BAB II TINJAUAN PUSTAKA
D. Hipotesis
“Diduga, bahwa perlakuan aset tetap pada PT Mulia Industrindo Tbk telah menggunakan PSAK 16 berbasis IFRS”.
PENYAJIAN ASET TETAP
Perolehan Aset tetap
Penyusutan Aset tetap
Penghapusan Aset tetap
Penyajian Aset tetap dalam LK PERLAKUAN AKUNTANSI PSAK 16
Berbasis IFRS PT MULIA INDUSTRINDO
Tbk
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam membantu penulisan ini, maka penulis memilih PT Mulia Industrindo Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX) yang beralamat di A.P Pettarani No. 18 Makassar. Sedangkan jangka waktu penelitian dilaksanakan kurang lebih dua bulan yaitu Juli sampai Agustus 2015.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, dengan tahapan sebagai berikut :
1. Penelitian pustaka (Library Research)
Penelitian dimaksudkan untuk mengumpulkan data melalui penelaan terhadap buku-buku literatur yang berhubungan dengan topik dan masalah yang diteliti.
2. Penelitian lapangan (Field Research)
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan kunjungan langsung pada objek penelitian. Untuk mendapatkan data lapangan ini, digunakan tehnik :
a. Wawancara yaitu tanya jawab atau wawancara yang dilakukan penulis dengan pihak atau staff yang terkait langsung pada PT Mulia
32
Industrindo Tbk yang diteliti. Dari hasil wawancara tersebut penulis memperoleh data yang diperlukan.
b. Dokumentasi yaitu pengumpulan data sebanyak mungkin yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti.
C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data
a. Data kualitatif, yaitu data dari perusahaan dalam bentuk informasi baik lisan maupun tulisan seperti sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi perusahaan yang disertai uraian tugasnya.
b. Data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka seperti besarnya nilai aset tetap yang diakui oleh perusahaan, serta data-data lain yang dibutuhkan dalam rangka penulisan
2. Sumber Data
a. Data primer, yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung di lapangan oleh seseorang atau kelompok yang melakukan penelitian.
b. Data sekunder, yaitu merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari tempat dilaksanakannya penelitian tersebut.
D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan untuk memecahkan rumusan masalah
adalah metode deskriptif yaitu menggambarkan secara deskriptif penyajian
asset tetap berdasarkan PSAK 16 berbasis IFRS pada PT Mulia Industrindo
Tbk.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat PT Mulia Industrindo Tbk
PT. Mulia Industrindo Tbk (Perusahaan), didirikan berdasarkan akta No. 15 tangga l5 Nopember 1986 dari Liliani Handajawati Tamzil S.H., notaris di Jakarta, kemudian diubah dengan akta No. 7 tanggal 6 Mei 1987 dari notaris yang sama. Anggaran dasar serta perubahannya telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-3936.HT.01.01.TH.87 tanggal 25 Mei 1987 dan diumumkann dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 40 tanggal 18 Mei 1990.
Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 95 tanggal 25 Juni 2008 dari Fathiah Helmi S.H., notaris di Jakarta, sehubungan dengan penyesuaian terhadap Undang-Undang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas. Akta perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusannya No. AHU-83795.AH.01.02.tahun 2008 tanggal 11 Nopember 2008. Perusahaan berdomisili di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Kantor pusat grup Perusahaan beralamat di Wisma Mulia Lt. 53, Jl. Gatot Subroto No. 42 Kuningan Barat Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi perdagangan atas hasil produksi anak perusahaan. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun
34
1990. Jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan rata-rata 6.804 karyawan tahun 2013 dan 6.541 karyawan tahun 2012. Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha (grup) Mulia. Susunan pengurus Perusahaan pada tanggal 30 September 2013 adalah sebagai berikut:
Komisaris Utama : Toni Surjanto Komisaris : Tjahja Sathiadi
Mansyur Ismail (merangkap sebagai komisaris Independen)
Direktur Utama : Eka Tjandranegara
Direktur : Hendra Herjadi Widjonarko Rudi Djaja
Ekson Tjandranegara Henry Bun
Medriyani Cendra Komite Audit : Mansyur Ismail Anggota : Karnanto
Lie Gwat Lian
PT Mulia Industrindo Tbk memiliki beberapa anak perusahaan yaitu PT
Muliakeramik Indahraya yang berdomisili di Cikarang dan bergerak di bidang
industri keramik lantai dan dinding, PT Muliaglass yang berdomisili di
Cikarang dan bergerak di bidang industri kaca lembaran, botol, stoples dan
gelas blok, Muliakeramik Finance Limited yang berdomisili di Mauritius dan
bergerak dibidang pembiayaan, Muliaglass Finance Limited yang berdomisili
di Mauritius dan bergerak di bidang pembiayaan, Mulia Industrindo Finance B.V. yang berdomisili di Belanda dan bergerak di bidang pembiayaan, dan Muliaglass Finance B.V. yang berdomisili di Belanda dan bergerak di bidang pembiayaan.
