• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil temuan penelitian berdasarkan hasil observasi

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian

D. Hasil Temuan Penelitian 1. Hasil temuan penelitian berdasarkan wawancara

2. Hasil temuan penelitian berdasarkan hasil observasi

Temuan pada subjek penelitian coping stress pada istri yang ditinggal dinas suami bertugas diperoleh dengan metode observasi penelitian yang dilakukan peneliti pada saat wawancara kepada subjek penelitian. Temuan dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat wawancara pertama menunjukan bahwa subjek 1terlihat capek dan lesu karena mengalami kelelahan

setelah melakukan kegiatan di Batalyon (KB/OS/S1/B18-22), dengan intonasi tinggi Subjek menunjukan bahwa subjek keberatan dengan kegiatan yang padat di Batalyon (KB/OS/S1/B24-30). Subjek terlihat emosi ketika menceritakan karakter ibu Komandan yang saklek dan otoriter kepada subjek dan ibu-ibu anggota Persit (KB/OS/S1/B31-39). Subjek mengalami stres dengan persaingan di lingkungan sosial ditunjukan dengan bercerita sambil memegang kepala dan mengeryitkan dahi (KB/OS/S1/B44-51), dengan nada rendah subjek kecewa ketika tidak bisa melanjutkan kuliah S1 dan harus menjadi ibu Danyon karena mengikuti suami (KB/OS/S1/B52-56), dengan intonasi tinggi dan tersenyum subjek menyebutkan bahwa bukan passionnya berada di asrama tetapi mau tidak mau harus dijalani karena subjek mencintai suami (KB/OS/S1/B62-68). Subjek berusaha menjadi ibu Danyon yang bijaksana ketika berbicara didepan anggota ibu-ibu Persit agar ibu-ibu anggota Persit dapat bersikap dewasa (KB/OS/S1/B72-88). Subjek merasa bahagia ketika menceritakan pekerjaan suami, tetapi subjek merasa sedih ketika suami harus berangkat tugas ke Libanon ketika kondisi subjek setelah melahirkan (KB/OS/S1/B90-97), dengan wajah serius subjek mengungkapkan ingin segera pindah dan beristirahat dari kegiatan Persit (KB/OS/S1/B100-105). Subjek merasa sedih dan menyesal karena masih merokok untuk mengalihkan stres, subjek menyadari bahwa merokok tidak baik bagi subjek dan anak subjek, tetapi dengan merokok adalah cara untuk menghilangkan suntuk agar kondisi subjek menjadi baik kembali (KB/OS/S1/B107-115). Subjek merasa jengkel tetapi tidak bisa berbuat apa-apa saat menghadapi peraturan yang ketat selama di Batalyon, subjek dan suami lebih berserah kepada Tuhan saat menghadapi

persaingan kenaikan jabatan di Batalyon karena banyak faktor yang bisa menghambat suami subjek naik jabatan (KB/OS/S1/B119-134). Sambil memegang dada dan dengan nada pelan subjek merasa takut dengan ibu Komandan karena ruang gerak subjek termonitor oleh ibu Komandan, subjek merasa terintimidasi dan tidak bebas melakukan hal-hal yang subjek inginkan (KB/OS/S1/B133-139), sambil menghela nafas mau tidak mau subjek harus menerima dengan lapang dada ketika suami subjek harus ditugaskan kembali setelah pulang dari Libanon (KB/OS/S1/B143-149).

