• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum

4.1.1 Aspek Biofisik

a. Letak Geografis dan Batas Administrasi

Studi perencanaan lanskap kawasan wisata tambak ini dilakukan di kawasan pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Luas keseluruhan dari kecamatan tersebut adalah 22.419 ha. Secara geografis Kabupaten Pesawaran terletak antara 105.00o-105.20o Bujur Timur dan antara 5.10o– 5.50o Lintang Selatan.

Secara administratif Kecamatan Punduh Pidada memiliki 21 kelurahan. Batas wilayah dari pesisir Kabupaten Pesawaran (Kecamatan Padang Cermin dan Kecamatan Punduh Pidada) meliputi:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Way Lima, Kecamatan Gedong Tataan, dan Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran. Serta berbatasan dengan Kota Bandar Lampung

b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pardasuka dan Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus

c. Sebelah Timur berbatasan dengan perairan Teluk Lampung d. Sebelah Selatan berbatasan dengan perairan Teluk Lampung

b. Iklim

Kabupaten Pesawaran

Kabupaten Pesawaran merupakan daerah tropis, dengan curah hujan pada tahun 2010 rata-rata 231,9 mm/bulan dan rata-rata jumlah hari hujan 16,7 hari/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi di Bulan Februari dengan curah hujan 363,6 mm. Curah hujan setiap bulan pada tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 18. Rata-rata temperaturnya adalah 26,7oC. Dan rata-rata kelembaban adalah antara 83,2 %. Suhu rata-rata dan kelembaban relatif setiap bulan pada Tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17. Sedangkan rata-rata tekanan udara minimal dan maksimal di Kabupaten Pesawaran masing-masing adalah 1.011,51 mb dan 1.015,52 mb. Kecepatan angin maksimum di Kabupaten Pesawaran yaitu 2,56 knot, dan kecepatan angin minimum di Kabupaten Pesawaran yaitu 1,69 knot.

Gambar 16. Suhu Rata-Rata Kabupaten Pesawaran Setiap Bulan Tahun 2010

25 25.5 26 26.5 27 27.5 28 Suhu Rata-Rata Tahun 2010 o C

Gambar 17. Kelembaban Relatif Kabupaten Pesawaran Setiap Bulan Pada Tahun 2010

Gambar 18. Curah Hujan Kabupaten Pesawaran Setiap Bulan pada Tahun 2010

Kawasan Pesisir Kabupaten Pesawaran

Di wilayah pesisir Kabupaten Pesawaran tiupan angin dengan kecepatan rata-rata 5.83 km/jam dapat menjadi dua arah setiap tahunnya yaitu; pada bulan November s/d Maret angin bertiup dari arah Barat dan Barat Laut. Pada bulan April sampai dengan Oktober angin bertiup dari arah Timur hingga Tenggara. Temperatur udara berkisar antara 26º-30º C pada daerah dengan ketinggian 20-60 m dpl, sedangkan temperatur maksimal dapat mencapai 33º C. Kelembaban udara

74 76 78 80 82 84 86 88 Kelembaban Relatif Tahun 2010 0 50 100 150 200 250 300 350 400 Curah Hujan Tahun 2010 mm/bulan %

pada berkisar antara 80%-88% sedangkan curah hujan antara 1.750-2.250 mm/tahun.

Pesisir Kabupaten Pesawaran juga dipengaruhi oleh pergantian pusat tekanan tinggi dan tekanan rendah di Asia dan Australia yang berlangsung pada bulan Januari dan Juli. Akibat pengaruh angin muson wilayah pesisir tidak mengalami musim peralihan (pancaroba) diantara musim kemarau dan musim penghujan. Musim hujan terjadi antara bulan Desember-Maret akan tetapi cenderung berfluktuasi. Puncak curah hujan tertinggi pada bulan Maret yaitu sebanyak 2.559 mm. Musim kemarau terjadi pada bulan April-November dengan puncak hujan terendah terjadi pada bulan November yang tidak turun hujan sama sekali.

