• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2. Aspek–aspek coping stress

Menurut Lazaruz dan Folkman (dalam Safira dan Saputra, 2009: 104- 105) coping stress memiliki dua fungsi umum, yaitu:

a. Emotion focused coping

Suatu usaha untuk mengkontrol respons emosional terhadap situasi yang sangat menekan, cenderung dilakukan apabila individu tidak mampu mengubah kondisi yang stressfull.

Aspek-aspek Emosional focused coping, meliputi:

1) Seeking social emotional support, yaitu mencoba untuk memperoleh dukungan secara emosional maupun sosial dari orang lain.

2) Distancing, yaitu mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri dari masalah atau membuat sebuah harapan positif.

3) Escape avoidance, yaitu mengkhayal mengenai situasi atau melakukan tindakan atau menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan.

4) Self control, yaitu mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau tindakan dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah.

5) Accepting responsibility, yaitu menerima untuk menjalankan maslaah yang dihadapinya sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya.

b. Problem focused coping

Usaha untuk mengurangi stressor, dengan mempelajari cara-cara atau ketrampilan-ketrampilan yang baru untuk digunakan mengubah situasi,

keadaan, atau pokok permasalahan, cenderung dilakukan apabila individu tersebut yakin dapat mengubah situasi.

Aspek-aspek Problem focused coping, meliputi:

1) Seeking informational support, yaitu mencoba unttuk memperoleh informasi, saran dan bantuan dari orang lain, seperti dokter, psikolog, atau guru.

2) Confrontive coping, yaitu melakukan penyelesaian masalah secara konkret.

3) Planful problem solving, yaitu menganalisa setiap situasi yang menimbulkan masalah serta berusaha mencari solusi secara langsung terhadap masalah yang dihadapi.

Menurut Weiten dan Lloyd (dalam Mahudi, 2012: 228) ada dua macam

coping stress yaitu:

a. Coping negatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Giving up (withdraw), yaitu melarikan diri dari kenyataan atau situasi stres yang bentuknya seperti sikap apatis, kehilangan semangat, atau perasaan tak berdaya, dan meminum-minuman keras, atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

2) Aggressive (agresif), yaitu berbagai perilaku yang ditujukan untuk menyakiti orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal.

3) Indulging your self (memanjakan diri sendiri), dengan berperilaku konsumerisme yang berlebihan, seperti makan yang enak, merokok,

menenggak minuman keras, dan menghabiskan uang untuk berbelanja.

4) Blaming your self (mencela diri sendiri), yaitu mencela atau menilai negatif terhadap diri sendiri sebagai respons terhadap frustasi atau kegagalan dalam memperoleh sesuatu yang diinginkan.

5) Defence mechanism (mekanisme pertahanan diri), yang bentuknya

seperti menolak kenyataan dengan cara melindungi diri dari suatu kenyataan yang tidak menyenangkan, berfantasi, rasionalisasi, dan

overcompensation.

b. Coping positif konstruktif diartikan sebagai upaya-upaya untuk menghadapi situasi stres secara sehat dan memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut:

1) Menghadapi masalah secara langsung, mengevaluasi alternatif secara nasional dalam upaya memecahkan maslaah tersebut.

2) Menilai atau mempersepsi situasi stres didasarkan kepada pertimbangan yang rasional.

3) Mengendalikan diri (self control) dalam mengatasi masalah yang dihadapi.

Coping positif konstruktif dapat dilakukan melalui beberapa

pendekatan atau metode sebagai berikut:

a) Rational emotive therapy, merupakan pendekatan terapi yang momfokuskan pada upaya untuk mengubah pola piker individu yang

irasional sehingga dapat mengurangi gangguan emosi atau perilaku yang maladaptif.

b) Meditasi, merupkan latihan mental untuk memfokuskan kesadaran atau perhatian dengan cara non analisis.

c) Relaksasi, dapat mengatasi kekalutan emosional dan mereduksi masalah fisiologis.

d) Mengamalkan Ajaran Agama, seorang yang taat beribadah dan memahami makna substansi dari ibadah tersebut, maka akan memiliki sifat-sifat pribadi yang positif, sehingga mampu mengelola hidup dan kehidupannya secara sehat, bermanfaat, atau bermakna.

Folkman dan Moskowitz (dalam Feldman, 2012: 220) mengelompokan

coping stress menjadi dua kategori, yaitu :

a. Coping berfokus emosi

Seseorang berusaha untuk mengatur emosi mereka ketika menghadapi stres dengan berusaha mengubah perasaan mereka atau cara mereka mempersepsikan masalah.

b. Coping berfokus masalah

Seseorang berusaha untuk memodifikasi masalah yang menimbulkan stres atau sumber stres dan mendorong perubahan perilaku atau perkembangan suatu rencana tindakan untuk mengatasi stres tersebut.

Carver, dkk (dalam Sadikin dan Subekti, 2013: 20-21) menjelaskan dimensi coping stress ada dua yaitu:

a. Emotion focused coping yang meliputi :

1) Seeking of emotional social support, dimana individu akan berupaya untuk mendapatkan dukungan moral, simpati, dan pemahaman dari orang-orang disekitarnya.

2) Positive reinterpretation, merupakan sebuah proses mengambil hikmah atau nilai positif dari apa yang telah terjadi dan bertujuan untuk mengelola tekanan emosi daripada berupaya untuk menghadapi

stressor itu sendiri.

3) Acceptance, dimana individu akan menerima situasi atau keadaan dari apa yang terjadi.

4) Denial, individu akan menolak untuk percaya bahwa stressor itu nyata dan bertindak seolah-olah stressor tersebut tidak ada.

5) Turning to religion, individu akan beralih ke agama ketika berada dalam situasi yang penuh dengan tekanan. Agama dapat berfungsi dukungan emosional, menjadi sarana untuk reinterpretasi positif maupun sebagai upaya untuk menghadapi stressor itu sendiri.

b. Problem focused coping yang meliputi :

1) Active coping, merupakan sebuah proses mengambil langkah aktif untuk menghapus atau menghindari stressor atau untuk memperbaiki dampak dari stressor itu sendiri.

2) Planning, merupakan proses berfikir tentang bagaimana cara untuk menghadapi stressor. Individu akan merencanakan strategi mengenai langkah apa yang harus diambil dan memikirkan cara terbaik untuk menghadapi masalah.

3) Suppression of competing activities, individu akan menekankan

aktivitasnya pada penyelesaian masalah dan mengesampingkan urusan lain agar dapat berkonsentrasi dalam menghadapi stressor.

4) Restraint coping, individu akan menunggu saat yang tepat untuk bertindak dan tidak bertindak terlalu terburu-buru.

5) Seeking of instrumental social support, individu akan berupaya untuk mencari saran, bantuan, dan informasi dari orang-orang disekitarnya. Berdasarkan uraian diatas, aspek-aspek coping stress dibagi menjadi dua, yaitu emotion focused coping yang disebut juga coping yang berfokus pada emosi atau coping negatif dan yang kedua adalah problem focused

coping yang disebut juga coping yang berfokus pada masalah atau coping

positif yang digunakan untuk mengungkap gambaran coping stress pada istri yang ditinggal dinas suami bertugas.

Dokumen terkait