Hasil temuan observasi pada pertemuan kedua menunjukan subjek 2 mengalami kesulitan pada saat tidak ada suami untuk memperbaiki barang-barang rusak yang ada di rumah, tidak ada yang menjemput anak pada saat malam hari dan tidak ada yang membantu jika anak sakit dan perlu dibawa ke rumah sakit (KB/OS/S2/B18-26), dengan wajah sendu, subjek merasa bersalah ketika tidak bisa membantu suami mempersiapkan keperluan suami di Ambon dan merasa kesepian pada saat tidak ada suami tetapi dengan mengepal tangan kanan subjek berusaha menyesuaikan keadaan dengan berkumpul bersama tetangga (KB/OS/S2/B27-40). Subjek terdiam dan melipat tangan ketika menceritakan bahwa subjek memiliki masalah keuangan dan dengan intonasi tinggi subjek merasa jengkel ketika suami tidak mau membantu subjek untuk membantu

melunasi hutang subjek (KB/OS/S2/B45-60), dengan tegas subjek

mengungkapkan bahwa subjek menanggung beban keluaraga sendiri yaitu subjek harus bertanggung jawab sendiri atas hutang-hutangnya dan subjek harus bekerja meninggalkan anak-anak demi melunasi hutang-hutangnya (KB/OS/S2/B70-79).

Subjek memiliki harapan bahwa setidaknya suami subjek dapat ikut bertanggung jawab dan membantu subjek untuk melunasi hutang-hutangnya karena subjek berhutang untuk mencukupi kebutuhan keluarga bukan untuk kepentingan pribadi (KB/OS/S2/B80-85), dengan mata berkaca-kaca subjek merasa malu karena memiliki banyak hutang dan tertekan ketika tidak bisa membayar hutang- hutangnya, karena sampai sekarang hutang subjek masih belum lunas semua dan subjek harus berhutang dengan suami atau menjual barang-barang yang ada di rumah (KB/OS/S2/B86-105), dengan nada yang putus asa subjek merasa tidak ada yang bisa membantu subjek dan subjek harus memikirkan sendiri sehingga subjek mengalami stres karena tidak tahu bagaimana melunasinya (KB/OS/S2/B106- 114). Subjek pernah berfikir untuk bunuh diri karena tidak sanggup menanggung beban keluarga sendiri, dengan nada menyesal dan mata yang berkaca-kaca subjek mengurungkan niatnya untuk bunuh diri dan merasa dikuatkan oleh kedua anak subjek yang memberi semangat untuk bangkit kembali (KB/OS/S2/B116-130), dengan intonasi tinggi subjek merasa sudah sangat lelah berhutang, hiburan- hiburan yang ada hanya sesaat saja dan subjek harus berfikir kembali memutar otak untuk menuntaskan semua, bahkan di otak subjek hanya ada uang-uang dan uang (KB/OS/S2/B134-144), dengan melipat tangan subjek menyebutkan tidak kesulitan dalam mengurus anak, tetapi kedua anaknya seringkali perhitungan jika diminta untuk membersihkan rumah, kedua anak subjek akan rajin ketika subjek sakit (KB/OS/S2/B147-488). Subjek biasa-biasa saja menjawab komunikasi kepada kedua anak subjek, tetapi dengan intonasi tinggi subjek menyebutkan bahwa komunikasi subjek dengan suami tidak baik karena tidak ada kecocokan

dan suami subjek yang pendiam membuat subjek sulit berkomunikasi (KB/OS/S2/B159-169).

Hasil temuan observasi pada pertemuan kedua menunjukan subjek 3 mengalami kesulitan jika tidak ada suami karena tidak ada yang mengantar subjek dan subjek harus mandiri mulai dari hal sepele (KB/OS/S3/B28-39), dengan tersenyum subjek menyebutkan bahwa subjek adalah tipe orang yang cuek dan membiasakan diri untuk beradaptasi tanpa suami (KB/OS/S3/B42-48). Subjek menyebutkan setelah menikah merasa semuanya serba ekstra mulai dari mencari uang, mengurus anak, mengurus rumah dan ekstra di hati dan mengatasi ke