c. Topografi

Kecamatan Punduh Pidada memiliki topografi yang bervariasi dari yang landai hingga curam. Sebagian besar topografi Kecamatan Punduh Pidada memiliki kemiringan lereng 16-40 %. Daerah pesisir pantai (sebelah timur) memiliki topografi cukup curam. Sedangkan semakin ke barat topografi relatif landai. Wilayah dengan kelerengan <8 % hanya sedikit, terdapat di beberapa daerah Desa Bawang Kecamatan Punduh Pidada. Topografi wilayah pesisir terdiri atas dataran rendah yang dimulai dari garis pantai sampai ke pegunungan (0-500 mdpl) serta dataran tinggi (1.000-1.500 mdpl). Daerah pesisir berada pada ketinggian 0-50 maml (atas muka laut).

d. Geologi dan Jenis Tanah

Satuan geologi lingkungan kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran termasuk dalam satuan geologi lingkungan Teluk Lampung yang dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 5. Jenis geologi lingkungan tersebut terdapat 5 jenis seperti GL1, GL2, GL3, GL4, dan GL5. Perbedaan utama diantara kelima geologi lingkungan tersebut terletak pada morfologi, litologi, jenis pantai, karakteristik, sifat fisik, proses geologi, air tanah, dan kegempaan.

Tabel 5. Satuan Geologi Lingkungan Pesisir Teluk Lampung Satuan

Geologi Lingkungan

GL-1 GL-2 GL-3 GL-4 GL-5

Morfologi Pedataran rendah, kemiringan lereng 0-30 %, sungai bermeander, terdapat muara sungai dan tanjung

Pedataran rendah Kaki perbukitan, kemiringan lereng 3-25 % Kaki Gunung Tanggamus Pedataran rendah Litologi Aluvium, lempung, lanau, pasir tufaan di sekitar muara sungai. Endapan rawa: Lumpur, lanau dan pasir, batu pasir sisipan, batu lempung Aluvium, kerikil-kerikil, lempung dan sisa organisme laut Batuan tersier, breksi gunung api, dasitik, lava, tufa, andasitik Batuan quarter, breksi lava, tufa, andesik, basalitik Tufa, batu apung, batu lempung, batu pasir, setempat batu gamping, koral

Jenis Pantai Relief rendah, melengkung halus

Relief rendah Relief tinggi Relief tinggi-rendah

Relief rendah

Karakter-istik

Endapan lumpur, pasir lanau, terda-pat koral Pasir pantai, pecahan sisa organisme laut, setempat berlumpur Pasir kerikil-kerakal, bongka, batuan dasar Pasir kerikil-kerakal, bongkah batuan dasar, setempat pecahan koral

Pasir pantai dan lumpur, setempat bongkah batuan

Sifat Fisik Lumpur, lembek, daya dukung lemah

Pasir pantai, putih kekuningan, halus-kasar, daya dukung rendah Breksi berbongkah, daya dukung sedang-tinggi Daya dukung sedang Pasir, putih kekuningan, daya dukung rendah Proses Geologi Sedimentasi di muara sungai, gosong pasir di pantai Sedimentasi di muara sungai dan abrasi Runtuhan bongkah di tebing-tebing pantai Runtuhan tanah/ batuan di tebing–tebing pantai Sedimentasi dari sungai

Air Tanah Akuifer produktif sedang, intrusi air asin

Akuifer produksi sedang, muka air tanah 0-1 m dan dibawah muka tanah setempat payau tawar Setempat akuifer produktif, muka air tanah 1-3 m di bawah muka setempat, tawar Air tanah produktif dari pegunungan Setempat akuifer produktif

Kegempaan Daerah dengan resiko sedang Daerah dengan resiko sedang Resiko agak tinggi Resiko agak tinggi Resiko agak tinggi

Jenis litologi/batuan di Kawasan Pesisir Kabupaten Pesawaran secara berurutan dari tua ke muda beserta kandungannya yang bernilai ekonomis, adalah sebagai berikut:

1. Batuan Intrusi (Tm)

Tersusun oleh batuan beku intrusi dari granit dan dasit. Singkapan batuan intrusi ini dijumpai disekitar bukit batu suluh.

