• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum

4.6 Pengembangan Konsep .1 Konsep Ruang.1 Konsep Ruang

Konsep ruang pada perencanaan ini adalah pengembangan dari komposit akhir yang sebelumnya telah dilakukan dan dipadukan dengan peta komposit lainnya. Ruang pada perencanaan ini dibagi menjadi ruang wisata inti, ruang wisata pendukung, dan ruang penyangga.

a. Ruang Wisata Inti

Pada ruang wisata inti direncanakan untuk wisata tambak yang menjadi wisata inti di wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada. Kawasan yang termasuk dalam ruang wisata inti diutamakan untuk pengembangan wisata tambak. Selain itu juga mengutamakan vegetasi mangrove sebagai nilai ekologis yang dapat mendukung keberadaan tambak itu sendiri. Ruang wisata inti yang dipilih adalah kawasan yang dekat dan berbatasan langsung dengan laut. Hal tersebut bertujuan agar memaksimalkan potensi pesisir terutama tambak. Ruang wisata inti ini letaknya yang berada di tepi laut sehingga aktifitas yang direncanakan adalah aktifitas pasif seperti interpretasi, viewing, berfoto, dan aktifitas wisata yang bersifat pasif lainnya.

b. Ruang Wisata Pendukung

Hutan Pada ruang wisata pendukung direncanakan sebagai kawasan yang merupakan penghubung antara kegiatan wisata inti (ruang wisata inti) dengan pemanfaatan lainnya (ruang penyangga) yang tidak berhubungan langsung dengan

wisata tambak. Pada ruang ini aktifitas yang direncanakan adalah aktifitas wisata yang bersifat pasif dan aktif. Wisata pada ruang wisata pendukung masih berkaitan dan mendukung wisata tambak pada ruang wisata inti. Pada ruang wisata pendukung direncanakan untuk wisata selain wisata tambak seperti wisata pantai, dan wisata bahari lainnya.

c. Ruang Penyangga

Merupakan ruang di dalam kawasan yang berfungsi sebagai penyangga konservasi tanah dan air serta mempertahankan sebagai daerah resapan air dan kawasan lindung. Ruang penyangga ini terdapat di dalamnya hutan lindung eksisting serta daerah-daerah dengan kemiringan curam yang berbahaya dan perlu dikonservasi. Ruang penyangga adalah kawasan Kecamatan Punduh Pidada yang tidak bersinggungan langsung dengan pesisir, sehingga bukan direncanakan untuk wisata tambak. Ruang penyangga diperuntukkan untuk aktifitas penduduk lokal. Selain itu segala aktifitas yang ada pada ruang penyangga juga sangat mempengaruhi kondisi ruang wisata inti yang merupakan kawasan di tepi laut. Hal tersebut dikarenakan sampah maupun limbah dari aktifitas penduduk lokal akan bermuara di laut. Oleh karena itu keberadaan hutan lindung serta ruang terbuka hijau lainnya di ruang penyangga sangat penting untuk menjaga kualitas lingkungan kawasan pesisir.

Tabel 13. Pembagian Ruang Berdasarkan Hasil Analisis Spasial

Kelas Lahan Luas (%)

Ruang/Zona Deskripsi

Sesuai 5,8 Wisata Inti Zona ini diutamakan untuk konservasi terutama

untuk konservasi di wilayah pesisir. Wisata utama di zona ini adalah wisata tambak dengan kegiatan cenderung pasif. Tujuan rencana zona ini untuk konservasi, wisata, budidaya, dan pendidikan.

Tidak Sesuai 94,2 Wisata

Pendukung dan Penyangga

Zona ini diutamakan juga untuk konservasi. Selain itu zona ini lebih banyak digunakan untuk pemanfaatan lainnya seperti perekonomian (perkebunan, pertanian, dll) dan pusat pemerintahan. Selain itu juga mengutamakan rehabilitasi lahan.