B. Visi dan Misi Perusahaan
a. Adapun visi perseroan dan anak perusahaan adalah:
1)
Untuk menjadi produsen kaca yang terpercaya di dunia
2)Untuk menjadi produsen keramik yang terkemuka di dunia
b. Adapun misi perseroan dan anak perusahaan berdasarkan kegiatan usaha yaitu:
1) Muliaglass
a) Memproduksi produk-produk kaca dengan biaya seminimal mungkin.
b) Perseroan akan meningkatkan pelayanannya kepada para pelanggan secara berkesinambungan.
c) Perseroan akan terus meningkatkan kualitas dan kemampuannya dalam memproduksi produk-produknya.
2) Muliakeramik
a) Menjadi salah satu pabrik keramik terbesar ketiga di Asia dan terbesar di Indonesia.
b) Menawarkan kepada pelanggan berbagai produk keramik dengan
kualitas yang prima dan harga dapat terjangkau oleh masyarakat
luas.
c) Memberikan kontribusi terhadap pembangunan gedung-gedung dan perumahan secara nasional.
C. Struktur Organisasi PT Mulia Industrindo Tbk
Struktur organisasi pada perusuhaan sangatlah penting arti dan peranannya, karena kebaradaannya memberikan suatu gambaran tentang hierarki setiap unit kerja dalam perusahaan sehingga personil atau unit kerja akan lebih mudah memahami dan melaksanakan tugas serta tanggung jawabnya. Dalam struktur organisasi telah ditekankan tentang garis koordinasi dan tanggung jawab dari masing-masing personil atau unit kerja dengan tujuan untuk berbagai aktifitas perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Penyusunan struktur organisasi haruslah sesuai dengan operasional
perusahaan bahkan cenderung menggambarkan ruang lingkup kegiatan usaha
pada umumnya. Struktur organisasi merupakan susunan bagian atau unit kerja
dalam sebuah organisasi yang mencerminkan tugas-tugas yang diemban
masing-masing personil. Struktur organisasi cukup penting dalam mendukung
kelancaran aktifitas sebuah organisasi, karena semua pihak sudah ditentukan
tugas dan tanggung jawabnya, sehingga tidak terjadi over lapping. Adapun
gambar dari struktur organisasi PT Mulia Industrindo Tbk sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI PT MULIA INDUSTRINDO TBK
Sumber : PT Mulia Industrindo Tbk, 2014
Gambar 2. Struktur Organisasi PT Mulia Industrindo Tbk.
Sales
D. Uraian Tugas
1. Board of Commissioners (Dewan Komisaris)
a. Uraian tugas-tugas Dewan Komisaris Perseroan sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar Perseroan sebagai berikut:
1)
Dewan Komisaris ditugaskan untuk mengawasi pengurusan Perseroan yang dilakukan oleh Direksi dan memberikan nasehat kepada Direksi.
2)
Dewan Komisaris berhak memasuki gedung-gedung, kantor-kantor dan halaman-halaman yang dipergunakan oleh Perseroan selama jam-jam kantor dan berhak untuk memeriksa buku-buku dan dokumen-dokumen serta kekayaan Perseroan.
b. Gaji dan tunjangan lain dari anggota Komisaris ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
c. Rapat Komisaris dapat diadakan sekurang-kurangnya setahun sekali kecuali apabila dianggap perlu oleh Komisaris Utama atau setidaknya oleh 2 (dua) orang Komisaris atau atas permintaan tertulis seorang atau lebih anggota Direksi atau atas permintaan 1 (satu) pemegang saham atau lebih bersama-sama memiliki 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham yang telah ditempatkan oleh Perseroan dengan hak suara yang sah.
