantai yang mempunyai nilai pariwisata tinggi namun hanya beberapa tempat saja yang dijadikan objek wisata sedangkan yang lainnya menjadi lahan keramba. Keindahan Pantai Lumban Binanga tidak sejalan dengan cara masyarakat dalam mengelola tempat tersebut sebagai destinasi wisata yang memiliki nilai jual tinggi.

(38)

ada di Kabupaten Toba Samosir kualitas pasir, ombak yang tenang dan dangkalnya pantai, tempat inilah yang paling bagus. Pengunjung/wisatawan yang suka keindahan pantai pun mengatakan objek wisata Pantai Lumban Binanga sangat bagus dan cocok sebagai primadona andalan Kabupaten Toba Samosir jika pengelolaan pantai lumban binanga di perbaiki mulai dari pelayanan dan infrastruktur.

Berikut akan dijelaskan cara pemilik usaha Pantai Lumban Binanga dalam memgelola objek wisata tersebut.

4.1.1 Pengelolaan Oleh Dame Hutapea (Pedagang)

Ibu Dame Hutape adalah istri dari N. Hutajulu yang merupakan salah satu pemilik usaha di pantai lumban binanga sekaligus sebagai pengelola pantai lumban binanga. Dari bab sebelumnya dijelaskan bahwa hanya marga Hutajulu saja dan keturunan dari pewaris sebelumnya yang punya hak untuk membuka usaha maupun mengelola di pantai Lumban Binanga. Setiap pengelola ataupun pemilik usaha di pantai ini hampir sama caranya dalam mengelola lahan mereka di pantai ini yaitu dengan membuat garis pembatas memanjang di depan usaha mereka. Dari kesepakatan pengelola, fungsi dari pembatas adalah tempat pengunjung untuk berenang, batas kedalaman sekaligus memudahkan pengelola untuk memperhatikan keselamatan wisatawan.

(39)

pembatasnya. Selain itu, beliau juga mengingatkan kepada wisatawan yang membawa anak anak untuk selalu mengawasinya.

Setiap pemilik usaha atau pengelola di Pantai Lumban Binanga bertanggung jawab terhadap keamanan serta kebersihan di pantai Lumban Binanga karena tidak ada staff khusus maupun kebersihan di pantai ini, semua di kerjakan swadaya oleh pengelola pantai Lumban Binanga. Hal ini membuat ibu Dame Hutapea selalu membersihkan sendiri sampah yang ada di wilayahnya setiap pagi sebelum membuka usahanya.

Foto 10 : Warung Kopi (warkop) N. Hutajulu

(40)

karena hanya satu rumah makan di lokasi objek wisata pantai Lumban Binanga. Dahulu ada tempat usaha lain yang membuka usaha yang sama namun sekarang tidak buka lagi.

Dalam pengelolaan objek wisata pantai Lumban Binanga tidak jauh beda dengan pengelola atau pemilik usaha yang lain, dimana wisatawan yang berkunjung dan ingin berenang diperingati untuk tidak menjauh dari pembatas pantai karena begitu keluar dari pembatas pantai kita tidak tahu dalamnya. Sesama pemilik usaha atau pengelola pantai lumban binanga mereka saling menjaga keamanan dan keselamatan para wisatawan selain itu, adanya hubungan kekerabatan membuat mereka pengelola tidak bersaing dalam menarik wisatawan.

(41)

Foto 11 : Rumah makan bapak Tangkas Hutajulu yang sedang di renovasi

4.1.3 Pengelolaan Oleh Bapak D. Hutajulu (Pedagang)

Bapak D. Hutajulu merupakan salah satu pemilik usaha dan juga pengelola objek wisata pantai Lumban Binanga. Beliau berdagang makanan dan minuman seperti PoP Mie, Coca-Cola, dan makanan ringan lainnya. Dalam mengelola pantai Lumban Binanga beliau selalu memperhatikan keselamatan para wisatawan yang berada di bawah umur, karena jiwa anak-anak masih labil bila jauh dari pengawasan orang tua. Selain itu beliau juga selalu memperhatikan kebersihan pantai Lumban Binanga.