4.6.2 Konsep Ruang Terbuka Hijau

Konsep ruang terbuka hijau dalam perencanaan ini dengan banyak menggunakan tanaman yang dapat beradaptasi di pesisir serta mengutamakan tanaman mangrove. Selain itu, tanaman yang dipilih diutamakan tanaman lokal. Vegetasi eksisting yang menunjang fungsi utama sebaiknya dipertahankan. Vegetasi yang digunakan dibedakan menjadi dua fungsi yaitu:

a. Fungsi Ekologi -Penyangga -Penyerap limbah -Pereduksi intrusi laut -Konservasi tanah dan air b. Fungsi Arsitektural -Peneduh -Pengarah -Penahan angin -Estetika -Screening

Jenis ruang terbuka hijau yang direncanakan adalah ruang terbuka hijau yang dibutuhkan pada wilayah pesisir. Pada kawasan yang bersinggungan langsung dengan pesisir diperlukan ruang terbuka hijau dalam bentuk green belt

sebagai penyangga pantai, begitu pula pada kawasan yang dekat dengan sungai. Tanaman yang digunakan pada green belt untuk pantai berlumpur adalah tanaman mangrove, sedangkan untuk pantai berpasir menggunakan tanaman dengan formasi baringtonia. Pada area sirkulasi direncanakan ruang terbuka hijau berupa koridor jalan.

Selain penyangga pantai, ruang terbuka hijau di dalam kawasan wisata tambak juga harus direncanakan dengan baik. Pada perencanaan ini ruang terbuka hijau di kawasan wisata tambak menggunakan konsep silvofishery. Prinsip

silvofishery adalah perlindungan tanaman mangrove dengan memberikan hasil lain dari segi perikanan. Oleh karena itu dengan konsep ini mengutamakan segi ekologis dan tetap dapat memberikan keuntungan secara ekonomi. Konsep ruang

terbuka hijau dengan menggunakan silvofishery terdapat empat jenis pola yaitu empang parit, komplangan, tanggul dan jalur. Pola empang parit yaitu lahan yang digunakan untuk memelihara ikan atau udang, hanya merupakan saluran keliling atau caren, sedangkan bagian tengahnya ditumbuhi pohon bakau. Pada Pola Komplangan tambak pemeliharaan ikan atau udang terpisah atau berdekatan dari areal tegakan mangrove. Pola jalur adalah vegetasi mangrove ditanam pada guludan-guludan atau pematang tambak.

Pola tambak silvofishery yang dipilih dalam perencanaan lanskap wisata tambak ini adalah pola tanggul karena lebih efisien dan dapat menampung banyak komoditas udang dalam kolam tambak, serta pola empang parit karena pola inilah yang paling banyak digunakan dan lebih banyak bersifat konservatif terhadap mangrove. Tanaman mangrove yang digunakan pada kawasan tambak yang menggunakan konsep silvofishery adalah jenis Rhizophora. Pola empang parit dapat dilihat pada Gambar 48.

Gambar 48. Pola Tambak Empang Parit

( Sumber: Anantyonamigalang.wordpress.com)

4.6.3 Konsep Aktifitas dan Fasilitas

Fasilitas yang direncanakan dibagi menjadi dua jenis yaitu fasilitas wisata, dan fasilitas non-wisata. Fasilitas wisata adalalah fasilitas yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Fasilitas non-wisata adalah fasilitas umum yang direncanakan untuk kebutuhan masyarakat lokal. Perbedaan aktifitas akan berdampak pada variasi kebutuhan terhadap fasilitas yang beragam. Fasilitas

yang penting untuk direncanakan sebagai pendukung kawasan wisata tambak adalah sirkulasi. Selain mempertahankan sirkulasi yang ada dan memperbaikinya, diperlukan penambahan sirkulasi yang masih sangat kurang di Kecamatan Punduh Pidada.

Konsep aktifitas wisata di ruang wisata inti cenderung pasif seperti interpretasi, pengamatan, fotografi, dan treking. Selain itu, aktifitas wisata yang bersifat aktif di prioritaskan untuk area wisata yang ada di ruang wisata pendukung. Aktifitas aktif yang ada di ruang wisata pendukung tersebut diantaranya seperi kuliner, menginap, berbelanja, memancing, dan kegiatan wisata lainnya. Konsep fasilitas untuk ruang wisata inti dan ruang wisata pendukung memiliki karakteristik yang sama, yaitu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Selain itu juga fasilitas yang ada di ruang wisata inti dan ruang wisata pendukung juga harus dapat memenuhi kebutuhan pengelola dan masyarakat lokal, tentunya fasilitas yang berkaitan dengan wisata seperti kios cinderamata.

Konsep aktifitas di ruang penyangga lebih bervariasi, aktifitasnya dapat bersifat pasif, semi aktif, dan aktif. Aktifitas yang ada di ruang penyangga ini merupakan aktifitas sehari-hari masyarakat lokal. Oleh karena itu konsep fasilitas yang ada pun harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat lokal.

Dokumen terkait