UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG DJATI CIREBON CIREBON
6. Mekanisme evolusi dilaksanakan melalui seleksi alam oleh peristiwa
2.3. Asal Mula Kehidupan di Bum
Awal mulanya dunia ini hanya sebatas planet yang kosong dan lama kelamaan dunia ini penuh dengan makhlukmakhluk yang menempati bumi ini di dunia. Sejarah kehidupan dibumi dapat diungkap melalui fosil. Fosil telah menjadi bukti yang paling kuat untuk menjelaskan tentang kejadian makroevolusi. Makroevolusi merupakan perubahan dalam skala besar diatas tingkatan spesies yang berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama. Kebanyakan fosil ditemukan tertanam dalam batuan sediment. Melalui proses alami yang panjang, sedimentsediment dapat tersusun secara berlapislapis membentuk strata (Tingkatan). Setiap lapisan strata, disebut catatan fosil berguna bagi ilmuan untuk menjelaskan sejarah kehidupan dibumi. Studi kasus yang mempelajari catatan fosil disebut Palentology. Dibawah ini adalah beberapa teori asal mula kehidupan dibumi.
Bumi kita dahulu terbentuk dalam keadaan hangat dan pijar secara perlahanlahan bumi mengadakan kondenasiatau lebih dingin sehingga pada suatu saat terbentuklah kerak atau kulit bumi. Bagian yang terbentuk cair membentuk samudera atau hidrosfer, sedangkan bagian yang berbentuk gas disebut atmosfer dan yang berbentuk padat disebut litosfer.
Lapisan bumi yang dihuni oleh berbagai makhluk hidup melangsungkan kehidupannya disebut biosfer. Dalam kehidupan makhluk hidup tersebut, terbentuk suatu system hubungan antara makhluk dengan materi dan energi yang mengelilinginya. Ciriciri sebuah benda hidup atau makhluk hidup adalah : 1. Melakukan pertukaran zat atau metabolism, yakni adanya zat yang masuk dan keluar. 2. Tumbuh atau bertambah besar karena pertambahan dari dalam dan bergerak. 3. Melakukan reproduksi dan berkembangbiak. 4. Memiliki irabilitas atau kepekaan terhadap rangsangan dan memberikan reaksi terhadap rangsangan itu. 5. Memiliki kemapuan mengadakaan adaptasi terhadap lingkungan.
Secara perlahanlahan bumi mengadakan kondensasi atau menjadi lebih dingin sehingga pada suatu saat terbentuklah kerak atau kulit bumi. Yang berbentuk cair membentuk samudera atau hidrosfer, yang berbentuk gas disebut atmosfer dan yang berbentuk padat disebut litosfer. Pada saat ini kulit bumi dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup yang beraneka ragam. Lapisan bumi yang dihuni oleh berbagai makhluk hidup itu kita sebut biosfer. Beberapa teoriteori awal mula makhluk hidup di dunia, sebagai kajian kita unutk mengenal lebih jauh sejarah awal mula kehidupan didunia.
Usia Bumi kurang lenih adalah 3000 juta tahun, namun hadirnya kehidupan diatas bumi barulah sekitar 2000 tahun, dan berawal dari amkhluk yang sangat sederhana. Hal itu diketahui berdasarkan penelitian dan analisis dengan menggunakan metode perbandingan zat radioaktif dengan zat hasil seluruhnya. Degan metode itu pula diperkurakan bahwa bumi telah membentuk batuan sejak 5
ribu juta tahun yang lalu. Dari berbagai penelitian terdapat batuan yang berumur 3,5 juta tahun yang telah menunjukan tandatanda kehidupan fosil.
Kita mengenal beberapa hipotesis tentang asal mula kehidupan. perlu diketahui bahwa hipotesis yang dikemukakan para ahli tidak terlepas dari cara penalaran seseorang dari zaman ke zaman, oleh karena itu ada beberapa hipotesis yang agak kurang tepat kedengarannya. Namun sebalinya, ada beberapa hipotesis yang benar bila ditinjau dari segi logika. Berikut hipotesis atau teori tentang dari mana asal kehidupan di Bumi : a. Hidup dari Tuhan Pendapat ini lenih dikenal dengan paham, Penciptaan khusus yang mengandung arti bahwa Tuhan langsung turun tangan. Ilmuwan tidak menolak anggapan ini, tetapi semacam itu diluar taraf dan batas ilmu pengetahuan. Pendapat ini dikenal dengan sebutan Teori Transedental, yang berpendapat bahwa semua ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan itu luar jangkauan sains.