Cara pengelola objek wisata pantai lumban binanga semuanya hampir sama yaitu memelihara kebersihan dan keselamatan wisatawan.

(42)

4.1.4 Pengelolaan oleh bapak G. Hutajulu (pedagang)

Cara masyarakat lokal dalam mengelola tempat wisata di daerahnya tidak jauh berbeda dengan yang lainnya, yaitu menyediakan keperluan wisatawan yang datang baik itu berupa pangan dan sandang, serta keselamatan pengunjung. Sama halnya dengan pengelolaan pemilik usaha lainnya, bapak G. Hutajulu mengelola pantai Lumban Binanga sekaligus membuka Kedai Kopi di sekitar pantai Lumban Binanga atau sering disebut Tenda biru karena mudah diingat wisatawan. Biasanya beliau setiap pagi membersihkan area yang menjadi miliknya, tujuannya supaya wisatawan mengunjung tempat usahanya. Dalam menarik pengunjung yang biasanya mayoritas kaum laki-laki, biasanya bapak G. Hutajulu menyediakan dam batu, kartu joker, kartu domino dan catur sehingga pengunjung tidak akan merasa bosan dan bisa berlama-lama di warkopnya. Karena menurut beliau jika berlama-lama orang di warkopnya maka mereka akan membeli dagangannya.

(43)

Foto 13: Warung Kopi bapak G. Hutajulu

4.1.5 Pengelolaan oleh ibu Linda Munte

Dalam mengelola pantai Lumban Binanga, ibu Linda Munte (istri dari R. Hutajulu) membuka usaha berupa tempat penginapan. Menurut keterangan beliau, dahulu sering datang turis dari mancanegara yaitu dari Jerman, Belanda, Australia dan lain-lain. Mereka datang biasanya untuk beristirahat dan menikmati keindahan pantai Lumban Binanga. Beliau juga mengakatan keluhan para turis tersebut yaitu pembangunan infrastruktur dan akomodasi penunjang di Pantai Lumban Binanga masih minim sehingga mereka susah jika ingin berkunjung ke pantai Lumban Binanga.

(44)

Binanga yaitu mementingkan kebersihan dan kenyamanan wisatawan. Beliau juga turut berpartisipasi dalam pengembangan Pantai Lumban Binanga.

Foto 14: Penginapan ibu Linda Munte

4.1.6 Pengelolaan oleh bapak Monang Hutajulu

(45)

Foto 15 : Tempat usaha bapak Monang Hutajulu yang rusak diterjang ombak

4.2Pengembangan Pantai Lumban Binanga Oleh Masyarakat Lokal

Pengembangan yang dilakukan pengelola pantai Lumban Binanga atau masyarakat lokal sampai saat ini sudah cukup banyak diantaranya

1.2.1 Pembenahan Fisik Oleh Masyarakat Lokal

(46)

Tata ruang pantai Lumban Binanga juga selalu diperhatikan pihak pengelola, ketika pihak masyarakat lokal melihat tanaman liar seperti Putri Malu yang menghambat keindahan Pantai Lumban Binanga, pihak pengelola segera membersihkannya sehingga pandangan wisatawan tidak terhambat ketika berkunjung. Pengelola pantai Lumban Binanga telah membuat piket harian di tempat wisata pantai Lumban Binanga. Setiap pagi dan sore piket yang sudah ditentukan pada hari tertentu diberikan tugas untuk menjaga kebersihan lingkungan pantai Lumban Binanga.

1.2.2 Promosi Pantai Lumban Binanga Oleh Muda-Mudi Desa Lumban Binanga

Pengembangan Pantai Lumban Binanga melibatkan seluruh masyarakat desa Lumban Binanga. selain orang tua yang terlibat dalam pengembangan dan pengelolaan pantai Lumban Binanga, muda- mudi di desa Lumban Binanga juga terlibat dalam pengembangan pantai Lumban Binanga, salah satu partisipasi muda-mudi desa Lumban Binanga dalam pengembangan pantai Lumban Binanga adalah mempromosikan pantai Lumban Binanga di media sosial. Salah satu media sosial yang paling banyak digunakan muda- mudi desa Lumban Binanga dalam mempromosikan pantai Lumban Binanga yaitu melalui Facebook. Selain mempromosikan pantai Lumban Binanga melalui Facebook, beberapa muda-mudi desa Lumban Binanga juga telah membuat blog pribadi tentang wisata pantai Lumban Binanga.