2. Board of Directors (Dewan Direksi)
a. Uraian tugas-tugas Direksi Perseroan sebagaimana yang tercantum
dalam Anggaran Dasar Perseroan adalah sebagai berikut:
1) Setiap anggota Direksi bertanggung-jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan Perseroan dalam mencapai maksud dan tujuannya.
2) Setiap anggota Direksi menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Jenis penghasilan setiap anggota Direksi ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan wewenang tersebut oleh Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilimpahkan kepada Komisaris.
c. Rapat Direksi dapat diadakan pada setiap waktu apabila dianggap perlu oleh Direkstur utama atau seorang Direksi lainnya atau atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih anggota Komisaris atau atas permintaan tertulis 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang bersama mewakili 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham yang telah ditempatkan oleh Perseroan dengan hak suara yang sah.
3. Audit Committee (Komite Audit)
a. Adapun uraian tugas dan tanggungjawab Komite Audit adalah sebagai berikut:
1) Bertanggungjawab kepada Dewan Komisaris, Komite Audit
yang diketuai oleh Komisaris Independen sepanjang tahun
secara periodik melakukan telaah dan analisis terhadap
kegiatan dan temuan-temuan audit internal Perseroan.
2) Komite juga menelaah dan ikut serta dalam penyiapan Laporan Keuangan pertengahan tahun serta pemasangan iklannya di media cetak sebagaimana ditentukan. Dalam hal penyiapan Laporan Keuangan Konsolidasi dan Anak Perusahaan serta Laporan Auditor Independen, Komite Audit dalam bulan Oktober dan November 2007 ikut dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan dengan Kantor Akuntan Publik Osman Ramli Satrio dan Rekan.
3)
Secara khusus, Komite Audit memperhatikan
masukan-masukan dari auditor internal mengenai hasil telaahan mereka
dalam hal konversi pemakaian bahan bakar minyak (BBM) ke
gas alam dalam usaha Perseroan untuk menurunkan biaya
produksi demi peningkatan kinerja scara keseluruhan.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kebijakan Akuntansi PT Mulia Industrindo Tbk
Perusahaan dan anak perusahaan melakukan perubahan kebijakan akuntansi atas tanah dan bangunan dan prasarana. Berdasarkan PSAK 16 revisi 2007, dalam mengukur aset tetap, dapat menggunakan model revaluasi (revaluation model) atau model biaya (cost model). Efektif 1 Januari 2010, Perusahaan dan anak perusahaan merubah pengukuran tanah dan bangunan dan prasarana dari model biaya ke model revaluasi. PSAK 16 revisi 2011 diterapkan per 1 Januari 2012.
Sejak tahun 2010 dan 2011 tanah, bangunan dan prasarana, mesin dan peralatan dicatat menurut hasil revaluasi aset, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal laporan posisi keuangan.
Kenaikan yang berasal dari revaluasi tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan tersebut langsung dikreditkan ke surplus revaluasi pada bagian ekuitas, kecuali sebelumnya penurunan revaluasi atas aset yang sama pernah diakui dalam laporan laba rugi konprehensif, dalam hal ini,
42
kenaikan revaluasi hingga sebesar penurunan nilai aset akibat revaluasi tersebut, dikreditkan dalam laporan laba rugi konprehensif.
Penurunan jumlah tercatat yang berasal dari revaluasi tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan dibebankan dalam laporan laba rugi konprehensif apabila penurunan tersebut melebihi saldo akun surplus revaluasi tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan yang berasal dari revaluasi sebelumnya, jika ada.
Tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan dicatat pada jumlah revaluasian berdasarkan review oleh manajemen dan didukung oleh penilai independen. Dalam menentukan nilai wajar, metode penilaian yang digunakan memerlukan estimasi tertentu, termasuk perbandingan dengan harga jual transaksi sejenis dari tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan.
Penyusutan atas nilai revaluasian bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan dibebankan ke laporan laba rugi konprehensif. Bila kemudian tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan yang telah direvaluasi dijual atau dihentikan penggunaannya, saldo surplus tersisa dipindahkan langsung ke saldo laba.
