• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Uraian Tugas

1. Board of Commissioners (Dewan Komisaris)

a. Uraian tugas-tugas Dewan Komisaris Perseroan sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar Perseroan sebagai berikut:

1)

Dewan Komisaris ditugaskan untuk mengawasi pengurusan Perseroan yang dilakukan oleh Direksi dan memberikan nasehat kepada Direksi.

2)

Dewan Komisaris berhak memasuki gedung-gedung, kantor-kantor dan halaman-halaman yang dipergunakan oleh Perseroan selama jam-jam kantor dan berhak untuk memeriksa buku-buku dan dokumen-dokumen serta kekayaan Perseroan.

b. Gaji dan tunjangan lain dari anggota Komisaris ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

c. Rapat Komisaris dapat diadakan sekurang-kurangnya setahun sekali kecuali apabila dianggap perlu oleh Komisaris Utama atau setidaknya oleh 2 (dua) orang Komisaris atau atas permintaan tertulis seorang atau lebih anggota Direksi atau atas permintaan 1 (satu) pemegang saham atau lebih bersama-sama memiliki 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham yang telah ditempatkan oleh Perseroan dengan hak suara yang sah.

2. Board of Directors (Dewan Direksi)

a. Uraian tugas-tugas Direksi Perseroan sebagaimana yang tercantum

dalam Anggaran Dasar Perseroan adalah sebagai berikut:

1) Setiap anggota Direksi bertanggung-jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan Perseroan dalam mencapai maksud dan tujuannya.

2) Setiap anggota Direksi menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Jenis penghasilan setiap anggota Direksi ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan wewenang tersebut oleh Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilimpahkan kepada Komisaris.

c. Rapat Direksi dapat diadakan pada setiap waktu apabila dianggap perlu oleh Direkstur utama atau seorang Direksi lainnya atau atas permintaan tertulis dari seorang atau lebih anggota Komisaris atau atas permintaan tertulis 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang bersama mewakili 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham yang telah ditempatkan oleh Perseroan dengan hak suara yang sah.

3. Audit Committee (Komite Audit)

a. Adapun uraian tugas dan tanggungjawab Komite Audit adalah sebagai berikut:

1) Bertanggungjawab kepada Dewan Komisaris, Komite Audit

yang diketuai oleh Komisaris Independen sepanjang tahun

secara periodik melakukan telaah dan analisis terhadap

kegiatan dan temuan-temuan audit internal Perseroan.

2) Komite juga menelaah dan ikut serta dalam penyiapan Laporan Keuangan pertengahan tahun serta pemasangan iklannya di media cetak sebagaimana ditentukan. Dalam hal penyiapan Laporan Keuangan Konsolidasi dan Anak Perusahaan serta Laporan Auditor Independen, Komite Audit dalam bulan Oktober dan November 2007 ikut dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan dengan Kantor Akuntan Publik Osman Ramli Satrio dan Rekan.

3)

Secara khusus, Komite Audit memperhatikan

masukan-masukan dari auditor internal mengenai hasil telaahan mereka

dalam hal konversi pemakaian bahan bakar minyak (BBM) ke

gas alam dalam usaha Perseroan untuk menurunkan biaya

produksi demi peningkatan kinerja scara keseluruhan.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kebijakan Akuntansi PT Mulia Industrindo Tbk

Perusahaan dan anak perusahaan melakukan perubahan kebijakan akuntansi atas tanah dan bangunan dan prasarana. Berdasarkan PSAK 16 revisi 2007, dalam mengukur aset tetap, dapat menggunakan model revaluasi (revaluation model) atau model biaya (cost model). Efektif 1 Januari 2010, Perusahaan dan anak perusahaan merubah pengukuran tanah dan bangunan dan prasarana dari model biaya ke model revaluasi. PSAK 16 revisi 2011 diterapkan per 1 Januari 2012.

Sejak tahun 2010 dan 2011 tanah, bangunan dan prasarana, mesin dan peralatan dicatat menurut hasil revaluasi aset, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal laporan posisi keuangan.