2. Komplek Gunung Kasih (Pzg)

Terdiri dari Sekis, Gneiss, Kuarsit, dan lensa-lensa marmer. Di wilayah studi batuan-batuan penyusun Komplek Gunung Kasih ini dijumpai di sekitar Panjang dan Gebang membentuk morfologi perbukitan/bergelombang. Formasi ini mengandung mineral logam yang bernilai ekonomis yaitu adanya Sulfida Cu-Pb-Zn dan endapan besi masiv (hematit dan magnetit). Adanya lensa-lensa batu pualam/marmer juga sudah ditambang secara luas oleh masyarakat.

3. Formasi Menanga (Km)

Terdiri dari perselingan antara serpih gampingan, batu lempung dan batu pasir dengan sisipan rijang dan batu gamping. Batuan-batuan ini dijumpai di sekitar Menanga (Padang Cermin).

4. Formasi Hulusimpang (Tmoh)

Terdiri dari breksi gunung api, lava, tuf bersusunan andesitik-basal, terubah, berurat kuarsa dan bermineral sulfida. Formasi ini dijumpai pada morfologi perbukitan sekitar Kecamatan Punduh Pidada.

5. Formasi Tarahan (Tpot)

Pelamparan Formasi ini di daerah studi cukup luas, disebelah timur terdapat di daerah sekitar Way Lunik, Bukit Kunyit, sedang di bagian barat, dijumpai di sekitar Sukamaju, Keteguhan terus ke Lempasing dan P.Pasaran. jenis batuannya terdiri dari Tufa padu, Breksi dengan sisipan tufit. Di tempat lain oleh proses hidrothermal dan breksiasi, formasi batuan ini memungkinkan untuk dijumpainya urat-urat yang mengandung emas. Di wilayah studi

kelompok batuan ini di tambang untuk material bahan bangunan, seperti jalan, material urugan, split dan lain-lain.

6. Endapan Gunung Api Muda (Qhv)

Endapan gunung api muda ini tersusun oleh lava (andesit-basalt), breksi dan tufa, dijumpai di sekitar Kupang, Pahoman, Sumur Batu terus ke arah barat utara. Hasil lapukan batuan ini biasanya sebagai bahan untuk membuat bata dan genting.

7. Endapan Alluvial (Qa)

Endapan alluvial ini menempati daerah datar sepanjang pantai, terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung dan gambut.

e. Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan di kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran cukup bervariasi. Luas lahan yang digunakan untuk tambak pada tahun 2010 adalah 640,25 ha dari potensi 835 ha, tambak yang banyak berkembang di Kabupaten Pesawaran adalah tambak udang jenis Vaname. Sebagian besar dari tambak tersebut berada di Kecamatan Punduh Pidada yaitu seluas 332,45 ha. Selain tambak udang juga ada tambak rumput laut, rakit mutiara serta keramba jaring apung, namun tidak mendominasi (Dinas Kelautan dan Perikanan).

Kondisi topografi wilayah daratan dan pesisir yang terlindung dari ombak besar serta kondisi kualitas air yang baik merupakan kekuatan wilayah pesisir dalam pengembangan kegiatan perikanan budidaya seperti budidaya tambak. Oleh sebab itu penggunaan lahan yang dominan di kawasan Pesisir Kabupaten Pesawaran adalah sebagai tambak seperti yang terlihat pada Gambar 24. Selain itu sisanya digunakan untuk pariwisata, bangunan/rumah, latihan pasukan TNI, ladang, kolam/empang, perkebunan, hutan rakyat, dan sawah. Tempat latihan pasukan TNI ini berada tepat di pesisir pantai dan berada di tepi jalan (Gambar 25), serta memiliki area yang cukup luas. Meskipun berada di pesisir pantai sebagian masyarakat Kecamatan Punduh Pidada bermata pencaharian petani, sehingga di Kecamatan Punduh Pidada banyak ditemui lahan sawah (Gambar 26).

