• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

C. Tipe Kepribadian Ekstrovert

2. Aspek-aspek dari tipe kepribadian ekstrover

Telah dijelaskan sebelumnya, kedua tipe kepribadian introvert dan ekstrovert ini dimiliki oleh setiap individu dan penentuan apakah individu dapat disebut memiliki tipe ekstrovert ataupun introvert didasarkan pada kecenderungan tipe mana yang paling menonjol dan paling tampak dalam pembawaan keseharian individu (dalam Jung, 1953). Individu dengan tipe ekstrovert, dalam kondisi sadar mempunyai orientasi yang sangat dominan pada objek dan objektif data di luar dirinya daripada orientasinya ke dalam dirinya/ proses subjektif yang berada dalam kondisi tak sadarnya, dan pernyataan Jung (1953) ini menekankan bahwa dominasi suatu tipe ditunjukkan pada keaadaan saat individu dalam keadaan sadar (consciousness) yang ditunjukkan dalam beberapa aspek, yaitu:

a. Minat (interest)

Individu dengan sikap ekstrovert selalu menekankan bahwa penilaian objektif mempunyai peran yang lebih besar daripada penilaian subjektif

commit to user

sebagai faktor penentu dalam kesadarannya. Alasan mengapa individu yang ekstravert sangat tertarik dan mempunyai minat pada kondisi objektif di luar dirinya adalah karena, menurut individu pada tipe ini, objek disekitar dirinya memiliki kerja layaknya magnet yang menarik individu untuk lebih condong kearah objektif daripada subjektif ke dalam dirinya. Sebaliknya, bila dibandingkan dengan minat pada individu introvert, individu dengan tipe ekstrovert memiliki anggapan yang tak pernah berubah bahwa subjek adalah pusat dari setiap ketertarikan/ minat. Subjek adalah magnet yang akan merenggut godaan objek di luar dirinya dan menjauhkannya untuk mendekat ke arah subjek/ ke dalam dirinya.

b. Perhatian (attention)

Atensi/ perhatian adalah aspek selektif yang membuat individu mengarahkan proses persepsinya pada sejumlah elemen stimulus yang dipilih dan menyingkirkan elemen stimulus yang mengganggu/ yang lain. Individu ekstrovert mengatur kedudukan bahwa subjek berada dibawah kepentingan objek, dimana objek memiliki perhatian dan nilai yang lebih berkuasa dalam kehidupannya. Kontras dengan perhatian pada individu ekstrovert, individu introvert mengatur diri dan proses psikologis subjektifnya diatas objek dan proses objektifnya, atau dapat dikatakan subjektivitas yang dimiliki selalu berusaha untuk mengandaskan gerak objektivitas, sehingga sikap ini memberikan nilai yang lebih tinggi pada subjek dalam dirinya daripada objek yang berada di luar/ sekeliling dirinya.

commit to user c. Tindakan (action)

Seperti yang telah berkali-kali dijelaskan, bahwa individu ekstrovert meletakkan orientasi pada objek dan fakta objektif di luar dirinya, objek juga merupakan penilaian yang paling berkuasa pada keputusan dan tindakan yang diambil oleh individu pada tipe ini. Tindakan-tindakan yang diambil juga sebagai hasil dari pengaruh hal dan orang-orang disekitar dirinya, dan itu sangat berhubungan dengan kondisi objektif. Meskipun demikian, tindakan objektif yang dilakukan ini tidak semata-mata murni reaktif karena adanya rangsangan lingkungan. Karakter ekstrovert ini sangat konstan terhadap keadaan yang aktual, sehingga pada akhirnya dapat menemukan tindakan yang tepat dan sesuai dalam keterbatasan situasi objektif yang ditangkap.

Dua tipe kontras yang dikemukakan oleh Jung merupakan teori fenomenal yang menginspirasi banyak peneliti untuk mengamati dan menelusuri keberadaan dua sikap yang berbeda ini dalam diri tiap individu. Salah satunya adalah Eysenck, namun tidak seperti Jung yang lebih menekankan pada libido yang masuk atau keluar, Eysenck lebih menekankan pada beragam sifat/ karakteristik yang dibawa oleh tipe kepribadian ekstrovert-introvert (dalam Ewen, 2003). Menurut Eysenck, dkk. (1992), aspek karakteristik yang memberikan kontribusi bagi kemunculan kepribadian ekstrovert adalah sebagai berikut:

a. Active-inactive

Pribadi yang ekstrovert adalah pribadi yang tidak bisa berdiam diri atau hanya merenung dalam suatu jangka waktu yang lama. Individu dengan

commit to user

karakter ini akan selalu mencari kesibukan dan kegiatan. Karakter yang biasanya dilakukan adalah:

1) Individu dengan kepribadian ekstrovert akan selalu bertindak penuh dengan semangat dan selalu berhasrat untuk melakukan kegiatan.