Kenaikan yang berasal dari revaluasi tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan tersebut langsung dikreditkan ke surplus revaluasi pada bagian ekuitas, kecuali sebelumnya penurunan revaluasi atas aset yang sama pernah diakui dalam laporan laba rugi konprehensif, dalam hal ini,

42

kenaikan revaluasi hingga sebesar penurunan nilai aset akibat revaluasi tersebut, dikreditkan dalam laporan laba rugi konprehensif.

Penurunan jumlah tercatat yang berasal dari revaluasi tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan dibebankan dalam laporan laba rugi konprehensif apabila penurunan tersebut melebihi saldo akun surplus revaluasi tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan yang berasal dari revaluasi sebelumnya, jika ada.

Tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan dicatat pada jumlah revaluasian berdasarkan review oleh manajemen dan didukung oleh penilai independen. Dalam menentukan nilai wajar, metode penilaian yang digunakan memerlukan estimasi tertentu, termasuk perbandingan dengan harga jual transaksi sejenis dari tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan.

Penyusutan atas nilai revaluasian bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan dibebankan ke laporan laba rugi konprehensif. Bila kemudian tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan yang telah direvaluasi dijual atau dihentikan penggunaannya, saldo surplus tersisa dipindahkan langsung ke saldo laba.

Pada tahun 2010 dan sebelumnya, bangunan dan prasarana serta mesin

dan peralatan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan, dikurangi akumulasi

penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. Perubahan kebijakan

akuntansi dari model biaya ke model revaluasi dalam pengakuan tanah,

bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan diterapkan secara prospektif.

Penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sebagai berikut:

Tabel 5.1 Penyusutan aset tetap tahun 2009 – 2013 dengan menggunakan metode garis lurus

Aset Tetap / Tahun 2009 2010 2011 2012 2013

Bangunan dan Prasarana 20 6-12 6-12 4-10 5-20

Mesin dan Peralatan 15 15 3-15 2-14 5-15

Perlengkapan Gudang 15 15 15 15 15

Perlengkapan Teknik 5 5 5 5 5

Peralatan Kantor 5 5 5 5 5

Alat Pengangkutan 5 5 5 5 5

Tanah tidak disusutkan

- - - - -

Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan di-review setiap akhir tahun dari pengaruh setiap perubahan estimasi tersebut

berlaku prospektif.

Taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap yaitu masa manfaat setiap aset tetap grup ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan dari aset tersebut.

Sumber : Data diolah, 2014

Estimasi ini ditentukan berdasarkan evaluasi teknis internal dan pengalaman atas aset sejenis. Masa manfaat setiap aset di-review secara periodik dan disesuaikan apabila prakiraan berbeda dengan estimasi sebelumnya karena keausan, keusangan teknis dan komersial, hukum atau keterbatasan lainnya atas pemakaian aset. Namun terdapat kemungkinan bahwa hasil operasi dimasa mendatang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan atas jumlah serta periode pencatatan biaya yang diakibatkan karena perubahan faktor yang disebutkan diatas. Perubahan masa manfaat aset tetap dapat mempengaruhi jumlah biaya penyusutan yang diakui dan nilai tercatat aset tetap.

Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian pada saat terjadinya. Biaya-biaya lain yang terjadi selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti atau memperbaiki aset tetap yang dicatat sebagai biaya perolehan aset jika dan hanya jika besar kemungkinan mafaat ekonomis dimasa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas dan biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutannya.

Keuntungan atau kerugian dari penjualan aset tetap tersebut dibukukan dalam laporan laba rugi konsolidasian pada tahun yang bersangkutan.

Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan. Biaya

perolehan tersebut termasuk biaya pinjaman yang terjadi selama masa

pembangunan yang timbul dari utang yang digunakan untuk pembangunan

aset tersebut. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat selesai dan siap digunakan.

B. Aset Tetap PT Mulia Industrindo Tbk

Daftar Aset tetap, akumulasi penyusutan dan beban penyusutan pada PT Mulia Industrindo Tbk dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2 Aset Tetap Tahun 2009

