• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECERDASAN ARTIFISIAL INDONESIA

Masuknya era revolusi industri 4.0 pada saat ini dengan karakteristik teknologi menggunakan Kecerdasan Artifisial (KA) telah mengubah banyak aspek kehidupan. Perkembangan ini menuntut penyesuaian yang mendasar bagi masyarakat saat ini.

Tumbuhnya industri yang menggunakan KA sebagai pengungkit proses bisnisnya semakin banyak (industri pengguna KA), seiring dengan itu tumbuh juga industri yang membuat dan menyediakan produk berbasis KA (industri pengembang solusi berbasis KA) dan industri yang membuat teknologi baru berbasis KA (industri pengembang teknologi KA). Pertumbuhan ini berpengaruh pada kebutuhan talenta KA yang unggul untuk mendukung industri tersebut. Kebutuhan talenta KA ini bukan hanya berasal dari dalam negeri tetapi juga berasal dari luar negeri (diaspora).

Talenta KA bisa berasal dari lulusan pendidikan formal (lembaga pendidikan dimulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi) maupun pendidikan non formal (lembaga pelatihan). Pola penyebaran antara lulusan pendidikan dan pekerjaan di bidang KA yang akan bekerja sebagai pekerja tingkat dasar, pekerja tingkat menengah dan pekerja tingkat lanjut; hal ini dijelaskan pada Gambar 4-1 di bawah ini.

BAB 4

PENGEMBANGAN TALENTA

KECERDASAN ARTIFISIAL INDONESIA

4. 1. ISU-ISU STRATEGIS

Gambar 4-1 Pola pendidikan formal dan non formal untuk bekerja pada bidang KA.

Indonesia saat ini, belum mampu mengimbangi tingginya kebutuhan akan talenta KA baik dari sisi kualitas maupun kuantitas (kesenjangan supply-demand); masih terdapat kesenjangan (gap) antara kebutuhan industri dan ketersediaan talentanya. Kesenjangan ini perlu dijembatani melalui suatu upaya link-and-match antara kebutuhan industri dan penyediaan talenta, salah satu upaya tersebut adalah standarisasi kompentensi talenta melalui proses sertifikasi kompetensi (Gambar 4-2). Sertifikasi kompentensi ini perlu diperbahui secara berkala dengan mengikuti uji kompentensi sesuai SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), standar internasional, dan/

atau standar khusus. Sertifikasi dilakukan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang telah diberi lisensi atau oleh KAN melalui Lembaga Sertifikasi Person (LSP).

Untuk mencapai batas kualitas tertentu maka setiap talenta mengikuti pelatihan berdasarkan KKNI Level (9 level) yang telah dijabarkan dalam KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) yang berguna untuk menentukan tingkat mutu dan serapan industri. Deskripsi kualifikasi pada KKNI merefleksikan capaian pembelajaran (learning outcomes) yang diperoleh seseorang melalui jalur pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja dan pembelajaran mandiri. Capaian Pembelajaran merupakan internalisasi dan akumulasi ilmu pengetahuan (science), pengetahuan (knowledge), pengetahuan praktis (know-how), ketrampilan (skill), afeksi (affection), dan kompetensi (competency) yang dicapai melalui proses pendidikan yang terstruktur dan mencakup suatu bidang ilmu/keahlian tertentu atau melalui pengalaman kerja.

Pemerintah melalui RPJMN 2020-2024 dengan Prioritas Nasional untuk meningkatkan sumber daya manusia produktif dan berdaya saing dengan arah kebijakannya yakni meningkatkan produktivitas dan daya saing, telah menjadikan Pengelolaan Manajemen Talenta Nasional menjadi salah satu strategi terobosan. Meskipun demikian perencanaan MTN ini masih berfokus pada talenta secara global. Untuk dapat mendorong link-and-match kebutuhan industri akan talenta KA, diperlukan Manajemen Talenta Nasional yang secara khusus melakukan pengelolaan dan pengembangan talenta (talent

Gambar 4-2 Link-and-Match Kebutuhan Industri dan Penyediaan Talenta KA.

pool) sesuai dengan kerangka pengembangan talenta di bidang Kecerdasan Artifisial.