(47)

muda-mudi desa Lumban Binanga, adalah pilihan yang tepat dalam mempromosikan wisata pantai Lumban Binanga.

1.2.3 Peningkatan Kinerja Oleh Masyarakat Lokal

Banyak usaha yang dilakukan masyarakat lokal dalam pengembangan pantai Lumban Binanga, usaha ini adalah salah satu usaha pengembangan yang dilakukan masyarakat lokal tanpa membutuhkan biaya yaitu Peningkatan kinerja anggota pengelola objek wisata pantai Lumban Binanga. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan memberikan pelajaran atau wawasan tentang pengelolaan objek wisata yang baik kepada keturunan pihak pengelola. Dalam memberikan pelajaran ini ketua pengelola sudah menentukan siapa yang akan memberikan pengajaran kepada anggota baru. Pada umumnya yang ditunjuk ketua pengelola untuk memberikan pengarahan kepada anggota baru adalah masyarakat yang sudah lama ikut mengelola pantai Lumban Binanga.

1.3Pengembangan Objek Wisata Pantai Lumban Binanga Oleh Pemerintah

(48)

Sebagaimana daerah tujuan wisata lainnya yang terdapat di bawah naungan pemerintahan Kabupaten Toba Samosir, seperti Pantai Lumban Silintong, Taman Eden, Tarabunga, Dolok Tolong, Gurgur dan sebagainya yang mendapat perhatian serius karena tingkat wisatawan yang cukup besar dan promosi swadaya yang dilakukan pihak pengelola dan wisatawan. Jika dilihat secara detail hal ini berbanding terbalik ketika lokasi wisata tersebut tidak menerima jumlah kunjungan yang signifikan sebagaimana yang diketahui oleh pihak pemerintahan Kabupaten Toba Samosir, sedangkan promosi secara tidak langsung telah gencar dilakukan oleh pihak pengelola yaitu masyarakat setempat dan pihak wisatawan dalam beragam bentuk media (seperti internet, media sosial, blogger, komunikasi verbal dan lain sebagainya).

Dalam pengembangan objek pariwisata diperlukan pengaturan – pengaturan alokasi ruang yang dapat menjamin sustainable tourism development15

guna mencapai kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development) merupakan konsep pembangunan pariwisata yang menitikberatkan pada keberlanjutan sumberdaya alam atau lingkungan, kehidupan sosial-budaya, dan manfaat ekonomi (Butler, 1991).

Pariwisata berkelanjutan mempunyai penekanan khusus pada pelestarian warisan alam dan budaya serta tradisi masyarakat lokal dengan mengurangi konteks yang intensif dan massal terutama terhadap obyek-obyek wisata alam dan budaya, pengurangan dampak-dampak negatif yang ditimbulkan sehubungan dengan pengembangan pariwisata, dan pemberdayaan masyarakat lokal untuk

15

(49)

mempertinggi derajat dan kehidupan sosial serta budayanya guna meningkatkan kualitas dan standar hidup masyarakat lokal (Gortazar, 1999). Dalam konsep tersebut secara jelas dijabarkan bahwa dalam pembangunan pariwisata harus ada jaminan bahwa generasi sekarang dan yang akan datang memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menikmati sumber daya yang dijadikan sebagai daya tarik dan objek wisata Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan kepariwisataan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan sumber daya alam dan sumber daya buatan secara berdaya guna, berhasil guna dan tepat guna untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan dan keamanan. Oleh karena itu dibutuhkan strategi-strategi khusus dari pemerintah kita untuk mengembangkan kepariwisataan nasional, karena dengan itu cara pengembangan dapat lebih mudah dilaksanakan oleh pemerintah atau masyarakat luas.

