• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Kualitatif

D. Metode Pengumpulan Data

Menurut Herdiansyah (2010: 116) dalam penelitian kualitatif ada beberapa metode pengumpulan data yang umum digunakan. Beberapa metode tersebut,

antara lain adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan focus group

discussion. Dalam penelitian ini penulis menggunakan 3 metode pengumpulan

data, diantaranya adalah:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode utama untuk mengumpulkan data. Pertimbangan digunakannya teknik ini adalah bahwa apa yang dikatakan orang seringkali berbeda dengan apa yang orang tersebut lakukan. Model pengamatan yang dilakukan sebaiknya auto-observation yaitu penulis akan bersikap dress down untuk membangun suatu reciprocity of perspective. Langkah- langkah yang ditempuh dalam observasi ini adalah seleksi setting, memfokuskan pengamatan, dan seleksi pengamatan. (Bungin, 2011: 138-139).

Sepaham dengan penjelasan diatas, Sutrisno Hadi (dalam Prastowo, 2011: 220) menerangkan bahwa pengamatan atau observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian. Prastowo (2011: 222) memaparkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam teknik observasi ini, yaitu apa yang harus diamati, bilamana dan bagaimana melakukan pencatatan, bagaimana mengusahakan hubungan baik dengan objek pengamatan dan berapa lama dan luasnya pengamatan tersebut.

Menurut Matthews dan Ross (dalam Herdiansyah, 2015: 215) observation

is the collection of data through the use of human senses. In some natural conditions, observation is the act of watching social phenomenon in the real world and recording events as they happen yang artinya bahwa observasi

utama dalam melakukan observasi. Senada dengan Matthews dan Ross, Creswell (dalam Herdiansyah, 2015: 215) menyatakan observasi sebagai sebuah proses penggalian data yang dilakukan langsung oleh penulis sendiri dengan cara melakukan pengamatan mendetail terhadap manusia sebagai objek observasi dan lingkungannya dalam kancah riset, sedangkan definisi menurut Mills (dalam Herdiansyah, 2015: 216) menyatakan bahwa observasi adalah sebuah kegiatan yang terencana dan terfokus untuk melihat dan mencatat serangkaian perilaku ataupun jalannya sebuah sistem yang memiliki tujuan tertentu, serta mengungkapkan apa yang ada dibalik munculnya perilaku dan landasan suatu sistem tersebut.

Berdasarkan penjelasan dari tokoh-tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data utama melalui indera manusia yang dilakukan penulis dalam melakukan pengamatan mendetail yang terencana dan terfokus untuk melihat dan mencatat serangkaian perilaku pada manusia atau jalannya suatu sistem yang muncul.

2. Wawancara

Menurut Bungin (2015: 100) mengartikan wawancara dalam suatu penelitian memiliki tujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian itu merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi atau pengamatan. Senada dengan Bungin, Koentjaraningrat (dalam Bungin, 2015: 100-103) membagi wawancara kedalam dua golongan besar yaitu wawancara berencana (standardized interview) dan wawancara tak berencana (unstandardized interview), sedangkan dari bentuk

pertanyaannya dapat dibedakan antara wawancara tertutup (close interview) dan wawancara terbuka (open interview). Dalam menjalankan wawancara dapat menarik sebanyak mungkin keterangan dari informan dan dapat menumbuhkan

rapport yang sebaik-baiknya dan penulis dapat mempersiapkan diri dengan suatu

daftar pertanyaan dari pokok-pokok yang berhubungan dengan pokok yang menjadi fokus wawancara, itulah yang disebut pedoman wawancara atau

interview guide. Pencatatan data wawancara dapat dilakukan dengan lima cara

yaitu pencatatan langsung, pencatatan dari ingatan, pencatatan dengan tape

recorder, pencatatan dengan field rating (pencatatan dengan angka-angka atau

kata-kata yang menilai), dan pencatatan dengan field coding.

Definisi wawancara diungkapkan juga oleh Prastowo (2011: 212) yaitu suatu metode pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan ide dengan tanya jawab lisan sehingga dapat dibangun makna dalam suatu topik tertentu. Teknik wawancara mendalam (indepth interview) pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan teknik wawancara lainnya, hanya saja pewawancara, tujuan wawancara, peran informan, dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara pada umumnya. Kaidah –kaidah yang dijadikan acuan dalam menggunakan wawancara mendalam pada penelitian kualitatif yaitu terkait dengan peran penulis sebagai pewawancara, tujuan wawancara, peran informan, cara wawancara, dan pentingnya membuat catatan harian.

Sepaham dengan penjelasan diatas, Moelong (dalam Herdiansyah, 2010: 118) mendefinisikan wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee). Stewart dan Cash (dalam Herdiansyah, 2015: 184) mempertegas wawancara dengan menyebutkan “An

interview is interactional because there is an exchanging, or sharing of roles, responsibilities, feelings, belieds, motives, and information. If one person does all of the talking and the other all of the listening, a speech to an audience of one, not an interview, is talking place” yang artinya wawancara sebagai sebuah interaksi

yang di dalamnya terdapat pertukaran atau sharing aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif dan informasi. Wawancara bukanlah suatu kegiatan dimana satu orang melakukan atau memulai pembicaraan, sementara yang lain hanya mendengarkan. Wawancara melibatkan komunikasi dua arah antara kedua kubu dan adanya tujuan yang akan dicapai melalui komunikasi tersebut.