Pada tahun 2010 dan sebelumnya, bangunan dan prasarana serta mesin
dan peralatan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan, dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. Perubahan kebijakan
akuntansi dari model biaya ke model revaluasi dalam pengakuan tanah,
bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan diterapkan secara prospektif.
Penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sebagai berikut:
Tabel 5.1 Penyusutan aset tetap tahun 2009 – 2013 dengan menggunakan metode garis lurus
Aset Tetap / Tahun 2009 2010 2011 2012 2013
Bangunan dan Prasarana 20 6-12 6-12 4-10 5-20
Mesin dan Peralatan 15 15 3-15 2-14 5-15
Perlengkapan Gudang 15 15 15 15 15
Perlengkapan Teknik 5 5 5 5 5
Peralatan Kantor 5 5 5 5 5
Alat Pengangkutan 5 5 5 5 5
Tanah tidak disusutkan
- - - - -
Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan di-review setiap akhir tahun dari pengaruh setiap perubahan estimasi tersebut
berlaku prospektif.
Taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap yaitu masa manfaat setiap aset tetap grup ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan dari aset tersebut.
Sumber : Data diolah, 2014
Estimasi ini ditentukan berdasarkan evaluasi teknis internal dan pengalaman atas aset sejenis. Masa manfaat setiap aset di-review secara periodik dan disesuaikan apabila prakiraan berbeda dengan estimasi sebelumnya karena keausan, keusangan teknis dan komersial, hukum atau keterbatasan lainnya atas pemakaian aset. Namun terdapat kemungkinan bahwa hasil operasi dimasa mendatang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan atas jumlah serta periode pencatatan biaya yang diakibatkan karena perubahan faktor yang disebutkan diatas. Perubahan masa manfaat aset tetap dapat mempengaruhi jumlah biaya penyusutan yang diakui dan nilai tercatat aset tetap.
Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian pada saat terjadinya. Biaya-biaya lain yang terjadi selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti atau memperbaiki aset tetap yang dicatat sebagai biaya perolehan aset jika dan hanya jika besar kemungkinan mafaat ekonomis dimasa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas dan biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutannya.
Keuntungan atau kerugian dari penjualan aset tetap tersebut dibukukan dalam laporan laba rugi konsolidasian pada tahun yang bersangkutan.
Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan. Biaya
perolehan tersebut termasuk biaya pinjaman yang terjadi selama masa
pembangunan yang timbul dari utang yang digunakan untuk pembangunan
aset tersebut. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat selesai dan siap digunakan.
B. Aset Tetap PT Mulia Industrindo Tbk
Daftar Aset tetap, akumulasi penyusutan dan beban penyusutan pada PT Mulia Industrindo Tbk dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2 Aset Tetap Tahun 2009
NO NAMA ASET JUMLAH ASET
1 Tanah 137,076,045
2 Bangunan & Prasarana 282,258,871
3 Mesin & Peralatan 1,181,288,944
4 Perlengkapan Gudang 34,265,392
5 Perlengkapan Teknik & Lab 11,317,453
6 Peralatan Kantor 17,286,783
7 Alat Pengangkutan 10,378,394
8 Aset dalam Penyelesaian 1,572,122
Total Aset 1,675,444,004
Tabel 5.3 Aset Tetap Tahun 2010
NO NAMA ASET JUMLAH ASET
1 Tanah
1,168,724,890 2 Bangunan & Prasarana
782,432,015 3 Mesin & Peralatan
1,233,449,577 4 Perlengkapan Gudang
33,076,823 5 Perlengkapan Teknik & Lab
11,528,382 6 Peralatan Kantor
12,114,679 7 Alat Pengangkutan
