• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Fear of Missing Out

2. Aspek-Aspek Fear of Missing Out

Przybylski, Murayama, DeHaan dan Gladwell (2013) mengatakan Fear of Missing Out memiliki dua aspek yaitu:

a. Kebutuhan psikologis akan relatedness yang tidak terpenuhi

Relatedness adalah kebutuhan individu untuk dapat merasakan suatu hubungan atau kedekatan dengan orang lain dimana kondisi tersebut memiliki hubungan yang hangat dan peduli yang dapat memuaskan kebutuhan individu sehingga memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan orang yang lain yang dianggap penting dan kompeten dalam sosialnya. Apabila kebutuhan psikologis akan relatedness tidak terpenuhi akan menimbulkan suatu kecemasan. Yang pertama kecemasan fisik yaitu perasaan gelisah dan gugup, yang kedua kecemasan behavioral yaitu perilaku melekat dan dependen dengan orang lain dan yang ketiga kecemasan kognitif yaitu kekhawatiran dan ketakutan (Nevid, Rathus &

Greene, 2005). Selain itu, individu akans mencoba mencari tahu pengalaman dan apa yang dilakukan oleh orang lain salah satunya melalui media sosial.

b. Kebutuhan psikologis akan self yang tidak terpenuhi

Kebutuhan psikologis akan self berkaitan dengan Competence dan Autonomy. Competence adalah keinginan individu untuk merasa efektif dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Apabila competence individu tidak terpenuhi maka akan menimbulkan kurangnya umpan balik interaksi di lingkungannya dan kurang optimal dalam menghadapi tantangan di

lingkungan. Sedangkan Autonomy bermakna bahwa individu bebas mengintegrasikan tindakan yang dijalankan dengan diri sendiri tanpa terikat atau mendapat kontrol dari orang lain. Apabila autonomy individu tidak terpenuhi maka akan membuat individu kurang mampu menentukan pilihan, kurangnya pengakuan perasaan dalam lingkungan dan adanya suatu keinginan yang dipaksakan oleh orang lain (Ryan & Deci 2000).

Sehingga ketika individu tidak memenuhi kebutuhan self individu akan menyalurkannya melalui media sosial untuk memperoleh berbagai macam informasi dan berhubungan dengan orang lain.

Sementara menurut JWT Intellegence (dalam Irwandila, 2021) mengatakan Fear of Missing out (FoMO) memiliki tiga aspek diantaranya adalah:

a. Perasaan takut kehilangan informasi terbaru yang ada dalam internet.

Perasaan takut tersebut akan muncul apabila seseorang tidak mendapatkan informasi yang sedang viral dalam media sosial.

b. Perasaan gelisah ketika tidak menggunakan internet sedangkan orang lain menggunakannya.

Perasaan gelisah tersebut timbul apabila seseorang mengalami fear of missing out sehingga berkeinginan untuk tidak ketinggalan apapun dari orang lain.

c. Perasaan tidak aman karena tertinggal informasi di internet.

Perasaan ini seseorang berkeinginan untuk selalu terhubung dengan media sosial sehingga akan menimbul rasa nyaman saat sudah

terhubung dengan media sosial dan merasa cemas saat tidak terhubung dengan media sosial.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti merujuk ke aspek Przybylski, Murayama, DeHaan dan Gladwell (2013) yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis akan relatedness dan self. Alasan peneliti memeilih aspek tersebut yaitu karna aspek tersebut sudah sering digunakan pada peneliti terdahulu, selain itu aspek ini juga sesuai dengan konteks yang akan di teliti oleh peneliti.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fear of Missing Out

JWT Intelegence (2011) mengemukakan Fear of Missing Out memiliki lima faktor diantaranya:

a. Keterbukaan informasi di media sosial

Media sosial, gadget merupakan suatu fitur pemberitahuan mengenai informasi seseorang baik informasi yang real-time, obrolan terhangat, gambar dan video terbaru yang dilakukan dengan cara memamerkannya secara terbuka kedalam media sosial, keterbukaan tersebut dapat mengubah kultur budaya masyarakat yang awalnya bersifat tertutup menjadi budaya yang lebih terbuka.

b. Social one-upmanship

Social one-upmanship merupakan suatu perilaku dimana indivu tersebut berusaha melakukan suatu tindakan seperti perbuatan, perkataan atau hal lain yang dapat membutikan bahwa dirinya lebih hebat atau superior dari orang lain sehingga individu tersebut memamerkan tentang

dirinya melalui media sosial tindakan tersebut dapat menjadi salah satu pemicu muculnya Fear of Missing Out.