PENUTUP
3.1. Simpulan
Menurut Islam, manusia pertama yang diciptakan ialah Adam. Adam diciptakan dari tanah. Manusia kedua ialah Hawa yang penciptaannya daripada bahan baku manusia pertama. Sedangkan manusia ketiga diciptakan dari gabungan bahan Adam dan Hawa. Didalam AlQur’an proses kejadian manusia secara biologis dijelaskan secara terperinci melalui firmanNya :
“ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami jadikan ao makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik”. (QS. Al Mu’minunn (23) : 1214).
Sedangkan dalam sains dikenali teori pertama yang dapat dikenali dari Aristotle (384322M) yang disebut sebagai teori Abiogenesis atau Generasio Spontanea. Menurut teori ini, semua yang hidup muncul secara terus menerus dari yang mati atau materi. Adapula teori Darwin yang berdasarkan atas seleksi alam yang dapat menghasilkan perubahan besar pada organism setelah waktu yang lama bahkan pada suatu saat tertentu dapat menghasilkan spesies baru. Dia juga mengatakan bahwa semua oraganisme yang meliputi seluruh tumbuhan dan hewan yang ada dan pernah ada berkembang dari beberapa atau bahkan satusatu
bentuk yang sangat sederhana melalui proses penurunan dengan modifikasi melalui seleksi alam. 3.2. Saran Kita adalah sebaikbaiknya makhluk ciptaan Allah. Kita mempunyai bentuk yang sempurna, mempunyai fikiran dan akal. seharusnya kita sebagai manusia yang berakal baik, kita menjaga dan melestraikan sumber daya yang kita miliki. Selain itu tak lupa kita tetap belajar dan menuntut ilmu demi kemajuan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Dr Maurice Bucaille.1992.Asal-usul Manusia Menurut Bibel Al-qur’an Sains.Bandung:Mizan. Syahminan.1984.Mengenal Manusia Lewat Al-Qur’an.Bina Ilmu.
http://jan2010.blogspot.com/2010/03/proses-kejadian-manusia-menurut-al.html
http://nasrullahrahman.blogspot.com/2013/05/asal-usul-manusia-menurut-pandangan.html http://adisuryadi-pendidikan.blogspot.com/2011/06/asal-usul-manusia.html
http://bebibandel.blogspot.com/2010/02/asal-usul-manusia.html
Hubungan Ilmu Pengetahuan Dengan Moral (Agama)
Ilmu dan moral adalah dua kata yang memiliki makna berbeda namun sebenarnya kedua makna kata tersebut saling melengkapi dan berhubungan erat dengan kepribadian seseorang. Sejak saat pertumbuhannya, ilmu sudah terkait dengan masalah moral. Ketika Copernicus (1473—
1543) mengajukan teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa "bumi yang
berputar mengelilingi matahari" dan bukan sebaliknya seperti yang dinyatakan dalam ajaran agama maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang berkonotasi metafisik. Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam sebagaimana adanya, sedangkan di pihak lain terdapat keinginan agar ilmu mendasarkan kepada pernyataan-pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam ajaran-ajaran di luar bidang keilmuan (nilai moral), seperti agama.
Dari interaksi ilmu dan moral tersebut timbullah konflik yang bersumber pada penafsiran metafisik yang berkulminasi pada pengadilan inkuisisi Galileo pada tahun 1633. Galileo oleh pengadilan agama dipaksa untuk mencabut pernyataan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari.
