• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asal-Usul dan Perkembangan Industri Rotan di Desa Trangsan 1.Asal-usul Industri Rotan di Desa Trangsan

HASIL PENELITIAN

B. Asal-Usul dan Perkembangan Industri Rotan di Desa Trangsan 1.Asal-usul Industri Rotan di Desa Trangsan

Pada tahun 1940 masyarakat Desa Trangsan pada umumnya bermata pencaharian di bidang pertanian. Hasil pertanian dijual ke Solo tepatnya di daerah Solo bagian barat (Jongke ), dilakukan dengan berjalan kaki melewati rumah seorang Tionghoa yang berprofesi sebagai pengrajin rotan yang membuat anyaman dengan berbagai model. Salah satu penduduk Trangsan bernama Wiro sering melintas di depan rumah Tionghoa tersebut merasa tertarik dan pada akhirnya bekerja pada orang tersebut sebagai pengrajin rotan. Pengalaman yang diperoleh selama bekerja menimbulkan ide untuk membuat produk sendiri dengan menggunakan bahan baku limbah yang diperoleh dari tempat bekerjanya (wawancara dengan Sajiman, Kepala Desa Trangsan, 29 November 2010).

Usaha yang dirintis oleh Wiro mendorong masyarakat luas di desa Trangsan untuk mengikuti jejak menjadi pengrajin rotan. Produk yang dihasilkan beraneka ragam antara lain pakaian bayi, kursi malas, bandulan bayi, boncengan sepeda dan sebagainya. Pemasaran produk rotan ini di wilayah Solo Ngawi, Madiun, Ponorogo dan Tuban. Bupati Tuban mendapat informasi mengenai kerajinan rotan di Desa Trangsan sehingga menjadi titik awal Desa Trangsan terkenal menjadi sentra industri rotan. Kemudian hal itu ditindak lanjuti oleh bupati Tuban dengan membuat surat kepada sinuwun raja Surakarta Hadiningrat Pakobuwono VI agar berkenan meninjau sentra industri rotan di desa Trangsan. Pakobuwono VI akhirnya mengirimkan surat kepada demang/lurah desa Trangsan bernama Wongso Laksono agar mengumpulkan para pengrajin untuk diberi penghargaan.

commit to user

Dengan penghargaan yang diberikan oleh Pakubuwono VI membuat pengrajin Desa Trangsan semakin semangat untuk memproduksi barang kerajinan yang berkualitas. Keadaan kerajinan pada waktu itu cukup bagus karena barang kerajinan dari Desa Trangsan semakin dikenal banyak masyarakat. Secara tidak langsung dengan penghargaan yang diberikan Pakubuwono VI menyebabkan masyarakat sekitar Desa Trangsan maupun luar Desa Trangsan semakin percaya akan kualitas kerajinan Desa Trangsan. Meskipun pemasaran kerajinan rotan itu masih di wilayah lokal.

Pada tahun1968 usaha kerajinan rotan di desa Trangsan mengalami kemerosotan karena muncul persaingan berupa kerajinan plastik. Untuk mengatasi ini Departemen Perindustrian Kabupaten Sukoharjo pada tahun 1979 melakukan pembinaan dengan mengirimkan beberapa pengrajin rotan mengikuti studi banding ke Cirebon. Pada tahun 1986 Papeda Propinsi Jawa Tengah memberikan pendidikan dan pelatihan dengan mendatangkan Expert dari Filipina dalam bidang tehnik pembuatan produk berkualitas ekspor. Pendidikan dan pelatihan ini memberikan dampak positif bagi sentra industri rotan Trangsan, karena sampai saat ini Trangsan tetap eksis menjadi sentra industri rotan dengan produk berkualitas ekspor (wawancara dengan Sarjito,pengusaha rotan, 2 Desember 2010).