c. Peristiwa yang disebarkan melalui fitur hashtag (#)

Media memiliki fitur hashtag (#) yang bertujuan untuk memberitahukan peristiwa yang sedang terjadi saat ini. Misalnya, pada saat Reuni18 (Reuni Angkatan 2018) yang dilakukan di tepi pantai. Ketika saat bersamaan banyak pengguna media sosial memamerkan aktivitasnya denga menuliskan #Reuni18, maka peristiwa hashtag tersebut akan menjadi topik pertama yang diperbincangkan didalam media sosial, hal tersebut akan menjadi viral dikalangan pengguna media sosial. Dengan demikian, bagi indivu yang tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut akan merasa tertinggal.

d. Kondisi deprivasi relatif

Kondisi deprivasi relatif merupakan suatu keadaan yang menggambarkan perasaan tidak puas dan missing out dengan apa yang dia miliki dan membandingkan dirinya dengan orang lain. Perasaan tersebut muncul ketika indivu selalu membandingkan kondisi dirinya dengan pengguna media sosial lainnya.

e. Banyak stimulus untuk mengetahui suatu informasi

Di zaman yang serba digital ini memudahkan individu untuk mendapat topik-topik yang menarik tanpa adanya usaha keras untuk mendapatkannya salah satunya bisa melalui media sosial sehingga dapat memunculkan stimulus keingintahuan individu untuk tetap mengikuti

perkembangan terkini. Hal tersebut dapat memunculnya Fear of Missing Out.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan faktor- faktor yang dapat mempengaruhi Fear of Missing Out (FoMO) diantaranya: Keterbukaan informasi di media sosial, Social one- upmanship, Peristiwa yang disebarkan melalui fitur hashtag (#), Kondisi deprivasi relatif dan Banyak stimulus untuk mengetahui suatu informasi.

C. Hubungan Antara Fear of Missing Out Dengan Kesejahteran Psikologis

Fear of Missing Out merupakan ketakutan individu tidak dapat ikut serta atau mengetahui pengalaman berharga dari orang lain sehingga mendorong individu tersebut untuk selalu terhubung secara terus menerus dan mengikuti berita terbaru tentang segala sesuatu yang dilakukan orang lain (Przybylski, Murayama, Dehaan, & Gladwell, 2013).

Fear of Missing Out menjadi salah faktor yang menyebabkan rendahnya kesejahteraan psikologis seseorang (Przybylski, Murayama, DeHaan, & Gladwell, 2013). Hal ini sejalan dengan pendapat Beyens, Frison dan Eggermont (2016) mengatakan Individu dengan tingkat Fear of Missing Out (FoMO) tinggi cenderung memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki FoMO atau hanya memiliki tingkat FoMO yang rendah sehingga Fear of Missing Out menjadi tanda bahwa kesejahteraan psikologis seseorang cenderung negatif. Perasaan takut, cemas, serta khawatir yang dihasilkan karena

adanya FoMO membuat individu tidak mampu untuk menguasai lingkungan, menjalin relasi positif dengan orang lain, dan penerimaan diri yang rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Judithya Anggita Savitri, penelitian ini menunjukkan bahwa Fear of Missing Out dapat menjadi prediktor kesejahteraan psikologis pada individu emerging adulthood pengguna me dia sosial. Hal ini berarti hipotesis yang berbunyi fear of missing out memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan psikologis pengguna media sosial di usia emerging adulthood terbukti. semakin tinggi tingkat fear of missing out maka semakin rendah tingkat kesejahteraan psikologis pada individu emerging adult pengguna media sosial. Sebaliknya, semakin rendah tingkat fear of missing out maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan psikologis pada individu emerging adult pengguna media sosial (Savitri, 2019).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi fear of missing out (fomo) maka semakin rendah kesejahteraan psikologis individu dan sebaliknya semakin rendah fear of missing out (fomo) maka semakin tinggi kesejahteraan psikologis individu tersebut.

variabel bebas (x) Variabel terikat (y)

Fear of Missing Out Kesejahteraan

Psikologis Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Fear of Missing Out (FoMO) Terhadap Kesejahteraan Psikologis

D. Hipotesis

Peneliti mengajukan hipotesis penelitian bahwa adanya hubungan negatif antara fear of missing out (fomo) dengan kesejahteraan psikologis pada mahasiswa pengguna media sosial di UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Semakin tinggi Fear of Missing Out (FoMO) maka semakin rendah kesejahteraan psikologis sebaliknya semakin rendah Fear of Missing Out (FoMO) maka semakin tinggi kesejahteraan psikologis pada mahasiswa pengguna media sosial.

Dokumen terkait