Langkah yang dilakukan adalah dengan turun langsung ke daerah-daerah potensi wisata dan melihat bagaimana perkembangan objek wisata tersebut dan mencatat apa yang harus dibenahi, dan keluhan pengelola objek wisata tersebut. Seperti pengumpulan data pembangunan yang diperlukan hingga anggaran dana yang harus disiapkan. Akan tetapi tahap ini masih sekedar rumusan perencanaan ataupun planning. Sedangkan rencana aksi masih menunggu dana dan lainnya seperti instruksi dari pemerintah Kabupaten Toba Samosir.

(50)

beberapa waktu terakhir ini, banyak negara berkembang yang menaruh perhatian yang khusus terhadap industri pariwisata. Hal ini jelas kelihatan dengan banyaknya program pengembangan kepariwisataan di negara tersebut dan tampaknya bahwa banyak program kurang dipertimbangkan, khususnya mengenai keuntungan yang diperoleh apakah lebih besar daripada kerusakan yang ditimbulkan. Dalam hal mencari tempat-tempat rekreasi ada kecenderungan untuk menjadikan matahari dan pantai untuk menjadi daya tarik wisata. Dengan cara demikian potensi wisata yang dimiliki dapat dikembangkan sebagai aktifitas perekonomian dalam membangun kepariwisataan menjadi sesuatu yang mudah untuk dapat menghasilkan devisa.

(51)

Tujuan kontribusi ini termasuk16 :

a) Optimalisasi kontribusi dalam neraca pembayaran

b) Menyiapkan perkembangan ekonomi regional dan neraca pembayaran regional

c) Menyiapkan tenaga kerja

d) Peningkatan dan pendistribusian pendapatan

e) Kontribusi terhadap kesejahteraan sosial

f) Memaksimalkan peluang pendapatan fiskal

Di dalam pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh, sehingga dapa diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat baik itu dari segi ekonomi, sosial dan kultural. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan pariwisata kedalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu negara. Disamping itu, rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka kerja kebijakan pemerintah untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata. Peranan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan infrastruktur (tidak hanya dalam bentuk fisik), memperluas berbagai bentuk fasilitas, kegiatan koordinasi antara aparatur pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum ke luar negeri. Tidak dapat di pungkiri bahwa hampir diseluruh daerah Indonesia terdapat potensi pariwisata, maka yang perlu

16

(52)

diperhatikan adalah sarana transportasi, keadaan infrastruktur dan sarana-sarana pariwisata.

1.3.1 Kebijakan Pemerintah

Chafid fandeli dan Mukhlison, menyebutkan Kebijakan umum pengembangan pariwisata saat ini mengacu pada kebijakan pariwisata alam yang berlandaskan UU No. 5 tahun 1990 dan PP No. 18 dan No.13 tahun 1994 sebagai berikut:

1. Kebijakan umum

Pengembangan pariwisata alam dilakukan dalan kerangka mewujudkan kelestarian sumberdaya alam hayati dan keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.

2. Kebijakan Operasional

Untuk menjabarkan maksud umum, maka diterapkan kebijakan operasional pengusahaan pariwisata alam antara lain sebagai berikut;

A. Pengusahaan pariwisata alam diserahkan kepada pihak ketiga yaitu; perorangan, swasta, koperasi, atau BUMN.

B. Pengusahaan pariwisata alam dilaksanakan pada sebagian kecil areal blok pemanfaatan, dan tetap memperhatikan pada aspek kelestarian.

(53)

D. Pembangunan sarana-prasarana dalam rangka pengusahaan pariwisata alam harus bercorak pada bentuk asli tradisional dan tidak menghilangkan ciri khas atau identitas etnis setempat.

E. Kegiatan pengusahaan pariwisata alam harus melibatkan masyarakat setempat dalam rangka pemberdayaan ekonomi.

F. Pengusahaan pariwisata alam harus melaporkan semua aktivitasnya secara berkala untuk memudahkan kegiatan monitoring, pengendalian dan pembinaan.

