• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sumberdaya Perikanan

2.2.2. Pendekatan Ekonomi

Menyadari kelemahan pendekatan MSY, pendekatan ekonomi pengelolaan sumber daya ikan mulai dikembangkan pada awal tahun 1950-an. Menurut Gordon (1954) bahwa sumber daya ikan pada umumnya bersifat open access, artinya siapa saja bisa berpartisipasi tanpa harus memiliki sumber daya tersebut. Tangkap lebih secara ekonomi/economic overfishing adalah situasi dimana faktor input perikanan digunakan melebihi kapasitasnya untuk memanen stok ikan, akan terjadi pada perikanan yang tidak terkontrol.

Salah satu bentuk fungsi density dependent yang sederhana dan sering digunakan dalam literatur ekonomi sumber daya ikan adalah model pertumbuhan logistic (logistic growth model). Fungsi logistik tersebut secara matematis ditulis sebagai berikut:

∂x/∂t = r x (1 – x /K)………. (1)

Di mana r adalah laju pertumbuhan intrinsik (intrinsic growth rate), dan K adalah

carrying capacity atau daya dukung lingkungan. Gambar 2 memperlihatkan

fungsi pertumbuhan logistik serta plot stok terhadap waktu beserta perilaku pencapaian ke arah daya dukung maksimum lingkungan (carrying capacity).

F(x)

0 1/2K K x

Keterangan: F(x) = fungsi pertumbuhan populasi ikan, x = stok ikan, K = daya dukung lingkungan.

Menurut Fauzi (2006) kurva pertumbuhan ikan tersebut di atas dengan asumsi perikanan tidak mengalami eksploitasi. Model di atas kemudian dikembangkan dengan memasukkan faktor produksi (tangkap) ke dalam model.

Untuk mengeksplotasi (menangkap) ikan di suatu perairan dibutuhkan berbagai sarana. Sarana tersebut merupakan faktor input, yang disebut sebagai upaya atau effort. Jadi effort adalah indeks dari berbagai input seperti tenaga kerja, kapal, jaring, alat tangkap, dan sebagainya yang dibutuhkan untuk suatu aktifitas penangkapan. Produksi (h) atau aktifitas penangkapan ikan bisa diasumsikan sebagai fungsi dari upaya (E).

Salah satu bentuk fungsi produksi adalah jika upaya dinaikkan, produksi juga akan naik dengan kecepatan yang menurun. Kondisi ini menurut persamaan:

h = q x Eα

Menurut Hoggarth at al. (2006) berdasarkan status pemanfaatan sumberdaya perikanan (tangkap) dibagai menjadi 6 (enam) kelompok, yaitu: 1)

Unexploited; stok sumberdaya ikan belum tereksploitasi (belum terjamah),

sehingga aktifitas penangkapan ikan sangat dianjurkan guna memperoleh manfaat dari produksi, 2) Lighly exploited; sumberdaya ikan baru tereksploitasi dalam jumlah sedikit atau <25% dari MSY, peningkatan jumlah upaya penangkapan sangat dianjurkan karena tidak mengganggu kelestarian sumberdaya, dan hasil tangkapan per unit upaya atau CPUE masih bisa meningkat, 3) Moderately

exploited; stok sumberdaya sudah tereksploitasi setengah dari MSY, peningkatan

jumlah upaya peningkatan masih dianjurkan tanpa mengganggu kelestarian sumberdaya, CPUE mungkin mulai menurun, 4) Fully exploited; stok sumberdaya sudah tereksploitasi mendekati nilai MSY, peningkatan jumlah upaya penangkapan sangat tidak dianjurkan walaupun jumlah tangkapan masih bisa

………..……… (2) dimana:

h = produksi ikan

q = koefisien alat tangkap x = stok ikan

E = upaya penangkapan

meningkat karena akan mengganggu kelestarian sumberdaya ikan, CPUE pasti menurun, 5) Over exploited; stok sumberdaya sudah menurun karena tereksploitasi melebihi MSY, upaya penangkapan harus diturunkan karena kelestarian sumberdaya ikan sudah terganggu, 6) Depleted; stok sumberdaya ikan dari tahun ke tahun mengalami penutunan secara drastis, upaya penangkapan sangat dianjurkan untuk dihentikan karena kelestarian sumberdaya sudah sangat terancam.

2.3. Budidaya Kerang (spat) Mutiara 2.3.1. Aspek Biologi

Kerang mutiara (pearl oyster) merupakan salah satu moluska laut, dengan tubuh dilindungi atau ditutupi oleh sepasang cangkang, masuk dalam kelas Bivalvia dan ordo Pteriida, family Pteriidae. Genus yang dikenal sebagai penghasil mutiara dengan kualitas tinggi adalah genus Pinctada dan Pteria. Beberapa jenis tiram mutiara yang terdapat di perairan Indonesia adalah Pinctada

maxima, P. pucata, P. chemnitzi, Pteria penguin. Klasifikasi kerang mutiara

menurut Newell (1969) adalah sebagai berikut: Filum : Mollusca

Kelas : Bivalvia Ordo : Pteriida

Famili : Pteriidae Genus : Pinctada

Spesies : Pinctada maxima

Tiram mutiara memiliki sepasang cangkang yang tidak sama bentuknya

(inequivalve). Cangkang sebelah kanan agak pipih dan cangkang kiri lebih

cembung. Kedua cangkang tersebut pada bagian punggung (dorsal) dihubungkan oleh sepasang engsel (ligamen), sehingga cangkang dapat membuka dan menutup.

Untuk membedakan antara jenis yang satu dengan yang lain dapat dilakukan dengan melihat warna cangkang dan nacre, ukuran, serta bentuk. Adapun tiram yang dibudidayakan di Teluk Semangka adalah P. maxima dengan karakteristik mempunyai diameter dorsal-ventral dan anterior-posterior hampir sama sehingga bentuknya hampir bundar. Bagian dorsal berbentuk datar dan panjang serta

dihubungkan oleh semacam engsel berwarna biru. Tiram muda warna cangkangnya kuning pucat, kadang-kadang kuning kecoklatan, dan terdapat garis-garis radier yang menonjol (seperti sisik) sebanyak 10-12 buah dengan ukuran lebih besar dibandingkan spesies lain. Warna garis radier coklat kemerahan, merah anggur atau kehijauan.

Tiram dewasa cangkangnya berwarna kuning tua sampai kuning kecoklatan, warna garis radier biasanya sudah memudar. Cangkang bagian dalam (nacre) berkilau dengan warna keperak-perakan, bagian tepi nacre (nacreous-lip) berwarna keemasan sehingga sering disebut ”gold-lip Pearl Oyster” atau berwarna perak (silver-lip Pearl Oyster). Pada bagian luar nacre (non-nacreous

border) berwarna kuning kecoklatan.

Cangkang merupakan bagian di luar tubuh tiram yang melindungi mantel dan organ bagian dalam yang tersusun oleh lapisan induk mutiara (mother of

pearl). Mantel membungkus organ bagian dalam dan menggantung seperti tabir

pada bagian belahan mantel sebelah kanan dan kiri, keduanya berhubungan antara satu dengan yang lain di sepanjang garis punggung bagian tengah. Fungsi mantel adalah menyeleksi unsur-unsur yang terhisap (menangkap makanan) dan menyemburkan kotoran ke luar, serta menjalankan kegiatan utama pada pernafasan. Secara histologis, mantel merupakan selaput jaringan penghubung yang dilindungi oleh sel-sel epitel. Bagian yang berhubungan dengan cangkang sebelah dalam disebut epitel dalam yang bertugas mengeluarkan zat kapur untuk membentuk cangkang dan menghasilkan kalsium karbonat (CaCO3) dalam bentuk kristal aragonite atau lebih dikenal sebagai nacre. Sel-sel ini juga mengeluarkan zat organik conchiolin (C32H48N2O11) dengan bahan kristal yang mengandung kapur sebagai perekat dan wujud seperti lendir (Watabe 1983).

Mantel tiram mutiara terdiri dari tiga bagian yaitu tepi mantel (marginal

mantel), otot (distal), dan mantel bagian dalam. Bagian luar mantel bentuknya

tebal atau banyak terdapat urat-urat tebal, mengandung pigmen kuning, putih, coklat tua di sepanjang epiteliumnya, serta terdapat tentakel bercabang-cabang yang sangat sensitif.

Organ dalam letaknya agak tersembunyi setelah mantel dan merupakan pusat aktivitas kehidupan tiram yang terdiri dari insang, mulut, jantung, susunan syaraf, alat perkembangbiakan, otot, lambung, usus, dan anus.

Tiram mutiara bersifat protandrous-hermaphrodite (diawal kehidupan berkelamin jantan, kemudian berubah seiring waktu menjadi betina) dengan kecenderungan perbandingan jantan : betina adalah 1 : 1 dengan adanya peningkatan umur. Pemijahan sering terjadi akibat perubahan suhu yang ekstrim atau terjadi perubahan lingkungan yang tiba-tiba. Pemijahan tiram mutiara di perairan tropis tidak terbatas hanya satu musim, tapi bisa sepanjang tahun. P.

margaritifera mendekati matang gonad pada tahun kedua, sedangkan P. maxima

jantan matang gonad setelah berukuran cangkang 110-120 mm dalam tahun pertama hidupnya

Pertumbuhan merupakan aspek biologi yang paling penting bagi pembudidaya, terkait dengan pendugaan keberhasilan usaha budidaya. Tiram mutiara P. margaritifera mencapai ukuran diameter cangkang 7-8 cm dalam tahun pertama, dan mendekati ukuran sekitar 11 cm pada tahun kedua. Pertumbuhan jenis P. maxima mencapai diameter cangkang 10-16 cm pada tahun kedua. Laju pertumbuhan P.maxima lebih tinggi bila dibandingkan P.margaritifera.

Dokumen terkait