7,550,188 8 Aset dalam Penyelesaian
37,054,538
Total Aset 3,285,931,092
Tabel 5.4 Aset Tetap Tahun 2011
NO NAMA ASET JUMLAH ASET
1 Tanah
2,003,778,750 2 Bangunan & Prasarana
796,282,893 3 Mesin & Peralatan
1,745,780,002 4 Perlengkapan Gudang
30,143,578 5 Perlengkapan Teknik & Lab
12,903,040 6 Peralatan Kantor
9,582,336 7 Alat Pengangkutan
11,036,685 8 Aset dalam Penyelesaian
59,367,971
Total Aset 4,668,875,255
Tabel 5.5 Aset Tetap Tahun 2012
NO NAMA ASET JUMLAH ASET
1 Tanah
2,411,839,500 2 Bangunan & Prasarana
736,207,823 3 Mesin & Peralatan
1,643,475,001 4 Perlengkapan Gudang
33,644,095 5 Perlengkapan Teknik & Lab
12,153,467 6 Peralatan Kantor
7,905,501 7 Alat Pengangkutan
8,589,974 8 Aset dalam Penyelesaian
216,466,109
Total Aset 5,070,281,470
Tabel 5.6 Aset Tetap Tahun 2013
NO NAMA ASET JUMLAH ASET
1 Tanah
2,733,418,100 2 Bangunan & Prasarana
720,281,314 3 Mesin & Peralatan
1,644,687,811 4 Perlengkapan Gudang
34,626,458 5 Perlengkapan Teknik & Lab
14,711,352 6 Peralatan Kantor
8,320,364 7 Alat Pengangkutan
6,898,107 8 Aset dalam Penyelesaian
393,295,848
Total Aset 5,556,239,354
1. Penilaian Aset Tetap
Penilaian aset tetap pada PT Mulia Industrindo Tbk pada tahun 2009 dan sebelumnya, yaitu tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan dinyatakan berdasarkan model biaya, dan pada tanggal 1 Januari 2010, yaitu tanah, bangunan dan prasarana serta tanggal 1 Januari 2011 mesin dan peralatan dinyatakan dengan model revaluasi dalam penilaian aset tersebut. Perubahan kebijakan akuntansi dari model biaya ke model revaluasi dalam pengakuan tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan diterapkan secara prospektif.
Tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan dicatat pada jumlah revaluasian berdasarkan review oleh manajemen dan didukung oleh penilai independen. Dalam menentukan nilai wajar, metode penilaian yang digunakan memerlukan estimasi tertentu, termasuk perbandingan dengan harga jual transaksi sejenis dari tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan. Adapun perubahan penilaian dari model biaya dengan model revaluasi dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 5.7 Perubahan Penilaian Model Biaya dengan Model Revaluasi atas Nilai
Tanah 137.076.045 1.023.643.880 1.160.719.925 8.004.965 1.168.724.890 Bangunandan Prasarana
662.719.530 527.695.138 1.190.414.668 43.490.228 1.235.982.994
Jumlah 799.795.575 1.551.339.018 2.351.134.593 51.495.193 2.404.707.884
Sumber : Data diolah, 2014
Dari tabel 5.7 diatas, pada tanggal 1 Januari 2010 PT Mulia Industrindo Tbk menerapkan model revaluasi untuk penilaian tanah serta bangunan dan prasarana. Jumlah tanah menjadi Rp 1.160.719.925.000 pada tanggal 1 Januari 2010 yang berasal dari kenaikan akibat revaluasi sebesar Rp 1.023.643.880.000 serta jumlah bangunan dan prasarana menjadi Rp 1.190.414.668.000 pada tanggal 1 Januari 2010 yang berasal dari kenaikan akibat revaluasi sebesar Rp 527.695.138.000.
Pada saat penyusunan laporan keuangan tanggal 31 Desember 2010, jumlah dari tanah serta bangunan dan prasarana kembali mengalami kenaikan karena adanya kenaikan revaluasi yang terjadi pada tahun 2010.
Jumlah tanah mengalami kenaikan revaluasi sebesar Rp 8.004.965.000 sehingga jumlah tanah pada tanggal 31 Desember menjadi sebesar Rp 1.168.724.890.000 serta jumlah bangunan dan prasarana mengalami kenaikan revaluasi sebesar Rp 43.490.228.000 sehingga jumlah bangunan dan prasarana menjadi Rp 1.235.982.994.000.