Gambar 24. Penggunaan Lahan sebagai Tambak

Gambar 25. Tempat Latihan TNI

Kepemilikan lahan tambak sebagian besar dimiliki oleh penduduk non-lokal, hal ini menyebabkan banyak tambak yang sudah tidak digunakan terbengkalai seperti terlihat pada Gambar 27. Sebagian besar penduduk menjual lahannya kepada perusahaan tambak atau memanfaatkannya sebagai kebun. Penggunaan lahan sebagai perkebunan yang paling tinggi adalah perkebunan kelapa dalam, kelapa sawit, kakao, dan kopi. Perkebunan tersebut banyak yang dikelola oleh perusahaan, namun ada pula yang dikelola oleh warga, salah satunya adalah kakao. Di sepanjang jalan Kecamatan Punduh Pidada banyak ditemui perkebunan kakao dan kelapa dalam (Gambar 28).

Gambar 27. Tambak yang Terbengkalai di Desa Sukarame

Pemanfaatan untuk pengembangan pariwisata juga cukup tinggi, wisata pantai yang ada di Kabupaten Pesawaran diantaranya pantai Mutun Town Beach (Gambar 29), Pantai Mutun Haruna Jaya, Pantai Sekar Wana, Pantan Quin Arta, Pantai Ringgung Haruna, Pantai Tangkil, dan lainnya. Penggunaan lahan yang paling dominan adalah untuk tambak dan juga pariwisata. Hal ini sesuai dengan visi Kabupaten Pesawaran yaitu pengembangan di bidang pariwisata dan budidaya.

f. Hidro-oceanografi

Kecamatan Punduh Pidada memiliki 5 sungai yaitu Sungai Way Bawang, Way Punduh, Way Sanggi, Way Pidada, dan Way Batu Raja. Beberapa sungai yang cukup besar yang bermuara di Teluk Lampung, diantaranya adalah Way Ratai, Way Sabu, Way Pedada, dan Way Punduh. Pada umumnya sungai-sungai tersebut memiliki lembah yang sempit dan terjal, dengan aliran sungai bersifat musiman, fluktuasi debit aliran tergantung musim, pada musim hujan aliran besar dan keruh sedangkan dimusim kemarau kecil dan jernih. Wilayah teluk dibatasi oleh morfologi perbukitan, sehingga sungai-sungai yang bermuara di Teluk Lampung relatif adalah sungai yang pendek dengan daerah aliran sungai yang sempit.

Kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran termasuk dalam kawasan perairan Teluk Lampung. Tipe pasang surut ganda. Pasang surut campuran dengan dominasi ganda ini merupakan pengaruh dari Lautan Hindia yang berada di sebelah selatan dan barat. Pasang surut ganda terjadi dua kali pasang dan dua kali surut terjadi secara berurutan secara teratur, periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Kisaran tinggi pasang surut rata-rata mencapai 176 cm. Pasang surut ini cocok untuk pengembangan tambak, pasang surut yang baik untuk tambak adalah 1-2 meter. Kisaran pasang surut yang besar terjadi pada saat pasang surut purnama, sedangkan kisaran pasang surut yang kecil terjadi pada saat pasang surut perbani. Pada bulan Mei-September kecepatan arus di perairan Teluk Lampung 8 cm/detik, dengan tinggi gelombang <1 m. sedangkan pada bulan Oktober-April kecepatan arus rata-rata mencapai 80 cm/det, dengan tinggi gelombang 1-2 m.

Berdasarkan hasil penelitian CRMP (1999) diketahui bahwa parameter suhu, salinitas, pH, kecerahan, kekeruhan, kandungan minyak, Cu dan coliform di Pesisir Pesawaran masih tergolong memenuhi syarat standar baku mutu untuk pariwisata dan rekreasi ataupun budidaya perikanan dan biota laut. Sebaliknya COD dan kandungan Cd sudah berada di luar batas yang diperbolehkan untuk kegiatan yang sama; sedangkan BOD, DO, Cr, Pb dan padatan tersuspensi masih memenuhi syarat untuk tujuan rekreasi maupun budidaya di beberapa tempat,