NO NAMA ASET JUMLAH ASET

1 Tanah 137,076,045

2 Bangunan & Prasarana 282,258,871

3 Mesin & Peralatan 1,181,288,944

4 Perlengkapan Gudang 34,265,392

5 Perlengkapan Teknik & Lab 11,317,453

6 Peralatan Kantor 17,286,783

7 Alat Pengangkutan 10,378,394

8 Aset dalam Penyelesaian 1,572,122

Total Aset 1,675,444,004

Tabel 5.3 Aset Tetap Tahun 2010

NO NAMA ASET JUMLAH ASET

1 Tanah

1,168,724,890 2 Bangunan & Prasarana

782,432,015 3 Mesin & Peralatan

1,233,449,577 4 Perlengkapan Gudang

33,076,823 5 Perlengkapan Teknik & Lab

11,528,382 6 Peralatan Kantor

12,114,679 7 Alat Pengangkutan

7,550,188 8 Aset dalam Penyelesaian

37,054,538

Total Aset 3,285,931,092

Tabel 5.4 Aset Tetap Tahun 2011

NO NAMA ASET JUMLAH ASET

1 Tanah

2,003,778,750 2 Bangunan & Prasarana

796,282,893 3 Mesin & Peralatan

1,745,780,002 4 Perlengkapan Gudang

30,143,578 5 Perlengkapan Teknik & Lab

12,903,040 6 Peralatan Kantor

9,582,336 7 Alat Pengangkutan

11,036,685 8 Aset dalam Penyelesaian

59,367,971

Total Aset 4,668,875,255

Tabel 5.5 Aset Tetap Tahun 2012

NO NAMA ASET JUMLAH ASET

1 Tanah

2,411,839,500 2 Bangunan & Prasarana

736,207,823 3 Mesin & Peralatan

1,643,475,001 4 Perlengkapan Gudang

33,644,095 5 Perlengkapan Teknik & Lab

12,153,467 6 Peralatan Kantor

7,905,501 7 Alat Pengangkutan

8,589,974 8 Aset dalam Penyelesaian

216,466,109

Total Aset 5,070,281,470

Tabel 5.6 Aset Tetap Tahun 2013

NO NAMA ASET JUMLAH ASET

1 Tanah

2,733,418,100 2 Bangunan & Prasarana

720,281,314 3 Mesin & Peralatan

1,644,687,811 4 Perlengkapan Gudang

34,626,458 5 Perlengkapan Teknik & Lab

14,711,352 6 Peralatan Kantor

8,320,364 7 Alat Pengangkutan

6,898,107 8 Aset dalam Penyelesaian

393,295,848

Total Aset 5,556,239,354

1. Penilaian Aset Tetap

Penilaian aset tetap pada PT Mulia Industrindo Tbk pada tahun 2009 dan sebelumnya, yaitu tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan dinyatakan berdasarkan model biaya, dan pada tanggal 1 Januari 2010, yaitu tanah, bangunan dan prasarana serta tanggal 1 Januari 2011 mesin dan peralatan dinyatakan dengan model revaluasi dalam penilaian aset tersebut. Perubahan kebijakan akuntansi dari model biaya ke model revaluasi dalam pengakuan tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan diterapkan secara prospektif.

Tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan dicatat pada jumlah revaluasian berdasarkan review oleh manajemen dan didukung oleh penilai independen. Dalam menentukan nilai wajar, metode penilaian yang digunakan memerlukan estimasi tertentu, termasuk perbandingan dengan harga jual transaksi sejenis dari tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan. Adapun perubahan penilaian dari model biaya dengan model revaluasi dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 5.7 Perubahan Penilaian Model Biaya dengan Model Revaluasi atas Nilai

Tanah 137.076.045 1.023.643.880 1.160.719.925 8.004.965 1.168.724.890 Bangunan

dan Prasarana

662.719.530 527.695.138 1.190.414.668 43.490.228 1.235.982.994

Jumlah 799.795.575 1.551.339.018 2.351.134.593 51.495.193 2.404.707.884

Sumber : Data diolah, 2014

Dari tabel 5.7 diatas, pada tanggal 1 Januari 2010 PT Mulia Industrindo Tbk menerapkan model revaluasi untuk penilaian tanah serta bangunan dan prasarana. Jumlah tanah menjadi Rp 1.160.719.925.000 pada tanggal 1 Januari 2010 yang berasal dari kenaikan akibat revaluasi sebesar Rp 1.023.643.880.000 serta jumlah bangunan dan prasarana menjadi Rp 1.190.414.668.000 pada tanggal 1 Januari 2010 yang berasal dari kenaikan akibat revaluasi sebesar Rp 527.695.138.000.