2.Perkembangan Industri Rotan Di Desa Trangsan

Perkembangan berbagai industri rotan yang ada telah dikenal sejak lama dan merupakan industri yang cukup potensial untuk dikembangkan. Pada tahun 1979 pada saat pemerintah melakukan pembinaan kepada pengrajin rotan. Kelompok ini mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak sampai di pedesaan bahkan sampai keluar daerah Trangsan misalnya sampai mendatangkan tenaga kerja dari Jepara, Gunung Kidul, Klaten dan Wonogiri. Hal itu disebabkan karena semakin banyaknya permintaan dari konsumen sehingga penduduk Trangsan tidak mampu untuk mengerjakan sendiri. Pada mulanya konsumen menyesuaikan kebutuhannya dengan produk yang dihasilkan produsen, akan

commit to user

tetapi sejalan dengan perkembangan selera pasar dan persaingan dengan produk sejenis, mensyaratkan mutu produksi tertentu yang harus dipenuhi produsen.

Rotan merupakan hasil hutan non kayu yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi dan dapat digunakan hampir di semua segi kehidupan manusia. Rotan yang nama latinnya Calamus sp itu termasuk suku Nibung – nibungan (bangsa Palmae). Rotan adalah jenis palm yang merambat dan panjangnya sampai 100 meter. Batang ini beruas banyak, kulitnya licin, dan berkilap. Sifat rotan ialah pegas, elastis, dan kuat.

Pada masa lalu, rotan hanya digunakan sebagai tali pengikat dan bahan pembuat pemancing ikan, tetapi pada masa sekarang rotan sudah dapat dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan keperluan. Rotan tidak hanya dapat dimanfaatkan batangnya saja bahkan akar, buah dan daunnya juga dapat dipergunakan.

Rotan memiliki berbagai keunikan, antara lain panjang batang dapat mencapai 100 m walaupun diameternya hanya sebesar ibu jari tangan atau ibu jari kaki. Dari segi bentuknya, tanaman rotan memang tidak menarik karena sebagian besar terbalut pelepah yang berduri tajam. Batang rotan juga memilki keuletan dan kekenyalan yang luar biasa. Karena keuletan dan kekenyalannya itulah batang rotan dapat dibuat bermacam – macam perabotan rumah tangga atau hiasan – hiasan lainnya. Misalnya mebel, kursi, rak, penyekat ruangan, keranjang, tempat tidur, lemari, sofa, baki, pot bunga, dan sebagainya. Selain itu batang rotan juga dapat digunakan untuk pembuatan barang – barang anyaman, untuk dekorasi, tas tangan, kipas, bola takraw, karpet, dan sebagainya.

Oleh karena keunggulan produk rotan memegang peranan yang penting, lebih-lebih di kabupaten Sukoharjo, yang merupakan daerah yang potensial dalam mengembangkan industri rotan terutama perusahaan yang ada di desa Trangsan Kecamatan Gatak masih bisa dikembangkan. Disamping itu juga perlu adanya tambahan pengetahuan dan ketrampilan para tenaga kerja yang diharapkan dapat meningkatkan produksi dengan baik. Para pengusaha industri rotan akan berusaha mengembangkan usaha tersebut dengan memenuhi permintaan konsumen atau

commit to user

pasar yang cenderung meningkat dan menghendaki kualitas atau mutu yang baik (wawancara dengan bapak Sarjito,pengusaha rotan, 2 Desember 2010).

Desa Trangsan mempunyai 247 industri kerajinan rotan yang terdiri dari 5 perusahaan besar, 32 perusahaan sedang, dan 210 perusahaan kecil. Penggolongan tersebut berdasarkan jumlah besar modal yang dikeluarkan pengrajin, jumlah barang yang dihasilkan perbulan, dan wilayah pemasarannya.

Tabel 4 : tabel penggolongan industri rotan Desa Trangsan Jenis

Perusahaan

Modal Produk Wilayah

Pemasaran

jumlah

Besar 1-5 milyar Kursi rotan, meja

kursi rotan, bola takrow, alamari, kursi malas Lokal dan ekspor 4 – 6 container Sedang 500 juta – 1 milyar

Almari rotan Kursi rotan, meja kursi rotan, kursi malas

Lokal dan ekspor 1 – 3 container Kecil 100 – 500 juta Parsel,bandulan bayi, bola takrow, sketesel,tempat tisu, hiasan dinding

Lokal 50-200 pcs

(Sumber : Data Monografi Statistik Desa Trangsan, data usaha industri Desa Trangsan tahun 2010)

C. Proses produksi dan Pemasaran Hasil Industri Rotan di Desa

Dokumen terkait