III. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Administrasi dan Geofisik
4.1.3. Oceanografi dan Klimatologi
Informasi mengenai pasang surut (pasut) di Teluk Semangka masih sangat sedikit, dan umumnya mengacu pada data dari Pelabuhan Panjang (Bandar Lampung) di Teluk Lampung. Kisaran tunggang pasut (tidal range) antara pasang tertinggi dan surut terendah dalam siklus pasang purnama dan perbani masing-masing adalah sekitar 1,2 m dan 0,9 m (Dishidros TNI-AL 1998 dan PKSPL-IPB 1998).
Kondisi arus di teluk ini berdasarkan hasil penelitian PKSPL-IPB (1998) bahwa pada perairan dekat garis pantai, kecepatan arus bervariasi antara 0.08 hingga 0.40 m/detik. Pada saat surut, arus menyusur pantai mengalami perubahan arah dari Barat Daya ke Utara. Semakin menjauh dari pantai, pola pergerakan massa air berbeda antara pasang dan surut. Jika saat pasang arah massa air bergerak seragam dari Utara ke Barat Daya, sedangkan pada saat surut arah arus menjadi tidak beraturan.
Pada umumya, penggambaran kondisi gelombang menggunakan pemodelan, dan atau mengacu pada perairan Pelabuhan Panjang di Teluk Lampung. Gelombang besar dapat terjadi pada bulan-bulan Juni sampai Nopember dengan tinggi gelombang antara 0,50 sampai dengan 1,00 m (Dishidros TNI-AL 1998 dan Wiryawan et al. 1999).
o
rata-rata 32,3-34,7 ppt, dan kisaran pH antara 7,1-7,4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:
Tabel 6 Pengukuran suhu, salinitas, dan pH di tiga titik koordinat di Teluk Semangka pada 16 Desember 2009
Titik Koordinat Parameter Ulangan Rata-rata I II III
114º35’ BT dan 5º31’ LS Suhu (oC) 29,5 29,5 29,6 29,5 (arah pangkal teluk) Salinitas (ppt) 33 34 34 33,7
pH 7,4 7,3 7,2
110º34’ BT dan 5º36’ LS Suhu (oC) 29,5 29,5 29,6 29,5 (arah tengah teluk) Salinitas (ppt) 34 35 35 34,7
pH 7,3 7,3 7,2
104º34’ BT dan 5º35’ LS Suhu (oC) 29,4 29,3 29,4 29,4 (arah pesisir barat) Salinitas (ppt) 32 32 33 32,3
pH 7,1 7,2 7,3
Kondisi suhu hasil pengukuran langsung tersebut ternyata relatif sama dengan hasil penelitian PKSPL-IPB (1998) pada beberapa lokasi di dekat garis pantai Teluk Semangka bahwa suhu air permukaan berkisar antara 29-30ºC, dan salinitas berkisar antara 29-31‰. Berbeda halnya dengan salinitas, salinitas air permukaan hasil pengukuran langsung relatif lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penellitian PKSPL-IPB. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh pertama
air tawar yang di bawa oleh sungai yang bermuara ke Teluk Semangka relatif lebih banyak yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggai pada bulan Oktober,
kedua suhu udara bulan Desember mencapai 31oC, suhu udara tertinggi di atas
permukaan air teluk semangka. Hal tersebut mengakibatkan penguapan yang tinggi sehingga meninggalkan kadar garam yang tinggi pada massa air laut.
Dibandingkan dengan Teluk Lampung, wilayah pesisir Teluk Semangka relatif lebih alami karena masih rendahnya kepadatan penduduk. Kondisi ini menyebabkan kelestarian wilayah pesisir Teluk Semangka relatif terjaga dari perusakan yang bersifat artifisial. Abrasi pantai di Teluk Semangka relatif sedikit, dan hanya dijumpai pada pangkal teluk sepanjang 1,5 km (Wiryawan et al. 1999).
Proses sedimentasi di Teluk Semangka utamanya terjadi di dekat muara sungai seperti Way Semangka. Sedimentasi terjadi akibat penumpukan muatan partikel yang dibawa oleh air sungai dan kemudian mengendap dan menumpuk di sekitar muara.