2) Individu yang aktif biasanya memiliki gaya berbicara yang cepat. Hal ini membantu individu untuk menuangkan banyaknya pendapat yang ada di dalam benaknya.

Kebalikan dari ekstrovert yang active adalah individu tipe introvert yang cenderung inactive. Individu ini lebih memilih dan menyukai kegiatan- kegiatan yang tidak menuntut dirinya untuk mengeluarkan energi yang banyak. Individu dengan tipe introvert cenderung memilih kegiatan yang pasif, seperti menjadi pendengar dalam suatu acara, pengamat dalam suatu kegiatan, ataupun penikmat, dan menyukai kegiatan yang tidak menguras tenaga, seperti membaca di tempat yang sepi dan menulis dalam ketenangan. b. Sociable-unsociable

Telah menjadi sebuah tendensi diantara ahli psikologi dan pendidik di Amerika untuk memandang ekstraversi sebagai reinterpretasi dari ranah sikap sosial (social behavior). Ekstraversi selalu didekatkan oleh kemampuan dalam bersosialisasi, sedangkan introversi dipandang sebagai kecenderungan untuk menjauhkan diri dari kontak sosial. Kontras dengan individu bertipe ekstrovert yang suka bersosialisasi, individu introvert tidak begitu memiliki kemampuan untuk mencairkan suasana disekelilingnya, namun hal ini bukan

commit to user

berarti individu introvert tidak melakukan sosialisasi dengan lingkungannya. Individu bertipe introvert memang kurang menyukai berkumpul dengan teman-temannya dan lebih suka merenung dan berpikir, namun bukan berarti individu ini sama sekali tidak berinteraksi dengan yang lain.

c. Assertive-unassertive

Individu dengan tipe ekstravert memiliki sikap yang asertif. Sikap asertif adalah sikap tegas yang dimiliki seseorang agar daya otonomi terhadap dirinya sendiri dapat berjalan optimal sehingga tidak terus tunduk kepada intimidasi di dunia sekitar. Sikap ini mengarah pada:

1) Individu ini mampu menjadi pemimpin bagi dirinya untuk membuat suatu keputusan sendiri mengenai suatu hal mengenai dirinya tanpa merasa terbebani akan pendapat atau tekanan dari sekitarnya.

2) Sikap asertif juga ditunjukkan dengan kesediaan seseorang untuk terbuka dengan tantangan yang ada disekitarnya.

3) Sikap asertif ini juga akan mengarahkan individu untuk selalu memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri.

4) Individu yang asertif tidak akan ragu untuk mengekspresikan apa yang dirasakan dan diinginkan kepada lingkungannya.

Tidak seperti individu ekstrovert yang mampu mengutarakan apa yang telah menjadi prinsip hidupnya, individu introvert cenderung kurang dapat asertif untuk menunjukkan ke sekitarnya akan apa sebenarnya yang diinginkan dan dirasakan, sehingga sering ditemukan sikap yang cenderung

commit to user

tidak mandiri, pengaruhnya lemah terhadap yang lain, dan tidak begitu menuntut atas hak-hak yang seharusnya diterima.

d. Expressive-inhibited

Bila dikaitkan dengan tipe kepribadian ekstrovert-introvert, individu bertipe ekstrovert cenderung untuk dapat melepaskan emosinya ke setiap perilaku, perkataan, dan mimik wajahnya dengan bebas. Individu yang ekspresif, sesungguhnya melibatkan ekspresi emosi yang dimilikinya dengan emosi komunikasi nonverbal sebagai petunjuknya, dan tentu saja dalam kesesuaian konteks dan situasi sosial. Proses inilah yang membuat individu dengan sikap ekstrovert mudah untuk ekspresif, karena pandangannya yang objektif ke lingkungannya.

Hal ini tidak seperti individu dengan tipe introvert yang cenderung segan untuk melepaskan ekspresinya (inhibited). Menurut Eysenck (1998), individu yang introvert menunjukkan derajat yang lebih tinggi dalam aktivitas otaknya (cerebral activity), sedangkan individu yang ekstrovert menunjukkan derajat yang lebih tinggi dalam aktivitas perilakunya (behavioral activity). Hal inilah yang membuat individu introvert lebih akan berpikir dua kali untuk melepaskan ekspresinya daripada individu ekstrovert yang lebih bebas dan spontan.

e. Dogmatic-flexible

Individu dengan kepribadian ekstrovert cenderung untuk memiliki karakter seperti ini, karena spontanitas dan kurang mampunya dalam

commit to user

merenungkan kembali suatu hal. Dogmatis merupakan kecenderungan untuk memiliki keyakinan yang pasti dan dipegang teguh, didasarkan kepada otoritas dan menerima secara independen fakta-fakta dan dukungan empiris lainnya, namun pandangan yang dipegang tidak menggunakan pembuktian, sehingga amat besar kemungkinannya untuk mengalami kesalahan dalam membuat suatu kesimpulan.