tetapi sudah berada di luar batas yang diperbolehkan. Kualitas perairan Teluk Lampung dapat dilihat lebih lengkap pada Tabel 6. Kualitas air di kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran masih tergolong baik. Hal ini mendukung dalam pengembangan usaha budidaya terutama budidaya tambak udang dan budidaya kerapu. Pada beberapa lokasi seperti daerah Punduh Pidada di sekitar area tambak, kondisi kualitas air sudah menunjukkan adanya penurunan kondisi kualitas air. Hal ini disebabkan karena adanya limbah produksi dari tambak (Rencana Strategis 2011). Hal ini sesuai dengan pengamatan pada tapak, bahwa sudah banyak penduduk pesisir yang meminum air kemasan dikarenakan air sumur yang sebelumnya biasa mereka pakai telah tercemar baik kandungan kimianya maupun biologi. Hal ini banyak terjadi di rumah penduduk yang dekat dengan tambak. Selain itu tambak juga menyebabkan pencemaran udara, udara menjadi berbau saat pemanenan. Selain itu juga di Kawasan Pesisir Kabupaten Pesawaran sudah banyak terjadi intrusi laut.

Tabel 6. Nilai Konsentrasi Parameter Kualitas Perairan di Teluk Lampung

No Parameter Satuan Kisaran a) Baku Mutu b)

1. Suhu oC 28,0-31,5 Alami

2. Salinitas Ppt 22,8-23,5 Alami (±10 %)

3. Ph - 7,96-8,22 6,5-8,5

4. Pembacaan Seichi Disk M 1,13-7,55 >3

5. Kekeruhan NTU 1,61-3,37 <3 6. Oksigen terlarut mg/l 3,2-6,2 >4 7. BOD5 mg/l 10-40 <40 8. COD mg/l 398-123 <40 9. Minyak (Lapisan) mg/l - - 10. Koliform mg/l 0-700 <1000 11. TSS 10-34 <23 12. Logam Berat mg/l -Hg mg/l <0,001-0,104 <0,003 -Cr mg/l 0,009-0,054 <0,01 -Pb mg/l 0,019-0,069 <0,01 -Cu mg/l 0,013-0,031 <0,06 -Cd mg/l 0,024-0,044 <0,01 Keterangan : a)

Hasil analisis Wiryawan et al (1999)

b)

Baku Mutu : Kep-02/Men-KLH/1988

g. Vegetasidan Satwa

Di wilayah pesisir Teluk Lampung, termasuk pesisir Kabupaten Pesawaran terdapat 27 jenis mangrove dan termasuk dalam 17 marga. Di

Kecamatan Punduh Pidada sendiri ditemukan 12 jenis tanaman mangrove. Secara umum yang dijumpai adalah Rhizopora spp. dengan ketebalan 100 m. Di desa Durian Kecamatan Padang Cermin, komoditas mangrove terdiri dari beberapa spesies (multi spesies) yang didominasi oleh spesies Rhizophora mucronata. INV berkisar antara 236 hingga 249 dengan kerapatan berkisara antara 188 ind/ha hingga 530 ind/ha.

Ketebalan mangrove antara 1 dan 1,5 m. Di Desa Sidodadi Kecamatan Padang Cermin tipe vegetasi konsesi dengan jenis Rhizophora mucronata sebagai jenis yang dominan dan memiliki INV sebesar 300. Kerapatan individu di daerah ini sebesar 900 ind/ha, dan dengan potensi lahan sebesar 754,70 m²/ha. Komoditas mangrove memiliki ketebalan sekitar 4 km (Atlas Sumberdaya Pesisir, 2002).

Sebagian besar mangrove di Lampung didominasi oleh Api-api (Avicennia alba dan Avicennia marina) pada lahan yang baru terbentuk, ditunjang oleh buta-buta (Bruguiera parvifloradan Excoecaria agallocha) yang lazim dijumpai di daerah muara. Agak ke hulu dijumpai nipah (Nypa fruticans) , pedada (Sonneratia caseolaris), dan Xylocarpus granatum yang menunjukkan adanya pengaruh air tawar. Beberapa jenis mangrove lainnya yang ditemukan seperti Rhizophora apiculata, Avicennia marina, Bruguiera silindrica, Excoearia agallocha, Hibiscus tiliaceus, jeruju (Achanthus ilicifolius), basang siap (Finlaysonia maritima), dan nipah (Nypa fruticans). Beberapa jenis mangrove yang ada di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada Gambar 31 dan Gambar 32.