Tabel 5.8 Perubahan Penilaian Model Biaya dengan Model Revaluasi atas Nilai Mesin dan Peralatan 31 Desember 2011
(dalam ribuan rupiah)
Prasarana - - 1.190.414.668 86.365.166 1.325.935.617 Mesin dan
Peralatan 3.903.331.453 686.905.591 4.589.555.020 (24.922.979) 4.641.957.831 Jumlah 3.903.331.453 686.905.591 2.840.689.613 896.103.806 7.971.672.198
Sumber : Data diolah, 2014
Dari tabel 5.8 diatas, pada tanggal 1 Januari 2011, mesin dan peralatan dinilai menggunakan model revaluasi dalam penilaian aset tetap.
Jumlah mesin dan peralatan menjadi Rp 4.589.555.020.000 pada tanggal 1 Januari 2011 yang berasal dari kenaikan akibat revaluasi sebesar Rp 686.905.591.000. Pada saat penyusunan laporan keuangan tanggal 31 Desember 2011, jumlah dari mesin dan peralatan mengalami penurunan karena adanya penurunan nilai yang terjadi pada tahun 2011. Jumlah mesin dan peralatan mengalami penurunan nilai sebesar Rp (24.922.979.000) sehingga jumlah mesin dan peralatan pada tanggal 31 Desember 2011 menjadi sebesar Rp 4.641.957.831.000. Walaupun terlihat terjadi penambahan pada mesin dan peralatan itu bukan karena revaluasi tetapi kenaikan tersebut berdasarkan dengan adanya penambahan aset atas reklasifikasi sebesar Rp 54.931.804.000.
2. Perbandingan Antara Model Biaya dengan Model Revaluasi dalam Penilaian Aset Tetap
Perbandingan antara model biaya dengan model revaluasi dalam penilaian aset tetap akibat konvergensi IFRS atas PSAK 16 adalah sebagai berikut:
Tabel 5.9 Perbandingan antara Model Biaya Dengan Model Revaluasi Tahun 2009 dengan 2010
(dalam ribuan rupiah)
Aset Tetap Model Biaya
31 Desember 2009
Penyesuaian Model
Model Revaluasi 31 Desember 2010 Tanah 137.076.045 1.031.648.845 1.168.724.890 Bangunan dan
Prasarana 662.719.530 573.263.464 1.235.982.994
Jumlah 799.795.575 1.604.912.309 2.404.707.884
Sumber : Data diolah, 2014
Dari tabel 5.9 diatas, nilai aset tetap atas tanah dan bangunan dan prasarana dalam model biaya yaitu sebesar Rp 799.795.575.000 dan dalam model revaluasi yaitu sebesar Rp 2.404.707.884.000. Penerapan model revaluasi dalam penilaian aset tetap atas tanah dan bangunan dan prasarana meningkatkan nilai aset tetap sebesar Rp 1.604.912.309.000.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan kebijakan dari model biaya dengan model revaluasi dalam penilaian aset tetap atas tanah, bangunan dan prasarana meningkatkan nilai aset tetap tersebut.
Berdasarkan catatan atas laporan keuangan konsolidasi PT Mulia Industrindo Tbk bahwa apabila, tanah, bangunan dan prasarana, serta mesin dan peralatan diukur berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan penurunan nilai. Maka nilai tercatat tanah, bangunan dan prasarana, serta mesin dan peralatan pada tanggal 31 Desember 2010 sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut:
31 Desember
Apabila tanah, bangunan dan prasarana, serta mesin dan peralatan
diukur berdasarkan nilai wajar dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai
wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Tabel 5.10 Perbandingan antara Model Biaya Dengan Model Revaluasi Tahun 2010 dan 2011
(dalam ribuan rupiah)
Aset Tetap31 Desember 2010 31 Desember 2011
Model Biaya Model
Sumber : Data diolah, 2014
Tabel 5.11 Perbandingan antara Model Biaya Dengan Model Revaluasi Tahun 2012 dan 2013
(dalam ribuan rupiah)
Aset Tetap31 Desember 2012 31 Desember 2013
Model Biaya Model
Revaluasi Model Biaya Model
Revaluasi
Tanah 153.540.082 2.411.839.500 154.173.428 2.733.418.100
Bangunan dan
Prasarana 195.661.035 736.207.823 170.869.600 720.281.314
Mesin dan
Peralatan 1.015.175.472 1.643.475.001 982.277.644 1.644.687.811 Jumlah 1.364.376.589 4.791.522.324 1.307.320.672 5.098.387.225
Selisih 3.427.145.735 3.791.066.553