Keterangan:
114º35’ BT dan 5º31’ LS, 110º34’ BT dan 5º36’ LS, 104º34’ BT dan 5º35’ LS Gambar 6 Lokasi pengukuran suhu, salinitas dan pH di tiga titik koordinat di
Teluk Semangka pada 16 Desember 2009
Penyajian informasi kualitas perairan Teluk Semangka didasarkan pada penilaian beberapa parameter fisik-kimia kualitas air laut, yang dibandingkan dengan baku mutu kualitas air laut (KepMen LH No. 02 tahun 1988). Data yang digunakan untuk kualitas air bersumber dari hasil penelitian PKSPL-IPB (1998) yang dilakukan pada perairan dekat pantai dan muara sungai di Teluk Semangka. Secara umum perairan Teluk Semangka masih cukup baik yang diindikasikan dari beberapa parameter masih berada di bawah baku mutu lingkungan.
4.2. Sosial Ekonomi
Total jumlah penduduk di Kabupaten Tanggamus pada 2002 adalah 800.909 jiwa dan meningkat menjadi 863.492 jiwa pada 2007 dengan rata-rata peningkatan sebesar 12.517 jiwa per tahun. Sebagian besar penduduk mendiami sepanjang
Samudera Hindia Teluk Semangka Teluk Lampung
pesisir Teluk Semangka. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari perempuan, terlihat pada Gambar 7 berikut:
Gambar 7 Jumlah penduduk Kabupaten Tanggamus menurut sex ratio
periode 2002-2007
Jumlah penduduk laki-laki dibandingkan perempuan pada periode 2002-2007 lebih banyak laki-laki, artinya memungkinkan sekali untuk pemanfaatan sumberdaya di Teluk Semangka secara optimal, baik untuk kegiatan perikanan tangkap maupun budidaya sebagai mata pencarian masyarakat.
Penduduk di Kabupaten Tanggamus yang bermata pencarian sebagai nelayan kebanyakan berada di Kecamatan Wonosobo, Kota Agung, Cukuh Balak, dan sedikit berada di Kecamatan Sawa, Kelumbayan, Limau, dan Semaka. Hal ini terkait dengan banyaknya wilayah pesisir yang ada di wilayah kecamatan tersebut. Jumlah nelayan pada 2004 dan 2005 tidak terjadi peningkatan atau tetap. Pada tahun tersebut bersamaan bangsa Indonesia tidak terkecuali Kabupaten Tanggamus ikut dalam pesta demokrasi yang mana tercipta lapangan pekerjaan di darat secara tidak tetap. Akan tetapi secara keseluruhan trend jumlah nelayan pada periode 2003-2007 meningkat dengan rata-rata peningkatan 288 jiwa per tahun. Jumlah nelayan di Kabupaten Tanggamus periode 2003-2007 terlihat pada Gambar 8 berikut:
Gambar 8 Jumlah nelayan di Kabupaten Tanggamus periode 2003-2007
PDRB sektor perikanan di Kabupaten Tanggamus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan ini secara linear per tahunnya adalah Rp47.937 jt. Kontribusi PDRB sektor perikanan pada 2008 terhadap sektor pertanian sebesar 10,95 % atau 0,1 % terhadap total PDRB (Rp5.681.752 jt). Nilai kontribusi sektor perikanan yang relatif besar ini menunjukkan bahwa sektor perikanan mampu menggerakkan perekonomian di Kabupaten Tanggamus.
Gambar 9 PDRB sektor perikanan di Kabupaten Tanggamus periode 2003-2008
4.3. Pemanfaatan Teluk Semangka
4.3.1. Perikanan Tangkap
Terdapat sebelas jenis ikan yang secara berkelanjutan tertangkap di Teluk Semangka yaitu layang, kembung, tembang, tongkol, layur, bentong, teri, petek, simba, layaran, dan selar. Produksi per jenis ikan berfluktuasi selama periode 2004-2008. Beberapa jenis ikan mengalami tren produksi negatif yaitu pada ikan
layang, kembung, tembang, tongkol, layur, teri, petek dan selar, dengan penurunan yang tajam pada ikan layur yaitu rata-rata penurunan per tahun 32.720 ton. Beberapa jenis ikan lainnya yaitu bentong, simba dan layar mengalami tren produksi yang positif dengan tren tertinggi pada ikan layar yaitu 6.359 ton per tahun.
Data produksi sekunder ini bila dikombinanasikan dengan pengamatan peneliti saat turun ke lokasi penelitian, terbukti sulit menemukan ikan layur di tempat pendaratan ikan maupun di tempat pelelangan ikan di Kota Agung. Sebaliknya jauh sebelum penelitian ini dilakukan, ikan layur ini sangat mudah ditemukan di Pasar Madang Kota Agung maupun pasar-pasar sekitarnya. Lain halnya dengan ikan layar yang produksinya mengalami tren peningkatan, relatif lebih mudah ditemukan di tempat pendaratan ikan atau di pelelangan ikan Kota Agung. Produksi per jenis ikan di Teluk Semangka pada periode 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 7 dengan produksi rata-rata per tahun dapat dilihat pada Gambar 10.
Tabel 7 Produksi per jenis ikan di Teluk Semangka periode 2004-2008
Jenis Ikan Produksi (ton)
2004 2005 2006 2007 2008 Layang 129.396 236.627 170.511 52.671 57.775 Kembung 104.238 236.627 86.584 41.350 52.390 Tembang 180.943 249.207 455.229 61.848 30.514 Tongkol 127.777 81.718 254.666 68.831 105.894 Layur 293.102 619.810 465.143 61.629 25.826 Bentong 40.582 13.751 58.822 44.952 44.802 Teri 32.465 50.460 42.284 11.520 25.595 Petek 53.726 61.371 113.901 20.159 19.473 Simba 30.641 19.555 13.815 45.382 43.810 Layaran 40.815 21.815 42.638 30.576 68.232 Selar 40.542 38.489 57.236 28.572 37.870
Produksi rata-rata ikan per tahun yang dominan di Teluk Semangka adalah layur, tembang, layang, tongkol dan kembung, berturut-turut sejumlah 293.102 ton, 195.548 ton; 129.396 ton; 127.777 ton, dan 104.238 ton. Dua jenis ikan diantaranya yaitu tembang dan kembung masih bisa ditingkatkan untuk mencapai kondisi pemanfaatan perikanan tangkap yang optimal.
Gambar 10 Produksi ikan rata-rata (ton) per tahun di Teluk Semangka pada periode 2004-2008
Ikan-ikan yang tertangkap di Teluk Semangka menggunakan alat tangkap bagan, payang, purseine, dan rampus. Jumlah alat tangkap dari 2004 sampai 2008 terlihat pada Gambar 11 berikut:
Gambar 11 Jumlah alat tangkap di Teluk Semangka pada periode 2004-2008
Berdasarkan data DKP (2009), rata-rata alat tangkap yang paling banyak per tahun selama periode 2004 sampai 2008 adalah rampus sebanyak 1.274 unit per tahun kemudian bagan sebanyak 1.151 unit per tahun, payang sebanyak 894 unit per tahun, dan pursine sebanyak 538 unit pertahun. Keberadaan alat tangkap rampus yang relatif paling banyak dari alat tangkap lainnya adalah berkaitan dengan harga armadanya yaitu jukung yang relatif lebih murah. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan menyebutkan bahwa jukung motor seharga kurang lebih Rp15-20 juta per unit. Keberadaan alat tangkap bagan dan pursine dibandingkan dua alat tangkap lainnya masih bisa ditingkatkan ke kondisi optimal.
Armada yang beroperasi di Teluk Semangka bermesin di bawah 30 GT. Lama operasional adalah satu hari atau one day fishing. Lokasi penangkapan atau
fishing ground hanya di perairan teluk dengan lokasi terjauh di sekitar mulut teluk
atau dekat Pulau Tabuan.