Setiap daerah memiliki kebijakan daerah masing-masing yang dibuat oleh pemerintah daerah mereka sendiri dan kebijakan ini akan diterapkan pada pengembangan destinasi wisata di daerah tersebut. Kebijakan yang dibuat pemerintah daerah akan menjadi acuan para pengembang sebuah destinasi wisata. Pemerintah daerah Toba Samosir belum serius memberikan kontribusi dalam pengembangan objek wisata pantai Lumban Binanga. Kebijakan tata ruang pengembangan destinasi wisata belum pernah diterapkan di pantai Lumban Binanga, Pemerintah daerah kurang memberikan kontribusi sebenarnya bukan karena pemerintah daerah tidak ingin membantu dalam pengembangan pantai Lumban Binanga, tetapi kendala ijin pengembangan dari masyarakat lokal membuat pemerintah daerah tidak bisa ikut campur dalam pengembangan objek wisata pantai Lumban Binanga.

(54)

pengembangan pantai Lumban Binanga, pemerintah daerah tidak diijinkan untuk berperan aktif dalam pembangunan pantai Lumban Binanga. Masyarakat setempat takut mereka akan ditipu lagi oleh pemerintah setempat seperti kejadian sebelumnya.

1.3.2 Program dan kegiatan pemerintah

Pemerintah mempunyai peran yang sangat besar untuk memajukan objek wisata di Indonesia. Berbagai program pemerintah untuk meningkatkan pariwisata di Indonesia sebagai sektor andalan pembangunan nasional terus dilakukan, antara lain dengan menyelenggarakan program visit Indonesia year17 dan beragam program pariwisata skala lokal lainnya.

Dalam konteks Sumatera Utara, program pariwisata lokal hanya mengandalkan beberapa daerah tujuan wisata yang sering dikunjungi wisatawan dan tidak mengalami usaha perkembangan yang berarti. Sebagai contoh kunjungan wisatawan yang difokuskan pada daerah wisata yang ada di kota seperti Parapat dengan acara Pesta Danau Toba yang dilakukan secara tahunan ini tidak mengalami perubahan materi acara dan justru menjadi ajang bagi segelintir orang.

Pemerintah Kabupaten Toba Samosir perlu untuk mendorong perkembangan dan penyesuaian kondisi infrastruktur wisata di desa Lumban Binanga yang dibutuhkan oleh wisatawan nantinya. Pemerintah Kabupaten Toba

17

Visit Indonesia Year adalah program pemerintah untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara ke daerah-daerah wisata yang ada di indonesia. Program pemerintah ini bertujuan untuk meningkatakan devisa negara maupun untuk

(55)

Samosir telah melakukan beragam cara untuk menginventariskan keberadaan lokasi-lokasi wisata yang berada dibawah naungannya dan memberi dorongan serta dukungan untuk mengembangkan lebih lanjut daerah tersebut. Akan tetapi peran pemerintah hanya sebatas sloganistik yang mendukung objek wisata namun tidak memberikan bantuan, dukungan dan lain sebagainya yang dapat menjadikan objek wisata Pantai Lumban Binanga menjadi daerah tujuan wisata dan juga membantu perekonomian, kreatifitas masyarakat setempat serta memberikan pemasukan pendapatan daerah bagi pemerintah Kabupaten Toba Samosir.

Menurut keterangan kepala desa Lumban Binanga, bahwa camat Laguboti mengungkapkan:

Sebenarnya perumusan pengembangan objek wisata Pantai Lumban Binanga telah menjadi agenda lama sejak lima tahun lalu. Namun seiring perjalanan waktu, kucuran dana pembangunan tidak diturunkan oleh Pemerintah Kabupaten Toba Samosir. Kami disini tidak mampu berbuat banyak dengan anggaran belanja yang kami miliki tentutidak mampu secara utuh melakukan pengembangan wisata di desa Lumban Binanga. Kami membutuhkan dana yang lebih besar untuk pengembangan objek wisata Pantai Lumban Binanga sehingga tempat wisata ini mampu bersaing dan bisa

meningkatkan taraf hidup masyarakat di desa Lumban Binanga”.

