(Predictive Maintenance, Demand and Inventory Management, Anomaly Detection, Data Classification and Clustering, Strategy Recommendation, Fuzzy atau NPL) digunakan untuk menyelesaikan masalah penjadwalan manajemen jaringan operasional dan pembangkitan guna memenuhi tingginya permintaan secara efektif dan efisien.
b. Kecerdasan Artifisial digunakan untuk mengelola keterikatan para produsen dalam menyediakan produk sesuai dengan kebutuhan. Teknologi Process Automation, Behaviour Analysis, Forecasting, Deep Learning, Decision Support digunakan untuk
INTEGRASI TEKNOLOGI ENERGI DAN UTILITAS DENGAN SPESIFIKASI YANG SESUAI,
JUMLAH YANG TEPAT
DAN KUALITAS YANG
MEMADAI.
ketersediaan dan kestabilan pasokan energi, mengoptimalkan kinerja turbin pembangkitan, Smart Diagnostic and Control untuk mengintegrasikan pasokan dari berbagai sumber pembangkitan dengan stabil dan saling melengkapi.
c. Teknologi Kecerdasan Artifisial digunakan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan terkait produk dan layanan yang tersedia.
Teknologi Predictive Models dapat digunakan untuk menghitung dengan cepat dan canggih terhadap prediksi beban, permintaan, dan optimasinya.
d. Kecerdasan Artifisial dapat membangun segmentasi pelanggan yang terhubung pada platform rantai pasok energi & utilitas untuk memaksimalkan interaksi pelanggan dan penyedia. Fuzzy Logic, Behaviour/Sentiment Analysis, dan Forecasting digunakan untuk melakukan prakiraan harga listrik di pasar dan perdagangan listrik lintas batas.
B.3. Rantai Pasok
Mewujudkan sistem rantai pasok yang terpadu dan efisien men-dukung penguatan ekonomi digital nasional dengan men-dukungan
inovasi teknologi Kecerdasan Artifisial
Sektor logistik dan rantai pasok telah mengalami perubahan yang besar dalam tiga puluh tahun terakhir dan fokusnya kian bercabang;
pengelola rantai pasok kini diharapkan untuk dapat menganalisis permintaan konsumen dan menjalankan Sales & Operation Planning (S&OP). Tren terbaru menunjukkan adanya tuntutan lain bagi pelaku industri sektor rantai pasok, yaitu:
• Kemampuan mengakomodasi kebutuhan unik dari masing-masing pelanggan (customized order) dan mendorong pertumbuhan portofolio SKU perusahaan.
• Adanya transparansi dan akses ke berbagai pilihan barang dan vendor.
Demi memenuhi tuntutan tersebut, diperlukan teknologi Kecerdasan Artifisial yang mengintegrasi ekosistem rantai pasok. Hal-hal yang bisa terwujudkan yaitu:
• Distribusi barang menjadi jauh lebih cepat dengan didukung forecasting berdasarkan analisis faktor internal (data pesanan) dan eksternal (cuaca, hari libur nasional, dll.).
• Bisnis dapat mengakomodasi kustomisasi massal. Pendekatan dan pemasaran dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik/
keunikan masing-masing konsumen.
• Minimnya human error dan tercapainya efisiensi optimal karena
adanya otomatisasi, pemakaian kendaraan tanpa pengemudi, komputasi awan, dan transparansi informasi.
• Terciptanya tenaga kerja dengan kualitas lebih tinggi karena waktu yang awalnya dipakai untuk mengerjakan tugas monoton yang memakan waktu dapat dialokasikan ke pekerjaan yang lebih strategis.
• Rantai pasok dapat dijadikan lini bisnis yang baru, dimana perusahaan menjual jasa manajemen rantai pasok yang lebih cost-effective.
Dalam rangka implementasi teknologi Kecerdasan Artifisial di sektor Rantai Pasok dimaksud, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni:
a. Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2012)
Sistem Logistik Nasional diharapkan dapat berperan dalam mencapai sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, menunjang implementasi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), serta mewujudkan visi ekonomi Indonesia tahun 2025 (RPJPN).
b. Tantangan Rantai Pasok di Indonesia
• Indonesia terdiri dari 17.000 lebih pulau dimana penyediaan infrastruktur terkait rantai pasok rendah,
• Adanya pungutan tidak resmi yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi,
Gambar 68 Kerangka Berpikir Implementasi Kecerdasan Artifisial di Sektor Rantai Pasok
• Tingginya waktu pelayanan ekspor-impor dan hambatan operasional di pelabuhan,
• Terbatasnya kapasitas dan jaringan pelayanan penyedia jasa logistik nasional,
• Terjadinya kelangkaan stok dan fluktuasi harga bahan pokok,
• Tingginya disparitas harga pada daerah perbatasan, terpencil dan terluar.