Pada saat penyusunan laporan keuangan tanggal 31 Desember 2010, jumlah dari tanah serta bangunan dan prasarana kembali mengalami kenaikan karena adanya kenaikan revaluasi yang terjadi pada tahun 2010.

Jumlah tanah mengalami kenaikan revaluasi sebesar Rp 8.004.965.000 sehingga jumlah tanah pada tanggal 31 Desember menjadi sebesar Rp 1.168.724.890.000 serta jumlah bangunan dan prasarana mengalami kenaikan revaluasi sebesar Rp 43.490.228.000 sehingga jumlah bangunan dan prasarana menjadi Rp 1.235.982.994.000.

Tabel 5.8 Perubahan Penilaian Model Biaya dengan Model Revaluasi atas Nilai Mesin dan Peralatan 31 Desember 2011

(dalam ribuan rupiah)

Prasarana - - 1.190.414.668 86.365.166 1.325.935.617 Mesin dan

Peralatan 3.903.331.453 686.905.591 4.589.555.020 (24.922.979) 4.641.957.831 Jumlah 3.903.331.453 686.905.591 2.840.689.613 896.103.806 7.971.672.198

Sumber : Data diolah, 2014

Dari tabel 5.8 diatas, pada tanggal 1 Januari 2011, mesin dan peralatan dinilai menggunakan model revaluasi dalam penilaian aset tetap.

Jumlah mesin dan peralatan menjadi Rp 4.589.555.020.000 pada tanggal 1 Januari 2011 yang berasal dari kenaikan akibat revaluasi sebesar Rp 686.905.591.000. Pada saat penyusunan laporan keuangan tanggal 31 Desember 2011, jumlah dari mesin dan peralatan mengalami penurunan karena adanya penurunan nilai yang terjadi pada tahun 2011. Jumlah mesin dan peralatan mengalami penurunan nilai sebesar Rp (24.922.979.000) sehingga jumlah mesin dan peralatan pada tanggal 31 Desember 2011 menjadi sebesar Rp 4.641.957.831.000. Walaupun terlihat terjadi penambahan pada mesin dan peralatan itu bukan karena revaluasi tetapi kenaikan tersebut berdasarkan dengan adanya penambahan aset atas reklasifikasi sebesar Rp 54.931.804.000.

2. Perbandingan Antara Model Biaya dengan Model Revaluasi dalam Penilaian Aset Tetap

Perbandingan antara model biaya dengan model revaluasi dalam penilaian aset tetap akibat konvergensi IFRS atas PSAK 16 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.9 Perbandingan antara Model Biaya Dengan Model Revaluasi Tahun 2009 dengan 2010

(dalam ribuan rupiah)

Aset Tetap Model Biaya

31 Desember 2009

Penyesuaian Model

Model Revaluasi 31 Desember 2010 Tanah 137.076.045 1.031.648.845 1.168.724.890 Bangunan dan

Prasarana 662.719.530 573.263.464 1.235.982.994

Jumlah 799.795.575 1.604.912.309 2.404.707.884

Sumber : Data diolah, 2014

Dari tabel 5.9 diatas, nilai aset tetap atas tanah dan bangunan dan prasarana dalam model biaya yaitu sebesar Rp 799.795.575.000 dan dalam model revaluasi yaitu sebesar Rp 2.404.707.884.000. Penerapan model revaluasi dalam penilaian aset tetap atas tanah dan bangunan dan prasarana meningkatkan nilai aset tetap sebesar Rp 1.604.912.309.000.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan kebijakan dari model biaya dengan model revaluasi dalam penilaian aset tetap atas tanah, bangunan dan prasarana meningkatkan nilai aset tetap tersebut.

Berdasarkan catatan atas laporan keuangan konsolidasi PT Mulia Industrindo Tbk bahwa apabila, tanah, bangunan dan prasarana, serta mesin dan peralatan diukur berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan penurunan nilai. Maka nilai tercatat tanah, bangunan dan prasarana, serta mesin dan peralatan pada tanggal 31 Desember 2010 sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut:

31 Desember

Apabila tanah, bangunan dan prasarana, serta mesin dan peralatan

diukur berdasarkan nilai wajar dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai

wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan

akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.