Selain pencatatan hal yang perlu dibenahi, upaya lain pernah pula menjadi agenda besar dalam pengembangan objek wisata. Seperti pada tahun 2010, bapak Edwin Hutapea (52 tahun) seorang staff di Kecamatan Laguboti mengungkapkan bahwa pernah ada sebuah kegiatan pembangunan wisata dengan tajuk “pengembangan daerah menuju wisata”. Kegiatan ini mempromosikan daerah

(56)

setiap wisatawan yang hadir dapat menikmati sekilas sebelum sampai ke lokasi wisata.

Bapak Edwin hutapea (52 tahun) mengatakan :

pernah dulu kami buat program desa menuju wisata, kami buat baliho-baliho di sepanjang jalan besar, kami bersihkan dan kami letak juga tong-tong sampah di setiap sudut. Tetapi tindak penjagaan kurang dan masyarakat kurang peduli sehingga program tersebut tidak berjalan dengan mulus”.

Baliho-baliho tersebut berfungsi sebagai ruang promosi wisata disepanjang jalan protokol menuju Kecamatan Laguboti. Seperti kata-kata “pariwisata baik, rakyat sejahtera” potret wisata pantai Lumban Binanga dengan

ajakan untuk mengunjunginya. Namun pembentukan itu masih berada pada tahap promosi sedangkan pengembangan lebih lanjut belum terlihat. Hasilnya baliho-baliho tersebut perlahan rusak dan tidak terlihat lagi di sepanjang jalan protokol dan usaha tersebut masih terlihat belum membangun meski telah memiliki sebuah rancangan aksi yang cukup terarah tentang pengembangan wisata.

(57)

Menurut keterangan narasumber saya bapak Bobby Hutajulu selaku kepala desa di desa Lumban Binanga:

Sebenarnya ada saja yang mau membantu kami dalam pengembangan objek wisata di Pantai Lumban Binanga ini, tetapi semua berhenti di tengah jalan. Banyak program yang telah kami setujui untuk pengembangan objek wisata Pantai Lumban Binanga ini, tapi lihat sendiri hasilnya, sampai sekarang belum ada apa-apa yang mereka bangun, mereka hilang begitu saja. Oleh karena itu kami memilih untuk tidak lagi percaya dengan janji manis investor. masyarakat disini bisanya mengembangkan objek wisata kami ini. Sudah belasan tahun kami mengelola pantai ini secara swadaya”.

Selain itu bapak Bobby Hutajulu juga mengungkapkan bahwa pemerintah setempat pernah turun tangan ambil bagian dalam pengembangan objek wisata Pantai Lumban Binanga. Hal itu bisa di lihat dari pembangunan jalan dan jembatan menuju Pantai Lumban Binanga, kemudian pemerintah juga memberikan arena bermain anak (chidren playground) dan lampu penerang di Pantai Lumban Binanga.

Foto 16: Arena bermain anak yang tidak terurus dengan baik

(58)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan penelitian, penulis mendapatkan bahwa program pemerintah Kabupaten Toba Samosir terhadap objek wisata di desa Lumban Binanga hanya terhenti pada program semata tanpa ada keberlanjutan hingga pada tahap aplikasi atau tindakan. Keadaan ini disebabkan kecenderungan tindakan pemerintah, dalam hal ini pemerintah Kabupaten Toba Samosir yang selalu bersifat birokratis dan cenderung menyulitkan berjalannya program wisata secara umum di Toba Samosir maupun program pariwisata desa Lumban Binanga khususnya.

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan saran sangat penting pada akhir penelitian, karena kedua hal tersebut mempengaruhi kondisi penelitian. Kesimpulan memuat hal-hal apa saja yang menjadi kata akhir dalam penelitian ini, sedangkan saran merupakan kumpulan masukan maupun kritikan terhadap fokus penulisan yang dapat membangun dan memperbaiki fokus penulisan sejenis dikemudian hari.