Untuk mencapai hasil maksimal program Peta Jalan implementasi Teknologi KA pada Sektor Rantai Pasok, maka pemenuhan sumber daya (resources) dan fasilitas pendukungnya (enabler) mencakup sebagai berikut:
a. Penyelarasan dan integrasi pelaku utama rantai pasokan:
peningkatan transparansi akan memastikan perkiraan sumber daya yang lebih tepat.
b. Sistem Manajemen Pergudangan dan Sistem Manajemen Transportasi (TMS): Interaksi antara Sistem Manajemen Pesan (Order Management System), pusat distribusi (distribution center), dan gudang dapat dibangun melalui TMS. Pengurangan biaya tambahan dapat dicapai dengan mengintegrasikan TMS dengan Sistem Manajemen Gudang dan Sistem Manajemen Perdagangan Global.
c. Sistem Transportasi Cerdas (Intelligent Transportation System):
penting untuk meningkatkan keamanan, kecepatan perjalanan, arus lalu lintas, dan mengurangi polusi udara. Pengumpulan Pulsa Elektronik (Electronic Toll Collection/ETC), Pengumpulan Data Kendaraan (Vehicle Data Collection), Sistem Manajemen Lalu Lintas (Traffic Management System), Transit Signal Priority (TSP), Emergency Vehicle Preemption (EVP) adalah beberapa aplikasi ITS.
d. Melindungi Keamanan Informasi: karena solusi teknologi baru selalu membawa kerentanan, yang sebagian besar waktu mengungkapkan risiko keamanan yang tidak terduga (Goodrich dan Tamassia, 2014).
B.4. Bidang Keuangan dan Ritel
Mewujudkan ekonomi dan keuangan inklusif di seluruh penjuru Indonesia dengan dukungan inovasi teknologi Kecerdasan
Artifisial
Sektor keuangan dan ritel merupakan sedikit dari beberapa bidang yang disebut sebagai pengadopsi awal terkait Kecerdasan Artifisial (AI early adopters), dimana Kecerdasan Artifisial siap untuk dimanfaatkan. Budaya digitalisasi data sudah berlangsung cukup
lama pada kedua bidang tersebut. Data-data keuangan dalam format digital sudah tersedia selama puluhan tahun lamanya sehingga memungkinkan pengembangan aplikasi-aplikasi Kecerdasan Artifisial seperti credit scoring, financial forecasting, fraud detection and prevention, customer service chatbot, dan sebagainya. Sedangkan, sektor ritel yang didukung dengan munculnya banyak e-commerce dalam satu dasawarsa terakhir sehingga memungkinkan toko-toko ritel tradisional dapat berjualan secara online dan mengoleksi banyak data terkait produk, transaksi, dan pelanggan. Ini memungkinkan pemanfaatan aplikasi-aplikasi Kecerdasan Artifisial misalnya customer segmentation untuk kebutuhan marketing, personalisasi dan rekomendasi produk dan iklan untuk plangent, demand prediction, dan sebagainya.
Dengan fungsi vital ini, sektor keuangan dan ritel memberikan pengaruh langsung yang sangat signifikan untuk memastikan keberlanjutan pembangunan nasional di segala sektor secara menyeluruh. Pemerintah perlu melanjutkan pembangunan berkesinambungan di sektor tkeuangan dan ritel dengan dukungan teknologi terkini secara tepat guna dan optimal usesuai dengan sasaran strategis pembangunan nasional. Inklusi ekonomi dan finansial merupakan salah satu isu utama sektor keuangan dan ritel, yang dapat diukur dalam berbagai dimensi termasuk kepemilikan akun, penggunaan akun, dan penetrasi akun keuangan.
Menurut World Bank, diperkirakan 100 juta orang di Indonesia masih belum memiliki akses perbankan. Jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di ASEAN, penetrasi akun keuangan di Indonesia masih tergolong rendah. Ini merupakan salah satu faktor pendorong penetrasi perbankan dan ritel dari negera-negara yang tergabung dalam ASEAN untuk menguasai pasar di Indonesia yang menjadi ancaman tumbuhnya sektor keuangan dan ritel nasional.
Untuk mencapai visi tersebut, maka perlu dilakukan terobosan pada sektor Keuangan dan Ritel dengan fokus pada empat (4) sasaran strategis, yaitu (a) peningkatan layanan, (b) optimasi biaya, (c) peningkatan pendapatan baik dari produk baru, produk yang disempurnakan, maupun dari nilai tambah terhadap layanan baru, serta (d) manajemen risiko yang andal, sangat kuat, berkesinambungan dan tepat sasaran. Penerapan terobosan tersebut didukung dengan teknologi Kecerdasan Artifisial sehingga dapat membantu percepatan pemenuhan sasaran-sasaran strategis.
Implementasi teknologi Kecerdasan Artifisial memiliki peran strategis pada sektor Keuangan dan Retail dengan berlandaskan kerangka berpikir (framework) sebagai berikut: