• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sumberdaya Perikanan

2.3.2. Aspek Ekologi

Kegiatan budidaya kerang mutiara memerlukan ketepatan dalam pemilihan lokasi. Menurut Effendi dan Nikijulluw (2004) bahwa lokasi budidaya kerang mutiara hendaknya berada di perairan atau pantai yang memiliki arus tenang dan terlindung dari pengaruh angin musim. Selain itu, kualitas air di sekitar budidaya tiram mutiara harus terbebas dari polusi atau pencemaran serta jauh dari perumahan penduduk, karena polusi dan pencemaran dapat mengakibatkan kegagalan usaha.

Lebih lanjut Effendi (2004) menjelaskan perairan laut yang terlindung untuk keperluan budidaya di laut yakni berupa:

1) Teluk: Teluk adalah perairan laut yang menjorok masuk ke dalam daratan. Oleh karena itu, perairan teluk relatif terlindung dari ombak besar, badai dan angin ribut. Mulut teluk relatif lebar dan terbuka sehingga pengaruh angin

dalam membentuk ombak laur relatif besar dan sifat keterlindungan menjadi hilang bila teluk tersebut memiliki areal yang sangat luas. Sirkulasi air di teluk banyak dipengaruhi oleh arus akibat pasang surut air laut. Teluk yang memiliki pasang surut air laut dengan kisaran yang kecil umumnya memiliki arus laut yang relatif lambat (0,01-0,10m/detik) sehingga sirkulasi air di perairan ini relatif kecil. Teluk demikian sering kali sangat subur bahkan terlalu subur (eutrofikasi) bila menerima banyak nutrient dari daratan.

2) Selat: Selat adalah perairan laut di antara dua atau beberapa pulau. Adanya pulau-pulau tersebut yang mengapit dan mengelilingi perairan laut ini menyebabkan selat relatif terlindung dari angin dan ombak badai. Keberadaan pulau tersebut memecah dan membelokkan orientasi massa air laut dan angin sehingga menjadi tidak merusak. Namun demikian, perairan selat adakalanya memiliki arus laut yang sangat kuat (>0,5m/detik) bila selat tersebut relatif sempit dan memiliki kisaran pasang surut air laut sangat lebar (3-5m).

3) shallow sea: Shallow sea atau perairan laut dangkal umumnya berlokasi di

dekat pantai. Dari pantai, perairan ini memiliki lebar beberapa meter hingga beberapa kilometer. Di dalam kawasan perairan laut dangkal ini terdapat bagian dangkal (reef flat, mud flat) dan bagian yang relatif dalam (laguna/goba, galer) serta karang yang melindungi (barrier reef) perairan ini dari ombak laut lepas/terbuka. Ombak dan arus laut lepas yang bersifat turbulen (mengaduk) ketika mencapai dan menghantam karang pelindung berubah menjadi ombak dan arus laut yang bersifat laminer (semilir dan mengendapkan). Kondisi ombak dan arus demikian lebik baik untuk lokasi marikultur dibandingkan dengan ombak dan arus yang bersifat turbulen.

Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budidaya kerang mutiara berdasarkan panduan Sistem Informasi Pola Pembiayaan/Lending Model Usaha Kecil yang diambil pada web

(1) Faktor Ekologi: Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang mutira, diantaranya kualitas air, pakan, dan

kondisi fisiologis organisme. Batasan faktor ekologi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi lokasi budidaya adalah :

1. Lokasi terlindung: Lokasi usaha untuk budidaya kerang mutiara ini berada di perairan laut yang tenang. Pemilihan lokasi pembenihan maupun budidaya berada dekat pantai dan terlindung dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat gelombang besar. Lokasi dengan arus tenang dan gelombang kecil dibutuhkan untuk menghindari kekeruhan air dan stress fisiologis yang akan mengganggu kerang mutiara, terutama induk.

2. Dasar perairan: Dasar perairan sebaiknya dipilih yang berkarang dan berpasir. Lokasi yang terdapat pecahan-pecahan karang juga merupakan alternatif tempat yang sesuai untuk melakukan budidaya kerang mutiara. 3. Arus air: Arus tenang merupakan tempat yang paling baik, hal ini bertujuan

untuk menghindari teraduknya pasir perairan yang masuk ke dalam kerang mutiara dan mengganggu kualitas mutiara yang dihasilkan. Pasang surut air juga perlu diperhatikan karena pasang surut air laut dapat menggantikan air secara total dan terus-menerus sehingga perairan terhindar dari kemungkinan adanya limbah dan pencemaran lain. Kecepatan arus yang baik bagi organisme filter feeder untuk membantu tersaringnya makanan (nutrient alami) adalah 15-25 cm/detik.

4. Salinitas: Dilihat dari habitatnya, kerang mutiara lebih menyukai hidup pada salinitas yang tinggi. Kerang mutiara dapat hidup pada salinitas 24 ppt dan 50 ppt untuk jangka waktu yang pendek, yaitu 2 - 3 hari. Pemilihan lokasi sebaiknya di perairan yang memiliki salinitas antara 32 - 35 ppt. Kondisi ini baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang mutiara.

5. Suhu: Perubahan suhu memegang peranan penting dalam aktivitas biofisiologi kerang mutiara di dalam air. Suhu yang baik untuk kelangsungan hidup kerang mutiara adalah berkisar 25 - 300

6. Kecerahan air: Kecerahan air akan berpengaruh pada fungsi dan struktur invertebrata dalam air. Lama penyinaran akan berpengaruh pada proses pembukaan dan penutupan cangkang. Cangkang kerang mutiara akan terbuka sedikit apabila ada cahaya dan terbuka lebar apabila keadaan gelap.

C. Suhu air pada kisaran 27 - 31°C juga dianggap layak untuk kerang mutiara.

Pemeliharaan sebaiknya kecerahan air antara 4,5 - 6,5 m. Jika kisaran melebihi batas tersebut, maka proses pemeliharaan akan sulit dilakukan. Untuk kenyamanan, induk kerang mutiara harus dipelihara di kedalaman melebihi tingkat kecerahan yang ada.

7. Derajat keasaman: Derajat keasaman air yang layak untuk kehidupan kerang mutiara P. maxima berkisar antara pH 7,8 - pH 8,6 agar kerang mutiara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada prinsipnya, habitat kerang mutiara di perairan adalah dengan pH lebih tinggi dari 6,75. Kerang tidak akan dapat berproduksi lagi apabila pH melebihi 9,00. Aktivitas kerang mutiara akan meningkat pada pH 6,75 - 7,00 dan menurun pada pH 4,0 - 6,5.

8. Oksigen terlarut: Oksigen terlarut dapat menjadi faktor pembatas kehidupan organism akuatik. Kerang mutiara akan dapat hidup baik pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut berkisar 5,2 - 6,6 ppm. P. maxima untuk ukuran 40 - 50 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,339 l/l, ukuran 50 - 60 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,650 l/l, untuk ukuran 60 - 70 mm mengkonsumsi sebanyak 1,810 l/l.

(2) Faktor Risiko

1. Pencemaran: Lokasi budidaya kerang mutiara harus bebas dari pencemaran, misalnya limbah rumah tangga, pertanian, maupun industri. Limbah rumah tangga dapat berupa deterjen, zat padat, berbagai zat beracun, dan patogen yang menghasilkan berbagai zat beracun. Pencemaran yang berasal dari kegiatan pertanian berupa kotoran hewan, insektisida, dan herbisida akan membahayakan kelangsungan hidup kerang mutiara.

2. Manusia: Pencurian dan sabotase merupakan faktor yang juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi budidaya mutiara. Risiko ini terutama pada saat akan panen atau setelah satu tahun penyuntikan inti bulat (nucleus).

Dokumen terkait