Pemetaan talenta KA harus dilakukan dalam talent pool ini, dengan tujuan untuk mendapatkan peta supply dan demand talenta KA untuk pekerja, peneliti dan wirausahawan dengan industri yang telah tersedia (existing industry) dan akan bertumbuh.

4. 1. 2. PEMBANGUNAN EKOSISTEM PEMBELAJARAN DAN EKOSISTEM INOVASI UNTUK PENGEMBANGAN TALENTA KECERDASAN ARTIFISIAL NASIONAL

Orientasi pengembangan talenta KA akan diarahkan pada pengembangan talenta untuk pekerja (untuk pengembangan produk), peneliti (penciptaan produk baru) dan wirausahawan (penciptaan industri baru). Untuk mencapai kompetensi tertentu (standar kompetensi), pengembangan talenta KA membutuhkan ekosistem yang dapat mendukung proses pembelajaran dan proses inovasi. Pembentukan ekosistem tersebut membutuhkan kerjasama berbagai pihak, kolaborasi Quad Helix yang melibatkan akademisi, bisnis, pemerintah dan komunitas (ABCG).

Persyaratan ekosistem tersebut adalah mampu untuk (1) mendukung pendidikan untuk menghasilkan talenta pekerja, peneliti dan wirausahawan;

(2) mendukung tumbuhnya penelitian pasar, penelitian produk dan penciptaan produk baru; serta (3) menyediakan sumber daya finansial, sarana dan prasarana, termasuk perangkat, alat bantu maupun data yang dibutuhkan dalam meningkatkan kompetensi talenta di bidang Kecerdasan Artifisial. Ekosistem tersebut diharapkan akan mampu menghasilkan talenta berkompeten, yang nantinya akan mendukung terjadinya siklus dalam ekosistem secara berkelanjutan.

Dalam penciptaan ekosistem belajar dan ekosistem inovasi ini dimulai dengan proses membentuk entitas awal sebagai motor penggerak ekosistem.

Menyiapkan proses manajemen dan keuangan menjadi faktor awal yang utama, sehingga entitas ekosistem diharapkan dapat dimulai dari menyatukan pemerintah dan industri (BG).

Sebagai langkah awal dari entitas ini adalah (1) merencanakan sumber pendanaan; (2) merencanakan pimpinan manajemen yang mampu menggerakan ekosistem; (3) merencanakan kompetensi talenta yang dibutuhkan; (4) merencanakan cara mendapatkan talentanya.

Aktifitas dasar yang penting sepert penelitian tentang pasar (market research), penelitian tentang produk (product research) dan penciptaan produk baru (product creation) menjadi prioritas agar mampu menopang keberlangsungan entitas ini.

Terbentuknya entitas dengan aktifitas dasar ini akan mendorong terjadinya siklus bisnis yang selanjutnya akan menjadi pendorong terjadinya kerjasama dengan universitas yakni berupa dukungan data, finansial (dana) dan sarana prasarana bidang KA yang akan membentuk ekosistem pembelajaran bagi talenta pekerja, peneliti dan wirausahawan. Kerjasama ini akan terus berlangsung sampai pada saatnya aktifitas dasar akan berpindah ke Universitas dan entitas awal hanya akan berfokus pada pengelolaan (manajemen). Pengelolaan talenta wirausahawan di dalam kerjasama ini akan menjadi sumber penciptaan industri baru rintisan (start-up / spin-off), hal ini akan mengarahkan pada siklus berkelanjutan seperti terlihat pada Gambar 3-3.

Gambar 4-3 Kolaborasi Quad Helix dalam Ekosistem Pembelajaran dan Ekosistem Inovasi KA.

4. 2. 1. PENGEMBANGAN SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KECERDASAN ARTIFISIAL

Pengembangan dan peningkatan kualitas talenta KA dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal (lembaga pendidikan) maupun non-formal (lembaga pelatihan). Kualitas tersebut dijabarkan dalam sebuah standar kompentesi yang digunakan sebagai ukuran semua pihak (pendidikan dan industri) untuk membentuk peta okupasi bidang KA; skema sertifikasi