Ketika ilmu dapat mengembangkan dirinya, yakni dari pengembangan konsepsional yang bersifat kontemplatif disusul penerapan-penerapan konsep ilmiah ke masalah-masalah praktis atau dengan perkataan lain dari konsep ilmiah yang bersifat abstrak menjelma dalam bentuk konkret yang berupa teknologi, konflik antara ilmu dan moral berlanjut. Seperti kita ketahui, dalam tahapan penerapan konsep tersebut ilmu tidak saja bertujuan menjelaskan gejala-gejala alam untuk tujuan pengertian dan pemahaman, tetapi lebih jauh lagi bertujuan memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Bertrand Russel menyebut perkembangan ini sebagai peralihan ilmu dari tahap “kontemplasi ke
manipulasi” . Dalam tahap manipulasi ilmu, masalah moral muncul kembali. Jika dalam
kontemplasi masalah moral berkaitan dengan metafisika keilmuan maka dalam tahap manipulasi masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah atau secara filsafat dapat dikatakan bahwa dalam tahap pengembangan konsep terdapat masalah moral yang ditinjau dari segi ontologis keilmuan, sedangkan dalam tahap penerapan konsep terdapat masalah moral yang ditinjau dari segi aksiologi keilmuan. Aksiologi itu sendiri adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Filosof beragama biasanya menempatkan kebenaran berpikir manusia berada di bawah kebenaran transenden. Sebagai sebuah produsen moralitas dan etika, tak bisa disangkal bahwa doktrin agama akan mengarahkan seseorang untuk merefleksikan penemuan atau penciptaan sebuah
ilmu. Euthanasia, aborsi, kloning dan penerbangan ke bulan atau produksi tenaga nuklir
merupakan beberapa contoh hasil perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk menciptakan tatanan manusia yang lebih baik dan beradab, Ketidakmanusiaan merupakan pelanggaran terhadap etika seorang ilmuwan. Profesi dokter di Indonesia misalnya, terbatasi oleh etika-
aturan yang terakumulasi dalam etika profesi dokter. Tidak dibenarkan, misalnya, seorang dokter yang sedang melakukan penelitian virus HN51 menyebarkannya ke lingkungan masyarakat sekitar untuk mencari obat penawarnya.
Definisi Ilmu Pengetahuan
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli diantaranya adalah :
Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam
satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang
disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika …. maka “.
Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik
maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common
sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka.
Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan pengetahuan. Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya kumpulan ilmu adalah pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material dan objek formal. Setiap bidang ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat harus memenuhi ke dua objek tersebut.
Objek material adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand), sesuatu hal yang diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari. Objek material mencakup hal konkrit misalnya manusia,tumbuhan, batu ataupun hal-hal yang abstrak seperti ide-ide, nilai-nilai, dan
kerohanian. Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal dari suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang yang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda.
Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu system mengenai hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental.
Definisi Agama
Agama pada umumnya dipahami sebagai :
1.
2. Satu system credo ( tata keimanan atau tata keyakinan ) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia.
3. Satu system siyus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu. 4. Satu system norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan
alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud diatas.
Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti : hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan, dan pembalasan. Kesemuanya itu memberikan gambaran bahwa addiin´ merupakan pengabdian dan penyerahan, mutlak dari seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai manifestasi ketaatan tersebut (Moh. Syafaat, 1965).
Menurut M. Natsir agama merupakan suatu kepercayaan dan cara hidup yang mengandung faktor- faktor antara lain :
a. Percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai-nilai hidup.
b. Percaya kepada wahyu Tuhan yang disampaikan kepada rosulnya.
c. Percaya dengan adanya hubungan antara Tuhan dengan manusia.
d. Percaya dengan hubungan ini dapat mempengaruhi hidupnya sehari-hari.
e. Percaya bahwa dengan matinya seseorang, hidup rohnya tidak berakhir.
f. Percaya dengan ibadat sebagai cara mengadakan hubungan dengan Tuhan.
g. Percaya kepada keridhoan Tuhan sebagai tujuan hidup di dunia ini.
Sementara agama islam dapat diartikan sebagai wahyu Allah yang diturunkan melalui paraRosul- Nya sebagai pedoman hidup manusia di dunia yang berisi Peraturan perintah dan larangan agar manusia memperoleh kebahagaian di dunia ini dan di akhirat kelak.
