UNTUK PEMODELAN.
Tahun 2018) Riset Nasional, RIPIN adalah Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional.
8. Posisi Indonesia dalam penguasaan Kecerdasan Artifisial di lingkungan Internasional
Berangkat dari dasar-dasar tersebut, pengembangan dan pemanfaatan kecerdasan artifisial ditetapkan pada Lima Bidang Prioritas Nasional.
Lima Bidang Prioritas Kecerdasan Artifisial Indonesia:
1. Kesehatan
2. Reformasi Birokrasi 3. Pendidikan dan Riset 4. Ketahanan Pangan 5. Mobilitas dan Kota Pintar
Seluruh misi strategis nasional diarahkan ke bidang-bidang tersebut agar lebih mendapatkan prioritas daripada bidang lainnya. Kementerian atau institusi terkait dengan bidang ini akan mengambil peran untuk melaksanakan dan menyukseskan bidang-bidang prioritas tersebut.
Setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan sebagai kebutuhan dasar yang dilindungi oleh UUD 1945. Dengan Cakupan Kesehatan Semesta (Universal Health Coverage) diharapkan pelayanan kesehatan dapat lebih mudah dijangkau oleh seluruh penduduk Indonesia. Pemangku kepentingan dalam pelayanan kesehatan terdiri dari pemerintah, penyedia kesehatan, pembayar, dan pasien yakni kita semua, di mana setiap orang bisa saja suatu saat menjadi pasien.
Rasio ranjang rumah sakit terhadap populasi menjadi tolok ukur kapasitas suatu wilayah dalam melayani pasien rawat inap. Dalam hal ini WHO memberikan standar ketersediaan 1 tempat tidur per 1,000 penduduk.
Sebagian besar dari wilayah Indonesia ternyata belum mencapai standar ini dan hal ini terjadi baik di wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi maupun rendah. Hal ini menunjukkan infrastruktur pelayanan kesehatan yang masih terbatas, karena kelas Rumah Sakit terkait dengan jumlah ranjang dan kemutakhiran pelayanan yang dapat diberikan.
Tenaga kesehatan menjadi ujung tombak pelayanan dengan rasio jumlah dokter saat ini adalah 86 per 100,000 penduduk menurut data Konsil Kedokteran Indonesia. Di mana angka ini masih di bawah rekomendasi WHO yakni 100 per 100,000 penduduk. Yang menjadi kendala adalah distribusi yang tidak merata di mana berdasarkan data Kementerian Kesehatan saat ini 70%
tenaga kesehatan dari berbagai profesi seperti dokter, dokter gigi, perawat, bidan, dan apoteker berada di pulau Jawa dan Sumatera saja. Tentunya kita tidak bisa membandingkan kecukupan tenaga Kesehatan berdasarkan rasio jumlah penduduk saja, karena pelayanan kesehatan perlu menjangkau seluruh wilayah dan penduduk Indonesia bahkan di area yang terpencil sekalipun.
7. 1. BIDANG PRIORITAS KESEHATAN
Gambar 71:
Rasio Ranjang RS di Indonesia diantara 5 negara Asia Tenggara lainnya dan persebaran di wilayah Indonesia, diambil dari visualisasi berdasarkan data Kementerian Kesehatan
Indonesia perlu mengalami perubahan-perubahan pelayanan kesehatan yang berorientasi dari fasilitas kesehatan menjadi berorientasi pada pasien dan pengobatan yang berorientasi pada penyakit menjadi kesehatan yang berorientasi pada pribadi. Perlu terwujudnya 4P Kesehatan yakni Prediktif, Preventif, Personalisasi, dan Partisipatif.
Kesehatan Prediktif mempelajari dan menangani risiko penyakit dari genetik yang dimiliki oleh setiap orang. Tanda-tanda penyakit berusaha dideteksi sebelum menjadi nyata, sehingga kualitas hidup yang baik dapat terpelihara.
