• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ashabul Furudh

Dalam dokumen Oleh: NURDIANA RAMADHAN NIM: (Halaman 44-49)

D. Jenis-jenis Ahli Waris dan Bagiannya

1. Ashabul Furudh

Ashabul furudh ialah waris-waris yang mempunyai bagian yang telah ditentukan pada harta peninggalan dengan nash atau dengan ijma. Mereka semuanya ada dua belas orang: empat orang lelaki, delapan wanita. Ashabul furudh dari lelaki ialah: suami, ayah, kakek sejati dan saudara seibu. Ashabul furudh dari wanita, ialah: isteri, ibu, nenek sejati, anak perempuan sekandung, cucu perempuan dari anak lelaki, saudara perempuan sekandung, saudara perempuan seayah dan saudara perempuan seibu.

a. Ashabul Furudh yang berhak menerima 1/2/ (nishf) harta:

1) Suami, apabila isteri meninggalkan anak, baik anak si suami itu sendiri ataupun anak dari suami lain.

2) Seseorang anak perempuan kandung, apabila tidak ada orang yang menjadi ashabahnya.

3) Cucu perempuan, jika si mayit tidak meninggalkan anak kandung laki-laki.

4) Saudara perempuan sekandung, bila dia seorang diri, dengan syarat tidak ada orang yang menjadi ashabahnya dan tidak pula bersamanya anak perempuan kandung.

5) Saudara perempuan seayah, dengan syarat yang telah dikemukakan pada saudara-saudara perempuan sekadung dan

45 Ali Al-Sabouni, Hukum Kewarisan, h. 107-110.

28

dengan syarat tidak pula bersamanya saudara perempuan sekandung.

b. Ashabul Furudh yang berhak menerima 1/4 (rubu’) harta:

1) Suami, jika isteri yang wafat meninggalkan anak. Baik anak dari suami itu sendiri, atau pun anak dari suami yang lain. 2) Isteri, apabila suami tidak meninggalkan anak.

c. Ashabul Furudh yang berhak menerima 1/8 (tsumun) harta: 1) Isteri, jika suami wafat meninggalkan anak.

d. Ashabul Furudh yang berhak menerima 2/3 harta (tsulutsani) harta: 1) Dua anak perempuan kandung

2) Cucu-cucu perempuan dari anak lelaki 3) Saudara-saudara perempuan sekandung

4) Saudara-saudara perempuan seayah, dengan syarat-syarat yang telah diterangkan tentang berhaknya mereka menerima nishfu diwaktu bersendiri.

e. Ashabul Furudh yang menerima 1/3 (tsuluts) harta:

1) Ibu, dengan syarat orang yang meninggal itu tidak meninggalkan anak dan tidak pula meninggalkan beberapa saudara baik seibu bapak, atau sebapak atau seibu.

2) Dua orang atau lebih saudara seibu, baik lelaki maupun perempuan baik mereka semuanya lelaki, ataupun semuanya perempuan ataupun ada yang lelaki dan ada yang perempuan. Dua orang saudara dan seterusnya seibu mendapat 1/3 harta. f. Ashabul Furudh yang berhak menerima 1/6 (sudus) harta:

1) Ayah, ketika yang meninggal itu mempunyai anak.

2) Kakek sejati, diwaktu yang meninggal itu meninggalkan anak, tidak meninggalkan ayah.

3) Ibu, apabila yang meninggal itu meninggalkan anak, atau dua orang dan seterusnya dari saudara-saudara lelaki dan saudara perempuan, baik seibu bapak atau sebapak atau seibu.

5) Cucu perempuan dari anak lelaki, seorang saja atau lebih bersama seorang anak perempuan kandung.

6) Saudara perempuan seayah, seorang ataupun lebih bersama seorang saudara perempuan sekandung.