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan-kesimpulan yang dicapai dalam penelitian ini meliputi beberapa hal penting yang menjadi dasar penelitian, yaitu bagaimana pengelolaan pantai Lumban Binanga oleh masyarakat lokal dan peran pemerintah dalam pengembangan pantai Lumban Binanga. Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang dilakukan penulis dengan metode penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif di lokasi objek wisata pantai Lumban Binanga, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan data yang ditemukan di lokasi penelitian dan informasi dari narasumber bahwa masih minim keterlibatan pemerintah setempat dalam pengembangan objek wisata pantai Lumban Binanga.

(60)

masyarakat sebagai pihak terpenting dalam pengelolaan dan pengembangan air objek wisata pantai Lumban Binanga.

3. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dilapangan penelitian mendapatkan bahwa program pemerintah Kabupaten Toba Samosir terhadap objek wisata panati Lumban Binanga hanya terhenti pada program semata tanpa ada keberlanjutan hingga pada tahap aplikasi atau tindakan. Dimana ide-ide yang membangun dari masyarakat atau wisatawan yang berkunjung di Pantai Lumban Binanga hanya ditanggapi seadanya saja. Adapun ide-ide dari masyarakat ataupun wisatawan antara lain , perbaikan jalan raya, didirikannya fasilitas pendukung lainnya 4. Peran aktif dari masyarakat sekitar dalam pengelolaan pantai Lumban

Binanga secara tidak langsung telah membantu dalam pengembangan objek wisata pantai Lumban Binanga dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat itu sendiri dalam meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat setempat.

5. Peran pemerintah dan masyarakat memerlukan suatu kerjasama yang baik untuk dapat membangun kegiatan wisata yang baik.

(61)

7. Wisatawan dan pengunjung berharap peran pemerintah dalam pengembangan objek wisata pantai Lumban Binanga baik itu peningkatan fasilitas pariwisata, penyediaan kegiatan wisata kuliner

8. Teori yang terjadi di lapangan dan di terapkan dilapangan penelitian yaitu teori Bambang Sunaryo dan Oka A Yoeti.

5.2. Saran

Penulisan ini memerlukan saran apresiasi terhadap keberadaan dan perkembangan objek wisata pantai Lumban Binanga sebagai destinasi wisata di kecamatan Laguboti.dalam hal ini apresiasi dimaksudkan untuk memberi saran yang membangun untuk dapat mengembangkan objek wisata pantai Lumban Binanga lebih lanjut.

Adapun saran yang dapat bermanfaat untuk pengembangan objek wisata pantai Lumban Binanga secara optimal adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat lokal harus menjalin kerjasama dengan pihak investor swasta dalam mengatasi masalah pendanaan, penyediaan sarana dan prasarana di tempat wisata pantai Lumban Binanga, sehingga kunjungan wisatawan meningkat.

(62)

3. Adanya kajian lanjutan mengenai lokasi objek wisata pantai Lumban Binanga sehingga memunculkan objek tujuan wisata baru yang dapat menambah nilai kegiatan wisata di desa Lumban Binanga.

4. Adanya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pemahaman manajemen kegiatan wisata yang berguna dalam mengelola lokasi objek wisata Pantai Lumban Binanga.

5. Memberikan sarana promosi bagi kegiatan wisata di desa Lumban Binanga sebagai usaha untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke desa Lumban Binanga melalui beragam media, seperti surat kabar, media elektronik hingga pada penggunaan media sosial untuk dapat menjangkau semua lapisan.

6. Masyarakat lokal harus lebih giat mempromosikan dan menjual cendera mata khas pantai Lumban Binanga sehingga wisatawan yang berkunjung dari luar kabupaten Tobasamosir bisa mengenalkan objek wisata pantai Lumban Binanga kepada wisatawan lainnya di Kabupaten/Kota lainnya 7. Pemerintah desa Lumban Binanga harus gencar meminta sarana dan

(63)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kecamatan Laguboti merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Toba Samosir. Kecamatan ini memiliki luas wilayah 73,90 Km². Ditinjau dari topologi daerah Kecamatan Laguboti merupakan area perladangan dan persawahan hal ini terlihat dari banyak tanaman-tanaman ladang dan tanaman padi yang menghiasi hampir sebagian besar luas wilayah.