Tabel 5.10 Perbandingan antara Model Biaya Dengan Model Revaluasi Tahun 2010 dan 2011

(dalam ribuan rupiah)

Aset Tetap

31 Desember 2010 31 Desember 2011

Model Biaya Model

Sumber : Data diolah, 2014

Tabel 5.11 Perbandingan antara Model Biaya Dengan Model Revaluasi Tahun 2012 dan 2013

(dalam ribuan rupiah)

Aset Tetap

31 Desember 2012 31 Desember 2013

Model Biaya Model

Revaluasi Model Biaya Model

Revaluasi

Tanah 153.540.082 2.411.839.500 154.173.428 2.733.418.100

Bangunan dan

Prasarana 195.661.035 736.207.823 170.869.600 720.281.314

Mesin dan

Peralatan 1.015.175.472 1.643.475.001 982.277.644 1.644.687.811 Jumlah 1.364.376.589 4.791.522.324 1.307.320.672 5.098.387.225

Selisih 3.427.145.735 3.791.066.553

Sumber : Data diolah, 2014

Dari tabel 5.10 diatas, pada tanggal 31 Desember 2010, apabila

perusahaan menggunakan model biaya dalam penilaian aset tetap tersebut,

maka jumlah aset tetap yang dimiliki oleh berusahaan setelah dikurangi

dengan akumulasi penyusutan dan penurunan nilai adalah sebesar Rp

456.683.168.000. Dan apabila model revaluasi yang digunakan dalam

penilaian aset tetap tersebut, maka jumlah aset tetap perusahaan yang

direvaluasi dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan penurunan nilai

adalah sebesar Rp 1.951.156.905.000. Sehingga terdapat selisih sebesar

Rp 1.494.473.737.000. Pada tanggal 31 Desember 2011, apabila

perusahaan menggunakan model biaya dalam penilaian aset tetap tersebut,

maka jumlah aset tetap yang dimiliki oleh berusahaan setelah dikurangi

dengan akumulasi penyusutan dan penurunan nilai adalah sebesar Rp

1.436.404.896.000. Dan apabila model revaluasi yang digunakan dalam

penilaian aset tetap tersebut, maka jumlah aset tetap perusahaan yang

direvaluasi dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan penurunan nilai adalah sebesar Rp 4.545.841.645.000. Sehingga terdapat selisih sebesar Rp 3.109.436.749.000.

Dari tabel 5.11 diatas, Pada tanggal 31 Desember 2012, apabila perusahaan menggunakan model biaya dalam penilaian aset tetap tersebut, maka jumlah aset tetap yang dimiliki oleh berusahaan setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan penurunan nilai adalah sebesar Rp 1.364.376.589.000. Dan apabila model revaluasi yang digunakan dalam penilaian aset tetap tersebut, maka jumlah aset tetap perusahaan yang direvaluasi dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan penurunan nilai adalah sebesar Rp 4.791.522.324.000. Sehingga terdapat selisih sebesar Rp 3.427.145.735.000. Pada tanggal 31 Desember 2013, apabila perusahaan menggunakan model biaya dalam penilaian aset tetap tersebut, maka jumlah aset tetap yang dimiliki oleh berusahaan setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan penurunan nilai adalah sebesar Rp 1.307.320.672.000. Dan apabila model revaluasi yang digunakan dalam penilaian aset tetap tersebut, maka jumlah aset tetap perusahaan yang direvaluasi dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan penurunan nilai adalah sebesar Rp 5.098.387.225.000. Sehingga terdapat selisih sebesar Rp 3.791.066.553.000.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan, bahwa penerapan model

revaluasi akibat konvergensi IFRS atas PSAK 16 meningkatkan nilai aset

tetap atas tanah, bangunan dan prasarana serta mesin dan peralatan

perusahaan dibandingankan menggunakan model biaya dalam menilai aset tetap tersebut.

3. Beban penyusutan PT Mulia Industrindo Tbk

Beban penyusutan pada laporan laba rugi konsolidasi PT Mulia Industrindo Tbk adalah sebesar Rp 302.751.336.000 untuk tahun 2009, sebesar Rp 324.596.251.000 untuk tahun 2010, sebesar Rp 331.550.067.000 untuk tahun 2011, sebesar Rp 346.374.821.000 untuk tahun 2012 dan sebesar Rp 368.734.692.000 untuk tahun 2013.