Hal ini terkait P berikutnya yakni Kesehatan Preventif, di mana kondisi penyakit yang telah diprediksi kemudian dilakukan pencegahan dengan gaya hidup yang sehat. Setiap pribadi adalah berbeda, ini menyebabkan pendekatan Kesehatan kini perlu Personalisasi dan Partisipatif. Pengobatan tidak berlaku secara umum melainkan fokus pada setiap individu dan mengoptimalkan Kesehatan berdasarkan prediksi yang telah diketahui. Untuk menjalankan hal ini maka partisipasi dari pribadi tersebut menjadi sangat penting. Pemahaman informasi yang baik dan keaktifan untuk menjalani gaya hidup sehat maupun pengobatan bila diperlukan menjadi kunci kesuksesan.
Untuk menerapkan 4P Kesehatan dibutuhkan banyak data dari pribadi baik secara genetik, maupun berbagai sensor fisik yang ada. Bagi pelayanan Rumah Sakit untuk meningkatkan partisipasi setiap pasien maka dapat memanfaatkan sistem teknologi informasi dan komunikasi (TIK), seperti smart hospital yang menerapkan eHealth dan Telemedicine. Sistem rumah sakit cerdas (smart hospital) akan banyak memberikan kemudahan akses layanan yang lebih personal dan menerapkan upaya preventif bahkan pada penyakit kronis sebelum terjadinya penyakit yang katastrofik.
Kecerdasan Artifisial memiliki peran penting dalam mengolah dan memberikan wawasan dari big data yang dikumpulkan melalui genetika dan sensor dalam kerangka 4P Kesehatan. Perubahan paradigma Kesehatan ini berperan besar dalam memajukan kualitas hidup penduduk Indonesia. Untuk itu, Indonesia membutuhkan berbagai tindakan sebagai bentuk kesiapan dalam merealisasikan layanan kesehatan di masa depan. Kecerdasan
Gambar 72:
Pendekatan masa kini Kesehatan 4P untuk pelayanan kesehatan yang lebih baik
artitifisial mengolah data menjadi informasi, sehingga ketersediaan data adalah keharusan.
Salah satu hal yang sangat penting adalah adanya interoperabilitas data kesehatan. Ketersediaan data kesehatan secara nasional sangat penting untuk berbagai hal seperti pengambilan kebijakan, pengalokasian anggaran dan pembuatan program. Salah satu kendala dalam integrasi data adalah tidak samanya format data yang digunakan untuk menyimpan data kesehatan, dan ke depan Indonesia perlu mempunyai standar interoperabilitas yang digunakan dalam bidang kesehatan yang juga mengadopsi standar internasional. Integrasi data bukan berarti semua data dikumpulkan dalam satu wadah, melainkan diperlukan interoperabilitas antar sistem teknologi informasi yang sudah ada saat ini, dengan tetap menjaga integritas dan keamanan data di masing-masing lokasi baik secara fisik maupun sistem. Untuk mewujudkan hal ini juga diperlukan regulasi yang mengharuskan setiap institusi kesehatan mengikuti standar interoperabilitas yang sudah ditetapkan. Untuk menjamin keamanan data kesehatan yang disimpan maka perlu ditetapkan sistem pengamanan yang tinggi agar tidak ada risiko diambilnya data pasien oleh pihak manapun.
Kemudian isu penting lainnya adalah Indoneia memerlukan badan otorita khusus yang mengatur dan membuat regulasi terkait data kesehatan yang independen, semacam Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di bidang keuangan.
Kemudian dari sisi hukum, maka diperlukan beberapa peraturan yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan untuk menjadi landasan bagi penerapan kebijakan teknologi kesehatan digital (healthtech) secara komprehensif mulai dari telemedisin, interoperabilitas data nasional, pengembangan inovasi sistem informasi dan alat kesehatan dalam negeri, peredaran obat dan alat