Gambar 32. Pohon Bakau di Pinggir Pantai

Pantai sekitar Teluk Lampung mengalami degradasi dan kohesi lebih besar lagi karena dampak urbanisasi. Kawasan yang semula merupakan hutan mangrove telah berubah menjadi tambak udang. Berdasarkan hasil lokakarya pada tahun 2010 yang dilakukan oleh LSM Mitra Bentala, terdapat 75% kawasan mangrove beralih fungsi menjadi tambak. Berdasarkan pengamatan dan beberapa wawancara di tapak, penduduk sekitar menyebutkan bahwa jumlah mangrove yang beralih fungsi menjadi tambak sangat tinggi. Hal ini membuat penduduk di kawasan pesisir, menjadi khawatir karena dengan menghilangnya mangrove maka wabah malaria akan menyerang. Mangrove merupakan sarang dari nyamuk malaria. Beberapa tanaman mangrove yang tersisa pun banyak yang rusak karena kegiatan tambak yang tidak memperhatikan keberadaan mangrove (Gambar 33). Pada tahun 2011 terjadi wabah malaria yang sangat berbahaya. Luas hutan mangrove di Kabupaten Pesawaran saat ini adalah 1.200 ha.

Selain mangrove di pesisir Teluk Lampung juga terdapat formasi Barringtonia, seperti ketapang ( Terminalia catappa) , waru laut (Hibiscus tiliaceus), nyamplung (Calophyllum inophyllum), cemara (Casuarina equisetifolia), dan rasau putih (Pandanus tectorius). Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan di lapang banyak ditemukan tanaman ketapang, cemara, nyamplung, waru laut, dan kelapa. Formasi Barringtonia tersebut juga banyak ditemui di kawasan pesisir Kecamatan Punduh Pidada seperti pada Gambar 34.

Gambar 34. Tanaman dengan Formasi Baringtonia (Kec. Punduh Pidada)

Jumlah populasi ternak seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba, di Kecamatan Punduh Pidada Kabupaten Pesawaran pada tahun 2010 masing-masing adalah 311, 247, 6.801, dan 691. Sedangkan Jumlah populasi unggas seperti ayam dan itik masing-masing adalah 10.956 ekor dan 762 ekor.

h. Fasilitas dan Aksesibilitas

Pariwisata di Lampung khususnya wisata bahari diprioritaskan di pesisir Teluk Lampung. Hal ini dikarenakan wilayah Teluk Lampung secara administrasi merupakan territorial Kota Bandar Lampung, sehingga infrastruktur dan fasilitasnya sudah tersedia. Oleh karena itu aksesibilitasnya juga lebih baik dibandingkan kawasan yang berpotensi lainnya. Dan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa pesisir Kabupaten Pesawaran termasuk dalam

kawasan pesisir Teluk Lampung, sehingga termasuk dalam wilayah yang diprioritaskan untuk dikembangkan pariwisata.

Fasilitas pendidikan dan kesehatan di Kawasan Pesisir Kabupaten Pesawaran sudah ada dan mencukupi. Hanya saja berdasarkan pengamatan lapang, fasilitas transportasi di kawasan pesisir ini kurang memadai. Tidak adanya angkutan umum membuat akses menuju Kawasan Pesisir Kabupaten Pesawaran (Kecamatan Punduh Pidada dan Kecamatan Padang Cermin) sulit dijangkau. Masyarakat sekitar beraktifitas dengan menggunakan kendaraan pribadi. Selain itu sirkulasi kendaraan juga banyak yang rusak, berlubang, dan berbatu. Hal tersebut banyak ditemui di sepanjang jalan di Kecamatan Punduh Pidada. Kondisi jalan di Kecamatan Punduh Pidada dapat dilihat pada Gambar 35 dan Gambar 36.

Gambar 35. Jalan yang Sudah Diaspal

Dokumen terkait