Perusahaan sudah mengalokasikan jumlah tersebut dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 5.12. Pengalokasian Beban Penyusutan

(dalam ribuan rupiah)

Alokasi

31 Desember

2009 2010 2011 2012 2013

Biaya Pabrikasi 263.332.708 288.318.943 308.220.600 330.229.503 350.407.946 Beban Umum 17.361.042 23.188.405 17.937.452 16.145.318 18.326.749

Beban Lain-lain 22.057.586 13.088.903 5.392.015 -

Jumlah 302.751.336 324.596.251 331.550.067 346.374.821 368.734.695 Selisih 21.844.915 6.953.816 14.824.754 22.359.874

Sumber : Data diolah, 2014

Berdasarkan tabel 5.12 diatas, terjadi selisih jumlah beban

penyusutan dari tahun ke tahun yaitu sebesar Rp 21.844.915.000 untuk

tahun 2010, sebesar Rp 6.953.816.000 untuk tahun 2011, sebesar Rp

14.824.754.000 untuk tahun 2012, dan sebesar Rp 22.359.874.000 untuk

tahun 2013. Perbedaaan atau selisih jumlah penyusutan tersebut akibat

adanya revaluasi atas aset tetap, penambahaan jumlah aset tetap, atau pengeluaran jumlah aset tetap tersebut.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa, pengaruh penerapan konvergensi IFRS atas PSAK 16 terhadap beban penyusutan dengan menggunakan model revaluasi dalam penilaian aset tetap pada perusahaan mengakibatkan perubahan yang sangat berarti pada laporan laba rugi konsolidasi. Semakin besar jumlah beban yang dibebankan maka semakin kecil laba yang diperoleh perusahaan.

4. Penghentian Aset Tetap PT Mulia Industrindo Tbk

Penghentian aset tetap yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara dijual atau dihentikan penggunaannya. Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutannya. Keuntungan atau kerugian dari penjualan aset tetap tersebut dibukukan dalam laporan laba rugi konsolidasi pada tahun yang bersangkutan.

Adapun penjualan aset tetap yang dilakukan pada PT Mulia Industrindo Tbk dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.13 Penjualan Aset Tetap

(dalam ribuan rupiah)

Keterangan 2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah tercatat aset

Sumber : PT Mulia Industrindo Tbk, 2014

Dari tabel 5.13 diatas, Perincian atas penjualan aset tetap dan jurnal yang dilakukan oleh PT Mulia Industrindo Tbk untuk tahun 2012 dan 2013 adalah sebagai berikut:

a. Penjualan Aset Tetap tahun 2012

Perincian atas penjualan dan penghapusan aset tetap adalah sebagai berikut:

Bangunan dan Prasarana

1.082.371

Akumulasi Penyusutan Bangunan dan Prasarana

(1.082.371)

Akumulasi Penyusutan Perlengkapan gudang

(1.482.543)

Jumlah

753.822

Perlengkapan teknik dan Laboratorium

2.020.976

Akumulasi Penyusutan Perlengkapan teknik dan

laboratorium

Akumulasi Penyusutan Peralatan Kantor

(1.546.390)

Jumlah

36.296

Alat Pengangkutan

2.034.715

Akumulasi Penyusutan Alat Pengangkutan

(2.034.715)

Jumlah

-

Total Aset Tetap yang dijual dan dihapuskan

834.661

Perusahaan melakukan pencatatan atas penjualan aset tetap tersebut sebesar jumlah aset tetap yang dijual Rp 9.640.528.000 dikurangi jumlah akumulasi penyusutan aset tetap sebesar Rp 8.805.867.000 sehingga penjualan aset tetap bersih sebesar Rp 834.661.000 dengan harga jual sebesar Rp 1.054.112.000. Jurnal penjualan aset tetap yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:

Kas Rp 1.054.112.000

Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Rp 8.805.867.000

Aset Tetap Rp 9.640.528.000

Laba Penjualan Aset Tetap Rp 219.451.000 b. Penjualan Aset Tetap Tahun 2013

Perincian atas penjualan dan penghapusan aset tetap adalah sebagai berikut:

Bangunan dan Prasarana

44.140

Akumulasi Penyusutan Bangunan dan

Prasarana

(27.036)