Herdiansyah (2015: 187-192) menyebutkan beberapa persyaratan dalam melakukan wawancara kualitatif yaitu penulis harus membangun rapport dengan subjek, mendapatkan trust, memiliki perspektif emik (perspektif yang berasal dari diri subjek), mempunya posisi tawar (penulis tidak bisa seenaknya memaksa subjek untuk melakukan wawancara), dan harus fleksibel. Bentuk-bentuk wawancara dalam penelitian kualitatif terdiri atas tiga benttuk, yaitu:

a. Wawancara Terstruktur, memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Daftar pertanyaan dan ketegori jawaban telah disiapkan

Dalam wawancara terstruktur, daftar pertanyaan sudah tertulis dalam bentuk (form) pertanyaan beserta dengan katagori jawaban yang telah disediakan.

2) Kecepatan wawancara terkendali

Karena jumlah pertanyaan beserta pilihan jawaban sudah tersedia dan kemungkinan jawaban yang akan diperoleh sudah dapat diprediksi, maka waktu dan kecepatan wawancara dapat terkendali.

3) Tidak ada fleksibilitas (pertanyaan atau jawaban)

Fleksibilitas terhadap pertanyaan atau jawaban hamper tidak ada. Pewawancara atau peneliti tidak perlu lagi membuat pertanyaan lain dalam proses wawancara karena semua pertanyaan yang dibuat sudah disimulasikan terlebih dahulu dan biasanya sudah fix ketika turun ke lapangan.

4) Mengikuti pedoman (dalam urutan pertanyaan, penggunaan kata, tidak ada improvisasi)

Pedoman wawancara mencakup serangkaian pertanyaan beserta urutannya yang telah diatur dan disesuaikan dengan alur pembicaraan

5) Tujuan wawancara biasanya untuk mendapatkan penjelasan tentang suatu fenomena.

Wawancara terstruktur biasanya digunakan dalam rangka untuk mendapatkan penjelasan saja dari suatu fenomena atau kejadian dan bukan untuk tujuan memahami fenomena tersebut.

b. Wawancara Semi Terstruktur, memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan 2) Kecepatan wawancara dapat diprediksi

4) Ada pedoman wawancara (guideline interview) yang dijadikan patokan dalam alur, urutan, dan penggunaan kata.

5) Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena c. Wawancara Tidak Terstruktur, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Pertanyaan sangat terbuka, jawabannya lebih luas dan bervariasi 2) Kecepatan wawancara sulit diprediksi

3) Sangat fleksibel (dalam hal pertanyaan atau jawaban)

4) Pedoman wawancara (guideline interview) sangat longgar urutan pertanyaan, penggunaan kata, alur pembicaraan, dan lain sebagainya. 5) Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena

Berdasarkan pendapat para tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat dengan menggunakan alat bantu recording dalam bentuk wawancara terstruktur, semi terstruktur atau tidak terstruktur. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara semi terstruktur dengan menggunakan pedoman yang berupa garis-garis besar permasalahan untuk mengumpulkan data.

Berdasarkan beberapa definisi dari tokoh diatas dapat disimpulkan dokumen adalah metode pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen pribadi subjek seperti ijazah, biografi, surat pernyataan dan media tertulis lainnya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rekaman wawancara, analisis verbatim dan

E. Rancangan Penelitian 1. Persiapan penelitian

Tahap ini adalah tahap yang akan dilakukan penulis sebelum penelitian dilaksanakan, hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pra penelitian adalah: a. Menyusun rancangan penelitian.

Penulis terlebih dahulu menentukan topik permasalahan dengan judul “Coping Stress Pada Istri yang Ditinggal Dinas Suami Bertugas”, kemudian dilanjutkan dengan melakukan pencarian materi yang berkaitan dengan judul tersebut. Penulis kemudian terjun langsung kelapangan untuk observasi mengenai fenomena judul tersebut, selanjutnya menentukan metode yang tepat untuk penelitian ini yaitu menggunakan metode penelitian kualitatif karena dapat mengungkapkan coping stress istri secara mendalam. Setelah mendapatkan hasil observasi dan wawancara, penulis melanjutkan dengan menganalisis data tersebut. b. Memilih lapangan penelitian dan menentukan narasumber.

Berdasarkan fenomena yang penulis peroleh tentang hubungan jarak jauh antara suami istri, akhirnya penulis memilih tiga subjek yang telah menikah lebih dari satu tahun dan telah memiliki anak. Akhirnya diperoleh tiga subjek dari istri TNI, istri Kontraktor dan istri Pelaut.

c. Mengurus perizinan.

Setelah melakukan observasi dari fenomena tersebut, sebelum melanjutkan ke tahap wawancara, penulis terlebih dahulu mengajukan permohonan izin dan persetujuan kepada ketiga subjek, apakah ketiga subjek tersebut berkenan untuk diwawancarai.

d. Menyiapkan perlengkapan penelitian.

1) Pedoman wawancara berupa ringkasan teori yang sudah dikelompokan kedalam tema-tema tertentu. Oleh karena itu, penulis mengembangkan setiap jawaban dari subjek untuk memberikan pertanyaan selanjutnya. 2) Perlengkapan yang dipersiapkan dalam penelitian, yaitu pedoman

wawancara, alat perekam (handphone), dan alat tulis (pena dan kertas).

2. Pelaksanaan penelitian

Pada tahap pelaksanaan penelitian, penulis telah memahami latar-belakang masalah penelitian dan sudah memiliki kedekatan dengan pihak-pihak yang bersangkutan dalam penelitian. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan, observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Dokumen terkait