Sikap dogmatis yang dimiliki oleh individu dengan tipe ekstrovert ini berkebalikan dengan sikap fleksibel pada individu introvert. Individu dengan kepribadian introvert akan memikirkan kembali tentang kebenaran ataupun kesalahan dari pendapat yang telah diambil, akan tetap berkompromi dengan pihak yang tidak setuju dengan pendapatnya, dan akan mudah berhenti saat terjadi perdebatan yang alot dengan orang lain.

f. Aggression-peaceful

Menurut Eysenck, individu dengan tipe ekstrovert tidak selalu dapat dipercaya dan terkadang mudah marah. Perilaku agresi ini ditunjukkan oleh individu dengan tipe ekstrovert, seperti mengekspresikan kemarahan baik secara langsung maupun tak langsung, sering mengeluarkan pendapat dengan kasar, dan cenderung melakukan sindiran tajam/ cemoohan. Meskipun tak bisa dipungkiri kombinasi dari perilaku agresif dan kemauan yang tinggi merupakan realisasi ideal dari individu yang kuat dalam mengahadapi persaingan.

commit to user

Kebalikan dari karakter agresif yang dimiliki oleh individu dengan tipe ekstrovert, individu dengan tipe introvert cenderung untuk jarang marah dan memilih menghindar dari konflik personal. Karakter ini dapat diterima secara positif sebagai anggapan karena individu tersebut lebih memilih menggunakan rasa empati dan pengertian antara satu sama lain saat peristiwa agresivitas datang, atau malah dapat dipandang dari sisi negatinya, yaitu individu tidak memiliki kepercayaan dan kekuasaan kendali atas dirinya sendiri terhadap apa yang dimiliki dan diinginkan.

g. Ambitious-unambitious

Perilaku ambisius merupakan aspek perilaku yang dimiliki oleh tipe kepribadian ekstrovert. Tujuan dari perilaku ambisius individu dalam lingkup ekstraversi ini adalah untuk meningkatkan kedudukan sosialnya dan nilai dalam produktivitasnya dalam meraih apa yang diinginkan. Individu ekstrovert ini sangat berambisi, pekerja keras, dan kompetitif. Tujuan hidupnya adalah keinginan yang sangat untuk dapat berusaha sekeras mungkin dalam meraih semua yang dicita-citakannya. Kebalikan dari individu tipe ekstrovert yang ambisius, individu tipe introvert cenderung memiliki perilaku yang unambitious. Individu tipe introvert akan menempatkan nilai harapan kecil dalam performansinya yang kompetitif, cenderung malu-malu, tak mempunyai tujuan. Kecenderuangn tersebut dapat terjadi karena perasaan asing terhadap tujuan demi kekuasaan sosial, atau bahkan tidak memiliki identitas diri dan visi yang jelas untuk masa depannya.

commit to user

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, menurut Jung (1953), aspek tipe kepribadian ekstrovert individu dibagi menjadi tiga, yaitu aspek minat, aspek perhatian, dan aspek tindakan. Tiga aspek tipe kepribadian ekstrovert yang dikemukakan oleh Jung tersebut, diperdalam oleh Eysenck (1992), yang lebih menekankan pada beragam sifat/ karakteristik yang dibawa oleh tipe kepribadian ekstrovert-introvert, pada tipe kepribadian ekstrovert, aspek-aspek yang ditegakkan yaitu aspek aktif yang menjelaskan bahwa individu dengan kepribadian ekstrovert akan selalu mencari kesibukan dan kegiatan, aspek sosial yang menekankan kemampuan individu ekstrovert dalam bersosialisasi, aspek asertif yang memastikan agar daya otonomi terhadap dirinya dapat berjalan optimal, aspek ekspresif yang cenderung untuk melepaskan emosinya dengan bebas, aspek dogmatis yang memiliki kecenderungan dalam menyatakan opini secara arogan, aspek agresi yang menyatakan dimana individu dengan tipe kepribadian ekstrovert cenderung sulit untuk mengendalikan ledakan emosionalnya, dan aspek ambisius yang bertujuan meningkatkan kedudukan sosialnya dan nilai dalam produktiivtasnya dalam meraih apa yang diinginkan. Melalui perkembangan dan pendalaman yang telah dilakukan, peneliti memutuskan untuk menggunakan tujuh aspek yang ditegakkan oleh Eysenck, dkk (1992), yang dirujuk melalui tiga aspek tipe kepribadian ekstrovert yang diusung terlebih dahulu oleh Jung (1953).

commit to user

Dokumen terkait