7) Seorang anak seibu (saudara seibu), baik lelaki ataupun perempuan.47

Di dalam al-Quran dan Hadits Nabi disebutkan bagian-bagian tertentu dan disebutkan pula ahli-ahli waris dengan bagian tertentu itu. Bagian tertentu itu dalam al-Quran yang disebut dengan furudh adalah dalam bentuk angka pecahan yaitu 1/2, 1/4. 1/8, 2/3, 1/3 dan 1/6. Para ahli waris yang mendapat menurut angka-angka tersbut dinamai ahli waris ashabul furudh.48

2. Ashabah

kata ashabah secara bahasa (etimologi) adalah pembela, penolong, pelindung atau kerabat dari jurusan ayah. Menurut istilah faradhiyun adalah ahli waris yang dalam penerimaannya tidak ada ketentuan bagian yang pasti, bisa menerima sisa atau tidak dapat sama sekali. Dengan kata lain, ahli waris ashabah adalah ahli waris yang bagiannya tidak ditetapkan, tetapi bisa mendapat semua harta atau sisa harta setelah dibagi kepada ahli waris.

Ahli waris ashabah kan mendapatkan bagian harta peninggalan, tetapi tidak ada ketentuan bagian yang pasti. Baginya berlaku:

a. Jika tidak ada kelompok ahli waris yang lain, maka semua harta waris untuk ahli waris ashabah;

47 T.M Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqhul Mawaris: Hukum-hukum Warisan dalam

Syariat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 74-77.

48 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004) Cet. 2, h. 225.

30

b. Jika ada ahli waris ashabul furudh maka ahli waris ashabul furudh menerima sisa dari ashabul furudh tersebut.

c. Jika harta waris telah dibagi habis oleh ahli waris ashabul furudh maka ahli waris ashabah tidak mendapatkan apa-apa.49

Ahli waris ashabah ini terdiri dari orang-orang yang mempunyai hubungan darah dari garis keturunan laki-laki, seperti anak laki-laki, ayah, saudara laki-laki, kakek.50 Dalam keadaan tertentu anak perempuan juga mendapat ashabah apabila ia didampingi atau bersama saudaranya laki-laki. Kelompok ashabah ini menerima pembagian harta waris setelah selesai pembagian untuk ashabul furudh.

Yang termasuk ahli waris ashabah, yakni sebagai berikut: a. Anak laki-laki

b. Cucu laki-laki walaupun sampai ke bawah c. Bapak

d. Kakek

e. Saudara laki-laki kandung f. Saudara laki-laki sebapak

g. Anak laki-laki saudara laki-laki kandung (Keponakan) h. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak (keponakan) i. Paman kandung

j. Paman sebapak

k. Anak laki-laki paman sekandung l. Anak laki-laki paman sebapak

Ahli waris ashabah dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan sebagai berikut:

a. Ashabah Binnafsihi

49 Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan, h. 64-65.

Ashabah Binafsihi adalah kerabat laki-laki yang dipertalikan dengan simati, tanpa diselingi oleh ahli waris perempuan. Atau ahli waris yang langsung menjadi ashabah dengan sendirinya tanpa disebabkan oleh orang lain. Misalnya, anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, ayah, saudara laki-laki sekandung. Mereka itu dengan sendirinya boleh menghabiskan harta, setelah harta peninggalan tersebut dibagikan kepada ashabul furudh.

b. Ashabah Bilghairi (bersama orang lain)

Ashabah Bilghairi adalah orang perempuan yang menjadi ashabah beserta laki-laki yang sederajat dengannya (setiap perempuan yang memerlukan orang lain dalam hal ini laki-laki untuk menjadikan ashabah dan secara bersama-sama menerima ashabah). Kalau orang lain itu tidak ada, ini tidak menjadi ashabah, melainkan menjadi ashabul furudh biasa.

c. Ashabah Ma’al ghairi (karena orang lain).

Ashabah Ma’al ghairi adalah orang yang menjadi ashabah disebabkan ada orang lain yang bukan ashabah. (Setiap perempuan yang memerlukan orang lain untuk menjadikan ashabah, tetapi orang lain tersebut tidak berserikat menerima ashabah). Orang lain tersebut tidak ikut menajadi ashabah. Akan tetapi, kalau orang lain tersebut tidak ada maka ia menjadi ashabul furudh biasa.

Contohnya seperti berikut ini:

1) Saudara perempuan sekandung (seorang atau lebih), bersama dengan anak perempuan (seorang atau lebih atau bersama dengan cucu perempuan (seorang atau lebih).

Dalam dokumen Oleh: NURDIANA RAMADHAN NIM: (Halaman 44-49)

Dokumen terkait