Kecamatan Laguboti terletak di ketinggian 905-1500 mdpl. Dengan suhu rata rata 22–25 C. Dengan ketinggian dan suhu tersebut Kecamatan Laguboti dikategorikan sebagai daerah dataran tinggi dengan bukit bukit yang menghiasi.

Kecamatan laguboti berbatasan dengan beberapa kecamatan lain di Kabupaten Toba Samosir. Berikut batas- batas wilayah yang terhubung dengan kecamatan laguboti5

 Sebelah utara berbatasan dengan Danau Toba,

 Sebelah selatan dengan Kecamatan Borbor dan Kecamatan Sipahutar (Kabupaten Taput)

 Sebelah barat dengan Kecamatan Balige

 Sebelah timur dengan Kecamatan Sigumpar

Kecamatan Laguboti memiliki 22 Desa, berikut pembagian desa dan jumlah penduduk :

5

(64)

Tabel 1

5 Desa Sibarani Nasampulu 608

(65)

Dari 22 desa yang ada di Kecamatan Laguboti, keberadaan lahan penuh dengan perbukitan dan pepohonan rimbun akan mulai terlihat ketika memasuki Desa Siraja Gorat hingga Desa Sitoluama, sementara dari Desa Haunatas hingga Desa Sintong Marnipi akan dijumpai rumah warga dengan halaman kecil dan jarak tidak begitu jauh dengan rumah lainnya. Sedangkan ketika memasuki Desa Sidulang hingga Desa Pardomuan Nauli akan terlihat rumah warga yang berjauhan. Dimana sepanjang perjalanan akan terlihat pepohonan dan lading ladang milik penduduk yang terhampar lewat bentuk lahan yang berbukit – bukit.

Jumlah keseluruhan penduduk di Kecamatan Laguboti 18.537 jiwa dengan komposisi laki-laki berjumlah 9.248 jiwa dan perempuan berjumlah 9.289 jiwa. Komposisi penduduk Kecamatan Laguboti berdasarkan kelompok dewasa dan anak dibagi dengan jumlah dewasa laki-laki sebesar 6.813 orang dan perempuan 6.802 orang. Sedangkan untuk anak laki-laki sebesar 2.435 orang dan anak perempuan sebesar 2.487 orang.

Penduduk di Kecamatan Laguboti sebagian besar bermata pencaharian sebagai Petani dan Nelayan. Dan sebagian besar lainnya bekerja sebagai Tukang Bangunan, TNI, PNS, karyawan swasta dan Wiraswasta.

2.1. Profil Desa Lumban Binanga

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pariwisata adalah sesuatu yang bersifat abstrak, tidak nampak (secara kasat mata) hanya dapat dirasakan, terlebih lagi pariwisata ini sebebnarnya suatu konsep yang ingin

Saat ini dalam usaha pengembangannya, Pantai Pangkodian ini dinilai masih mengalami kekurangan pada bidang sarana dan prasarana pendukung pariwisata, seperti akomodasi yang

BAB IV KARAKTERISTIK OBJEK WISATA MASJID SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA RELIGI ISLAMI DI KOTA SEMARANG 4.1.. Karakteristik Objek Wisata Masjid Agung Jawa Tengah 99

Judul Kertas Karya: Upaya Pengembangan Pantai Pasir Putih Pangkodian Sebagai Objek Wisata di Kabupaten Toba Samosir.. Oleh : Benvri

Saat ini dalam usaha pengembangannya, Pantai Pangkodian ini dinilai masih mengalami kekurangan pada bidang sarana dan prasarana pendukung pariwisata, seperti akomodasi yang

OBJEK WISATA PANTAI PASIR PUTIH PANGKODIAN.. Sumber: Portal

Hasil penelitian yang dilakukan dan telah dilakukan analisis data bahwa sektor pariwisata memberikan kontribusi yang positif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat

Seringnya anggota organisasi Pokdarwis tidak mengikuti pertemuan yang diadakan oleh Pemerintah Desa maupun Dinas Pariwisata untuk membahas program pembangunan Objek Wisata