4.3.2. Budidaya Kerang (spat) Mutiara
Usaha budidaya pemeliharaan spat di Teluk Semangka berawal dari pengembangan usaha budidaya kerang mutiara di Teluk Lampung. Pengembangan ini seiring dengan permintaan akan spat hasil budidaya terus meningkat bahkan lebih disukai pembeli karena ketersediaan spat di alam terus mengalami penurunan dan ukuran yang tidak seragam, sehingga pembudidayaan tiram mutiara di Teluk Semangka ini hanya pada pembudidayaan anakan tiram atau spat, lebih spesifik lagi sebatas pada pemelihataan spat dari ukuran 7-9 mm sampai 90 mm. Produktifitas pembudidayaan spat di teluk ini adalah 10.000 spat per ha.
Proses produksi usaha budidaya tiram mutiara melalui tiga tahapan kegiatan. Pertama spat berukuran 700 milimikron dipelihara dan dibersihkan serta diseleksi untuk dibudidayakan. Setelah tiram diseleksi maka tahap selanjutnya adalah memasukkannya ke dalam kolektor. Isi satu kolektor untuk ukuran 700 milimikron adalah 200-300 buah. Spat yang dipelihara tersebut akan dipelihara selama dua bulan. Setelah dua bulan spat akan bertambah menjadi 2-3 cm. dalam jangka waktu tersebut, ukuran masing-masing spat tidak selalu sama. Selanjutnya
spat berukuran 2-3 cm tersebut dimasukkan ke dalam jarring (net) yang berisi 24 buah dan dipelihara selama 10-12 bulan sampai ukuran minimal 9 cm dan siap untuk dijual ke perusahaan. Di perusahaan spat dioperasikan dengan memasukan inti bulat dan dipelihara selama satu setengah tahun.
Jenis kerang yang dibudidayakan di teluk ini adalah Pinctada maxima
yang oleh pasar dunia dikenal sebagai penghasil mutiara laut selatan (south sea
pearl). Pada 1998 mutiara jenis ini laku di pasar dunia dengan harga US$100-200
per gram dengan kualitas terbaik. Sejak saat itu konsumen dari berbagai negara mulai melirik Indonesia sebagai penghasil mutiara. Salah satu sentra pengembangan usaha budidaya kerang ini adalah Lampung, yaitu di Teluk Lampung dan Teluk Semangka (Ambarjaya 2009).
Sebelum budidaya pemeliharaan spat disosialisaikan pada masyarakat, terlebih dahulu diujicobakan oleh Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Kota Agung sebagai penelitian civitas akademika dan pengabdian pada masyarakat sekitar. Teknologi yang digunakan adalah sistem rakit (cage culture), dengan luas perairan yang digunakan adalah 50.000 m2
61 m
dengan 10 unit rakit sebagai uji coba, namun telah berkembang menjadi 25 ha yang dikelola langsung oleh masing-masing pembudidaya.
11 m 8 m
Gambar 12 Ukuran rakit panjang 11 m, lebar 8 m dan jarak antar rakit 50 m di Teluk Semangka
Rakit yang digunakan sebagai tempat pemeliharaan spat berukuran panjang 11 m dan lebar 8 m) serta jarak antar rakit 50 m. Satu unit rakit membutuhkan
areal 61 m x 58 m = 5,538 m2. Bahan rakit terbuat dari bambu. Untuk menjaga agar rakit tetap terapung digunakan pelampung drum plastik dan agar rakit tetap pada posisi semula maka rakit diberi jangkar berupa pemberat yang terbuat dari semen seberat 50-60 kg.
Pemeliharaan spat menggunakan keranjang jaring ukuran panjang 40 cm dan lebar 60 cm. ukuran mata jaring yang digunakan disesuaikan dengan ukuran spat. Proses pemindahan spat ke keranjang jaring disebut hakuri. Semakin besar ukuran spat maka digunakan jaring dengan mata jaring yang lebih besar pula agar sirkulasi air dapat terjaga dengan baik.
Gambar 13 Ukuran net pemeliharaaan spat panjang 60 cm, lebar 40 cm yang digunakan pembudidaya di Teluk Semangka
Usaha budidaya yang dilakukan di Teluk Semangka adalah pada tahap pemeliharaan spat. Spat yang dipelihara pembudidaya awalnya berukuran 7-9 mm yang diperoleh pembudidaya dari hatchery di Bandar Lampung dengan harga Rp300 per ekor. Spat ini dipelihara 10-12 bulan hingga berukuran 9 cm spat siap dijual kepada perusahaan di Bandar Lampung dengan harga Rp21.000 per ekor. Waktu yang dicurahkan untuk pemeliharaan spat hingga ukuran 9 cm tidak setiap hari. Proses hakuri atau pemindahan spat ke net baru dilakukan tiga bulan sekali, demikian juga pembersihan spat dilakukan tiga bulan sekali. Penjagaan keamanan pada tahap ini tidak sesering bila spat telah dioperasi dengan nucleus.
Sejauh ini salah satu stakeholder telah memulai penelitian dan ujicoba pembenihan spat di pesisir Teluk Semangka. Pemeliharaan induk terbuat dari kawat galvanisir, plastik atau kawat alumunium.
4.3.3. Pemanfaatan Lainnya
Teluk Semangka sebagai salah satu potensi alam yang terdapat di Kabupaten Tanggamus bukan hanya dimanfaatkan oleh nelayan perikanan tangkap dan budidaya pemeliharaan spat saja, namun juga oleh sub sektor lainnya seperti pariwisata bahari. Di teluk ini terdapat pemandangan indah di Pantai Terbaya di pesisir Timur 2 km sebelum Kota Agung dan Pantai Karang Putih di Cukuh Balak di pesisir Tenggara. Kedua lokasi wisata bahari tersebut cukup ramai dikunjungi wisatawan lokal. Kegiatan pariwisata bahari ini ditunjang oleh adanya hotel dan penginapan, restoran dan rumah makan, jasa penunjang pariwisata bahari lainnya seperti toko cindera mata dan kuliner seperi ikan bakar dan otak-otak yang menjadi icon oleh-oleh dari Kota Agung (Teluk Semangka).
Gambar 14 Pantai Terbaya di pesisir Teluk Semangka
Jasa kelautan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan seperti pelabuhan bagi armada transportasi laut yang menghubungkan Kota Agung sebagai ibu kota kabupaten dengan daerah-daerah pesisir teluk berada tidak jauh dari pusat kota. Pelabuhan perikanan yang terdapat di Teluk Semangka ini telah meningkat dari Pelabuhan Perikanan Rakyat menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai. Jasa kelautan lainnya yang bersifat menunjung perdagangan hasil laut seperti ikan difasilitasi dengan adanya Tempat Pelelangan Ikan unit Usaha KUD Mina Teluk Semangka. Tidak jauh dari Tempat Pelelangan
Ikan, terdapat cold storage dengan kapasitas 25 ton yang menampung hasil tangkapan pada saat-saat musim hasil tangkapan melimpah. Cold storage ini lebih kurang baru satu tahun dioperasionalkan.
Gambar 15 Pelabuhan Perikanan Pantai, Tempat Pelelangan Ikan dan pembuatan kapal di pesisir Teluk Semangka
Bidang pendidikan dan penelitian terdapat sekolah menengah kejuruan yaitu Sekolah Usaha Perikanan Menengah yang dikoordinasi oleh Departemen Kelautan Perikanan berada di Kecamatan Wonosobo pesisir Utara Teluk Semangka. Terdapat satu unit usaha galangan kapal di pesisir teluk ini yang termasuk dalam sub sektor industri maritim. Usaha ini walaupun belum memproduksi armada dalam jumlah yang banyak per satuan waktu namun secara rutin menerima pesanan pembuatan kapal rata-rata 1 unit per tahun. Usaha galangan kapal tersebut secara langsung menunjang pemanfaatan perikanan tangkap di Teluk Semangka.
Keterangan:
= pemukiman penduduk = Pelabuhan Perikanan Pantai = Pantai Terbaya
= Pantai Karang Putih
= fishing ground perikanan tangkap
= lokasi budidaya
Gambar 16 Spasial lokasi pemanfaatan perairan Teluk Semangka Teluk Lampung P. Tabuan Kota Agung Samudera Hindia Teluk Semangka