• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asas-asas dalam Pembuatan Akta Autentik oleh Notaris

BAB III KEWAJIBAN NOTARIS YANG MENJAMIN HAK PARA

A. Asas-asas Pelaksanaan Tugas dan Kewajiban Notaris

1. Asas-asas dalam Pembuatan Akta Autentik oleh Notaris

Asas-asas hukum yang menjustifikasi kedalam norma-norma hukum di dalamnya terkandung nilai-nilai ideologis tertib hukum. Pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Undang-Undang Jabatan Notaris mengandung asas-asas atau prinsip-prinsip didalamnya sekaligus sebagai jiwa dari pada Undang-Undang Jabatan Notaris itu sendiri, artinya jika asas-asas atau prinsip-prinsip itu tidak dijalankan oleh notaris sebagai pihak yang berwenang melaksanakan tugas dan kewajiban dalam pembuatan akta autentik, maka Undang-Undang Jabatan Notaris tersebut tidak berfungsi sama sekali.145

Asas-asas yang terkandung di dalam Undang-Undang Jabatan Notaris antara lain adalah asas kepastian hukum, asas persamaan, asas kepercayaan, asas kehati-hatian, dan asas profesionalitas. Sebagai notaris yang baik, asas-asas ini tidak dikesampingkan atau dilepaskan dari pelaksanaan tugas dan kewajiban notaris. Notaris yang baik dimaksud adalah notaris yang menjalankan tugas dan kewajiban berdasarkan

145Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, h. 82.

ketentuan Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Profesi Notaris.146

a. Asas Kepastian

Asas kepastian hukum terdapat pada bagian konsideran Undang-Undang Jabatan Notaris yang menentukan bahwa: “Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum, yang berintikan kebenaran dan keadilan”. Selanjutnya untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum dibutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat autentik mengenai keadaan, peristiwa, atau perbuatan hukum yang diselenggarakan melalui jabatan tertentu”. Asas ini disebutkan bahwa “notaris merupakan jabatan tertentu yang menjalankan profesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat, perlu mendapatkan perlindungan dan jaminan demi tercapainya kepastian hukum”.147

Kepastian hukum sebagai jaminan akan perlindungan hukum bagi para pihak. Pelaksanaan jabatan notaris sebagai pejabat publik yang berwenang membuat akta autentik guna menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum, yang berintikan kebenaran dan keadilan yang memerlukan suatu alat bukti tertulis yang bersifat autentik mengenai keadaan, peristiwa, atau perbuatan hukum yang diselenggarakan melalui

146Ibid.

147Konsideran huruf a, b, dan c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan

jabatan tertentu. Bertindak berdasarkan aturan hukum yang berlaku tentunya akan memberikan kepastian kepada para pihak yang menghadap kepada notaris. Akta autentik yang dibuat di hadapan atau oleh notaris telah sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, sehingga jika terjadi permasalahan, maka akta autentik dapat dijadikan sebagai pedoman bagi para pihak.148

Legalitas kewenangan notaris sebagai pejabat publik dalam membuat akta autentik merupakan salah satu cara memberikan kepastian hukum kepada masyarakat ketika masyarakat membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat autentik. Jasa notaris dalam proses pembangunan dan proses hukum di pengadilan merupakan kebutuhan hukum masyarakat yang mendesak, karena akta autentik yang dibuat notaris adalah bukti sempurna di sidang pengadilan.149

b. Asas Persamaan

Asas persamaan mengharuskan adanya perlakuan yang sama terhadap semua pihak yang terlibat di dalam pembuatan akta autentik khususnya kepada para pihak, notaris tidak boleh membeda-bedakan antara satu sama lainnya. Asas persamaan dihadapan hukum tidak disebutkan secara tegas di dalam Undang-Undang Jabatan Notaris, akan tetapi dapat dipahami bahwa setiap pelayanan hukum yang diberikan oleh Pejabat

148Putri A.R, Perlindungan Hukum Terhadap Notaris, Indikator Tugas-Tugas Jabatan Notaris yang Berimplikasi Perbuatan Pidana, Sofmedia, Jakarta, 2011, h. 23.

149Ibid.

umum tidak dibenarkan membeda-bedakan (tidak berpihak) pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan. Larangan tidak berpihak terdapat di dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Jabatan Notaris mengenai sumpah pada alinea ke-2, Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-Undang Jabatan Notaris, Penjelasan Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris, Penjelasan Pasal 16 ayat (1) huruf e Undang-Undang Jabatan Notaris.

Sedangkan larangan tidak berpihak terdapat di dalam Kode Etik Notaris yaitu pada Pasal 3 ayat (4) Kode Etik Notaris. Sikap tidak berpihak ini mengandung aspek asas persamaan wajib dilaksanakan oleh setiap notaris.150

c. Asas Kepercayaan

Jabatan notaris merupakan jabatan kepercayaan yang harus selaras dengan kewajiban menjalankan tugas jabatan notaris dan posisi notaris itu sendiri sebagai orang yang dapat dipercaya. Pentingnya profesionalisme notaris karena posisi notaris dalam hal ini sebagai pemegang amanah (trustee), maka harus berperilaku sebagaimana layaknya pemegang kepercayaan. Notaris sebagai jabatan kepercayaan wajib menyimpan rahasia mengenai akta autentik yang dibuatnya, merahasiakan keterangan atau pernyataan-pernyataan para pihak yang diperoleh dalam pembuatan akta autentik tersebut, kecuali undang-undang memerintahkannya untuk

150Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

membuka rahasia tersebut dan memberikannya keterangan atau penjelasan kepada pihak berwajib yang memintanya.151

Asas kepercayaan terkandung dalam sumpah jabatan notaris, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Jabatan Notaris, menentukan ”bahwa saya bersumpah/berjanji saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan saya”. Kepercayaan berarti menghendaki saling percaya dengan konsekwensi tidak saling membuka rahasia yang dalam hal ini sebagai pemegang rahasia klien adalah notaris, maka notaris yang wajib merahasiakan muatan dalam akta autentik yang dibuatnya.152

d. Asas Kehati-hatian

Asas kehati-hatian dapat disandingkan dengan asas kepercayaan, sebab asas kehati-hatian dilaksanakan sehubungan dengan adanya orang percaya kepada orang lain. Prinsip kehati-hatian dikenal juga dalam dimensi hukum perusahaan bahwa direktur menjamin telah melakukan hal-hal yang sesuai dengan standard dan prosedur sebelum mengambil sebuah keputusan bisnis. Tindakan tersebut harus sesuai dan konsisten dengan aktivitas due diligence yang dibutuhkan agar terhindar dari pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan. Hal ini penting agar mereka

151Habib Adjie, Op.cit, h. 32.

152Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

mempunyai landasan hukum yang kuat dalam bertindak sesuai dengan undang-undang.153

Asas kehati-hatian ini menghendaki seseorang dalam melaksanakan tugas, kewajiban, dan wewenang yang dinyatakan oleh hukum berdasarkan ketelitian dan mewajibkan bertindak seksama. Ternyata dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-Undang Jabatan Notaris, ditemukan asas ini sebagai penafsiran dari bertindak seksama.

Selengkapnya ditentukan dalam pasal tersebut, yaitu: ”dalam menjalankan jabatannya, notaris berkewajiban bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum”. Bertindak seksama menjadi tumpuan asas kehati-hatian yang dimaksudkan di sini sama dengan kecermatan. Pelaksanaan asas kehati-hatian atau asas kecermatan ini merupakan asas yang wajib dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-Undang Jabatan Notaris.154 Asas kecermatan bagi Notaris dalam pembuatan akta, diwajibkan:

1) Mengenali para penghadap berdasarkan identitas yang diperlihatkan kepada notaris.

2) Menanyakan, kemudian mendengarkan dan mencermati keinginan atau kehendak para penghadap.

3) Memeriksa bukti surat yang berkaitan dengan keinginan atau kehendak para penghadap.

4) Memberikan saran dan membuat kerangka akta untuk memenuhi keinginan atau kehendak para penghadap.

5) Memenuhi segala teknik administratif pembuatan akta notaris, seperti: pembacaan, penandatanganan, memberikan salinan, dan pemberkasan untuk minuta.

153Bismar Nasution, Memaknai Kebijakan dalam Perspektif Hukum Ekonomi, Jurnal Hukum Samudra Keadilan, Vol. 10 No. 1, Juni 2015, h. 5.

154

6) Melakukan kewajiban lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan notaris.155

Pelaksanaan asas kehati-hatian atau asas kecermatan, notaris wajib mempertimbangkan, melihat, memeriksa, semua dokumen yang diperlihatkan para penghadap kepadanya sebelum membuat akta autentik yang diperlukan para penghadap. Termasuk meneliti semua bukti yang ada, mendengarkan keterangan, dan pernyataan para penghadap. Keputusan yang diberikan notaris harus didasarkan pada argumentasi yuridis ketika menjelaskan prosedural kepada para penghadap, termasuk menjelaskan masalah-masalah hukum yang timbul di kemudian hari. Pelaksanaan asas kehati-hatian selain kewajiban notaris merupakan satu diantara cara pemberian perlindungan tidak langsung diberikan oleh notaris kepada para pihak atau para penghadap untuk mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian hari baik risiko bagi para pihak maupun bagi notaris itu sendiri, baik risiko kerugian materil maupun risiko immateril dan risiko hukum.156

e. Asas Profesionalitas

Pengertian profesi adalah bidang pekerjaan dengan keahlian khusus dan dilandasai pendidikan keahlian, keterampilan, dan kejujuran. Notaris merupakan jabatan yang menjalankan profesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat khususnya dalam pembuatan akta autentik. Berdasarkan

155 Ibid.

156Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Refika Adiitama, Bandung, 2008, h. 87.

Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris, maka notaris merupakan satu di antara profesi hukum yang lain.157

Profesionalisme menghendaki bagi notaris harus peka, tanggap, mempunyai ketajaman berfikir, dan mampu memberikan analisis yang tepat terhadap setiap peristiwa hukum dan sosial yang muncul sehingga dengan begitu akan menumbuhkan sikap keberanian dalam mengambil tindakan yang tepat. Keberanian yang dimaksud di sini adalah keberanian untuk melakukan perbuatan hukum yang benar sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku di samping itu notaris dapat menolak dengan tegas pembuatan akta yang bertentangan dengan hukum, moral, etika, dan kepentingan umum.158

B. Pengaturan Kewajiban Notaris dalam Undang-Undang Jabatan