Jumlah

17.104

Mesin dan Peralatan

11.077.774

Akumulasi Penyusutan Mesin dan Peralatan

(4.306.235)

Jumlah

6.771.539

Perlengkapan teknik dan Laboratorium

3.731.983

Akumulasi Penyusutan Perlengkapan teknik

dan laboratorium

(3.683.215)

Jumlah

48.768

Peralatan Kantor

2.097.838

Akumulasi Penyusutan Peralatan Kantor

(2.055.588)

Jumlah

42.250

Alat Pengangkutan

928.583

Akumulasi Penyusutan Alat Pengangkutan

(927.501)

Jumlah

1.082

Total Aset Tetap yang dijual dan dihapuskan

6.880.743

Perusahaan melakukan pencatatan atas penjualan aset tetap tersebut sebesar jumlah aset tetap yang dijual Rp 17.880.318.000 dikurangi jumlah akumulasi penyusutan aset tetap sebesar Rp 10.999.575.000. Sehingga penjualan aset tetap bersih sebesar Rp 6.880.743.000 dengan harga jual sebesar Rp 1.980.115.000. Jurnal yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:

Kas Rp 1.980.115.000

Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Rp 10.999.575.000 Rugi Penjualan Aset Tetap Rp 4.900.628.000

Aset Tetap Rp 17.880.318.000

C. Perlakuan PSAK 16 berbasis IFRS terhadap Aset Tetap menurut Perusahaan

Konvergensi IFRS atas PSAK 16 bertujuan untuk mengatur perlakuan

akuntansi aset tetap, agar pengguna laporan keuangan dapat memahami

informasi mengenai investasi entitas di aset tetap, dan perubahan dalam

investasi tersebut. Sehingga dalam kebijakan akuntansi aset tetap menurut

perusahaan harus sesuai dengan konvergensi IFRS atas PSAK 16.

1. Pengakuan Aset Tetap

Pengakuan aset tetap berdasarkan konvergensi IFRS atas PSAK 16 yaitu biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:

a. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut; dan

b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

Pengakuan aset tetap yang dilakukan oleh PT Mulia Industrindo Tbk berdasarkan kebijakan akuntansinya telah sesuai dengan konvergensi IFRS atas PSAK 16 yaitu diakui jika:

a. Manfaat ekonomis dimasa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas.

b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal dan relevan.

2. Biaya-biaya Setelah Perolehan Awal

Biaya-biaya setelah perolehan awal berdasarkan konvergensi

IFRS atas PSAK 16 adalah sesuai dengan prinsip pengakuan aset tetap,

entitas tidak boleh mengakui biaya perawatan sehari-hari aset tetap

sebagai bagian dari aset bersangkutan. Biaya-biaya ini diakui dalam laba

rugi saat terjadinya. Biaya perawatan sehari-hari terutama terdiri atas

biaya tenaga kerja dan bahan habis pakai (consumables) termasuk

didalamnnya suku cadang kecil. Pengeluaran-pengeluaran untuk hal

tersebut sering disebut biaya pemeliharaan dan perbaikan aset tetap.

Bagian-bagian tertentu aset tetap mungkin perlu diganti secara

periodik. Contoh, tungku pembakaran perlu diganti lapisannya setelah

digunakan sekian jam, demikian juga interior pesawat terbang seperti

tempat duduk dan dapur perlu diperbaharui beberapa kali sepanjang umur

rangka pesawat. Sesuai dalam prinsip pengakuan, entitas mengakui biaya

biaya penggantian komponen suatu aset dalam jumlah aset saat biaya itu

terjadi jika pengeluaran tersebut memenuhi kriteria untuk diakui sebagai

Bagian-bagian tertentu aset tetap mungkin perlu diganti secara

periodik. Contoh, tungku pembakaran perlu diganti lapisannya setelah

digunakan sekian jam, demikian juga interior pesawat terbang seperti

tempat duduk dan dapur perlu diperbaharui beberapa kali sepanjang umur

rangka pesawat. Sesuai dalam prinsip pengakuan, entitas mengakui biaya

biaya penggantian komponen suatu aset dalam jumlah aset saat biaya itu

terjadi jika pengeluaran tersebut memenuhi kriteria untuk diakui sebagai

Dokumen terkait