Konsepsi Agama Dalam Al-Qur’an Surat Al-Bakoroh 208, Allah berfirman :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu kedalam islam secara utuh, keseluruhan(jangan sebagian-sebagaian) dan jangan kamu mengikuti langkah setan, sesunggungnya setan itu musuh yang nyata bagimu.
Kekaffahan beragama itu telah di contohkan oleh Rosulullah sebagai uswah hasanah bagi umat islam dalam berbagai aktifitas kehidupannya, dari mulai masalah-masalah sederhana (seperti adab masuk WC) samapi kepada masalah-masalah komplek (mengurus Negara).
Ilmu dan moral
Perkembangan ilmu tidak pernah terlepas dari ketersinggungannya dengan berbagai masalah moral. Baik atau buruknya ilmu, sangat dipengaruhi oleh kebaikan atau keburukan moral para penggunanya. Peledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat, merupakan sebuah contoh penyalahgunaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah maju pada zamannya. Pada dasarnya masalah moral, tidak bisa dilepaskan dari tekad manusia untuk menemukan dan mempertahankan kebenaran. Moral sangat berkaitan dengan nilai-nilai, serta cara terhadap suatu hal.
Pada awal masa perkembangannya, ilmu seringkali berbenturan dengan nilai moral yang diyakini oleh masyarakat. Oleh karena itu, sangat banyak ilmuwan atau ahli filsafat yang dianggap gila atau bahkan dihukum mati oleh penguasa pada saat itu. Nicholas Copernicus, Socrates, John Huss, dan Gallileo Gallilei adalah beberapa contohnya. Selain itu ada pula beberapa kejadian dimana ilmu harus didasarkan pada nilai moral yang berlaku pada saat itu, walaupun hal tersebut bersumber dari pernyataan-pernyataan di luar bidang keilmuan
(misalnya agama).
Karena berbagai sebab diatas, maka para ilmuwan berusaha untuk mendapatkan otono- mi dalam mengembangkan ilmu yang sesuai dengan kenyataan. Setelah pertarungan i-deologis selama kurun waktu 250 tahun, akhirnya para ilmuwan mendapatkan kebebas-an dalam mengembangkan ilmu tanpa dipengaruhi berbagai hal yang bersifat dogmatik.
Kebebasan tadi menyebabkan para ilmuwan mulai berani mengembangkan ilmu secara luas. Pada akhirnya muncullah berbagai konsep ilmiah yang di-kongkretkan dalam ben-tuk teknik. Yang dimaksud teknik disini adalah penerapan ilmu dalam berbagai peme-cahan masalah. Yang menjadi tujuan ialah bukan saja untuk mempelajari dan mema-hami berbagai faktor yang berkaitan dengan masalah-masalah manusia, tetapi juga untuk mengontrol dan mengarahkannya. Hal ini menandai berakhirnya babak awal ketersinggungan ilmu dengan moral.
Pada masa selanjutnya, ilmu kembali dikaitkan dengan masalah moral yang berbeda. Yaitu berkaitan dengan penggunaan pengetahuan ilmiah. Maksudnya terdapat beberapa peng- gunaan
teknologi yang justru merusak kehidupan manusia itu sendiri. Dalam menghadapi masalah ini, para ilmuwan terbagi menjadi dua pandangan.
Kelompok pertama memandang bahwa ilmu harus bersifat netral dan terbebas dari ber- bagai masalah yang dihadapi pengguna. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah meneliti dan menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain akan menggunakan pengetahuan tersebut atau tidak, atau digunakan untuk tujuan yang baik atau tidak.
Kelompok lainnya memandang bahwa netralitas ilmu hanya pada proses penemuan ilmu saja, dan tidak pada hal penggunaannya. Bahkan pada pemilihan bahan penelitian, seorang ilmuwan harus berlandaskan pada nilai-nilai moral. Kelompok ini mendasarkan pemandangannya pada beberapa hal, yakni:
1. Sejarah telah membuktikan bahwa ilmu dapat digunakan sebagai alat penghancur