esktraannya dengan bersabar, tekun dan melakukan dengan ikhlas

(KB/OS/S3/B52-62). Subjek kembali melihat peneliti dan menyebutkan ada masalah komunikasi dengan suami, suami sempat cemburu karena subjek tidak mengangkat telepon suami (KB/OS/S3/B69-78), dengan mengoyangkan kaki dan melihat kedepan subjek menyebutkan dampak sulit berkomunikasi lebih kepada suami karena subjek lebih memilih untuk cuek (KB/OS/S3/B84-96). Subjek sempat terdiam ketika menceritakan lingkungan kerja subjek, subjek memiliki permasalahan di kantor, tetapi subjek tidak sampai membawa masalah tersebut ke rumah. Subjek melipat tangan dan mengatakan bahwa subjek bisa mengontrol diri (KB/OS/S3/B97-109), cara subjek mengontrol diri yaitu dengan mengerjakan sesuai prosedur yang ada, walaupun di tegur oleh atasan subjek tidak mengambil pusing dengan teguran tersebut dan tetap mengerjakan apa yang minta atasan (KB/OS/S3/B113-122), dengan nada jengkel subjek menyebutkan mendapat tuntutan dari atasan tetapi subjek mengingat kembali subjek bekerja untuk

keluarga dan subjek mengalihkan ke jengkelanya dengan bermain ke ruang teman lain dan bercerita bersama, karena jika subjek terlalu lama di depan komputer maka subjek akan mengalami stres (KB/OS/S3/B125-140), dengan nada rendah seperti kecewa subjek menceritakan bahwa pekerjaan subjek sekarang tidak sesuai

passionnya, karena subjek ingin bekerja di bank, tetapi subjek menyadari bahwa

subjek tidak masuk kriteria menjadi teller maupun customer servis karena postur subjek yang semampai (KB/OS/S3/B142-154). Subjek tidak terlalu merasa kesepian karena masih tinggal bersama orang tua, tetapi subjek akan merasa kesepian jika sudah tinggal di rumah sendiri (KB/OS/S3/B164-170), sambil melihat ke atas dan melihat peneliti subjek mengungkapkan bahwa subjek mengalami stres ketika awal melahirkan dan mengurus anak di malam hari, belum lagi jika anak sakit dan tidak ada suami dan bisa saja pada saat yang bersamaan suami sedang tidur di kapal dan itu membuat subjek jengkel (KB/OS/S3/B178- 191). Subjek mengalami kelelahan fisik karena setelah pulang bekerja masih harus mengurus pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak (KB/OS/S3/B195- 199), dengan menghela nafas subjek mengatakan bahwa subjek bosan dengan pekerjaan subjek yang monoton, tetapi subjek takut untuk mencari pekerjaan lain karena subjek tipe orang yang takut keluar dari zona nyaman (KB/OS/S3/B204- 216). Subjek merasa khawatir dengan kesehatan suami karena keadaan di laut yang tidak bisa di prediksi, belum lagi jika suami tidak mendapat sinyal maka subjek mengalami kesulitan untuk berkomunikasi (KB/OS/S3/B219-227).

Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan ketiga subjek mengalami stres pada saat ditinggal suami bertugas, subjek 1 dan subjek 3

mengalami stres yang disebabkan karena faktor lingkungan sedangkan subjek 2 mengalami stres karena ketidakpedulian suami terhadap permasalahan ekonomi keluarga. Komunikasi subjek 1 dengan suami terjalin dengan baik, berbeda dengan komunikasi subjek 2 dan 3 kepada suami yang kurang baik. Kurang baiknya komunikasi subjek 2 dengan suami disebabkan oleh ketidakcocokan subjek 2 dengan suami dan sifat suami yang pendiam membuat subjek 2 sulit berkomunikasi dengan suami, sedangkan penyebab kurang baik komunikasi subjek 3 dengan suami adalah faktor tidak adanya sinyal ketika suami subjek 3 berada di tengah laut, prioritas subjek 3 yang mendahulukan anak daripada menerima telepon dari suami membuat suami sering salah paham dengan subjek

Dokumen terkait