• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kapabilitas Intern Bank Indonesia

4.8. Aspek Hukum

Aktualisasi fungsi, tugas, dan kewenangan Bank Indonesia dalam rangka mencapai tujuannya, dilakukan dalam bentuk pengambilan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan operasional. Kebijakan Bank Indonesia dapat berupa pernyataan posisi (stance), keputusan (decision), ataupun penetapan suatu peraturan (regulation). Baik kebijakan maupun pelaksanaan kegiatan operasional Bank Indonesia harus dapat dipertanggungjawabkan dalam konteks akuntabilitas publik, termasuk secara hukum. Agar setiap kebijakan dan pelaksanaan kegiatan operasional Bank Indonesia dapat senantiasa memenuhi aspek governance serta sejalan dengan prinsip hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (rule of law) maka diperlukan adanya suatu fungsi hukum di Bank Indonesia. Bentuk fungsi hukum yang dibutuhkan tersebut berupa:

a. Pemberian opini/advis hukum dalam rangka perumusan, penetapan, dan pelaksanaan suatu kebijakan serta kegiatan operasional Bank Indonesia, serta

b. Pelaksanaan kuasa mewakili di dalam dan di luar pengadilan (litigasi dan alternative dispute resolution/ADR), dengan didukung oleh kegiatan penelitian hukum dan pemberian bantuan hukum kepada setiap pelaksana tugas kedinasan Bank Indonesia. Dalam rangka melaksanakan tugas Bank Indonesia secara efektif, peningkatan pelaksanaan fungsi hukum Bank Indonesia dan dukungan perangkat peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum sangat diperlukan. Oleh karena itu Bank Indonesia selalu

Selama tahun 2014, Bank Indonesia menghasilkan 127 ketentuan yang terdiri dari 21 PBI, 24 SE Ekstern, 9 PDG, dan 73 SE Intern di bidang moneter, sistem keuangan, sistem pembayaran, dan kapabilitas intern.

berusaha memperbaiki produk hukum yang berlaku di Bank Indonesia, yaitu Peraturan Bank Indonesia, Peraturan Dewan Gubernur, Surat Edaran Bank Indonesia dan Keputusan Pejabat Bank Indonesia dengan menyesuaikan dengan kondisi hukum saat ini.

Sepanjang tahun 2014, Bank Indonesia telah mengeluarkan beberapa peraturan perundang-undangan di bidang moneter, sistem pembayaran dan pengedaran uang, serta stabilitas sistem keuangan. Salah satu peraturan yang sedang diatur kembali adalah peraturan mengenai pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Berkenaan dengan hal tersebut, pada triwulan IV-2014, sedang disusun Rancangan Peraturan Bank Indonesia tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Bank Indonesia dan Keputusan Bank Indonesia untuk melakukan revisi atas Peraturan Dewan Gubernur No. 1/1/1999 tentang Tata Tertib Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Bank Indonesia.

Dalam rangka penyusunan Rancangan Peraturan Bank Indonesia tersebut, telah dilakukan diskusi dengan beberapa pakar hukum di bidang peraturan perundang-undangan serta telah dilakukan kajian dan perbandingan dengan pengaturan atas peraturan perundang-undangan dan keputusan pada beberapa kementerian/instansi lain, termasuk Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Finalisasi konsep Rancangan Peraturan Bank Indonesia tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Bank Indonesia dan Keputusan Bank Indonesia tersebut sedang berjalan.

Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan penjajakan untuk penyusunan pedoman kerja antara Bank Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengamanan Bank Indonesia dan Pengawalan Barang Berharga Milik Negara. Dalam rangka penataan lembaga negara/otoritas di bidang keuangan, terutama pasca berdirinya Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia secara aktif berkoordinasi dengan Kementerian keuangan untuk menyusun draf dan naskah akademik Rancangan Undang-Undang tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan dan Rancangan Undang-Undang-Undang-Undang tentang Bank Indonesia.

Di samping itu, dalam rangka mendukung pembangunan hukum nasional, Bank Indonesia senantiasa berpartisipasi aktif dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) dan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yang memiliki keterkaitan erat dengan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia. Beberapa pembahasan yang diikuti secara aktif oleh Bank Indonesia antara lain RUU tentang Perbankan, RUU tentang Pembatasan Transaksi Penggunaan Uang Kartal, RUU tentang Usaha Perasuransian, RPP tentang Pembawaan Uang Tunai dan Instrumen Pembayaran Lain ke Dalam atau ke Luar Daerah Pabean Indonesia, RPP tentang Pihak Pelapor Baru, RPP tentang Koperasi Simpan Pinjam, RPP tentang Penyelenggaraan Perkoperasian, serta RPP tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan dan Pemisahan Perseroan.

Selanjutnya, guna mendukung pengembangan ilmu hukum di Indonesia serta dalam rangka pendalaman materi yang akan diatur dalam RUU Amandemen UU Bank Indonesia, Bank Indonesia secara aktif bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia untuk melakukan penelitian hukum (legal research). Sepanjang tahun 2014, Bank Indonesia melakukan kerja sama dengan dua perguruan tinggi, yaitu :

1. Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta dalam penelitian hukum mengenai peran Bank Indonesia sebagai Lender of Last Resort; dan

2. Fakultas Hukum Universitas Indonesia, dalam penelitian hukum mengenai aspek hukum sistem pembayaran dalam sistem pembayaran elektronik (e-commerce).

Pada sektor moneter, pelaksanaan fungsi hukum tampak dalam penyusunan Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI). Hal ini terlihat antara lain dari (i) perubahan Laporan Harian Bank Umum (LHBU), (ii) pengelolaan cadangan devisa, (iii) penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan utang luar negeri korporasi non-bank, (iv) pelaporan kegiatan lalu lintas devisa, (v) pelaporan kegiatan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan utang luar negeri korporasi non-bank, (vi) perubahan transaksi swap lindung nilai kepada Bank Indonesia, (vii) perubahan tata cara penempatan berjangka syariah dalam valas, (viii) perubahan operasi pasar terbuka (moneter), (ix) perubahan pelaporan kegiatan lalu lintas devisa oleh bank, dan (x) penyelenggaraan sistem BIG-eB.

Pelaksanaan fungsi hukum pada sektor sistem pembayaran dan pengedaran uang serta stabilitas sistem keuangan terlihat dalam penyusunan Peraturan Bank Indonesia mengenai: (i) kewajiban penggunaan Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, (ii) perubahan Surat Edaran Bank Indonesia mengenai penyelenggaraan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu, (iii) Surat Edaran Bank Indonesia mengenai Penyelenggaraan Sistem BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), (iv) Surat Edaran Bank Indonesia mengenai BI-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS). Kegiatan fungsi hukum dalam hal ini dalam rangka memastikan keharmonisan dan keselarasan pengaturan pada setiap Peraturan Bank Indonesia dan peraturan pelaksanaan yang akan dikeluarkan. Selanjutnya, juga dilakukan penyusunan kerja sama/nota kesepahaman dengan berbagai instansi terkait pedoman kerja mengenai: (i) tata cara pelaksanaan penanganan dugaan tindak pidana di bidang sistem pembayaran dan kegiatan usaha penukaran valuta asing, (ii) tata cara pelaksanaan penanganan dugaan pelanggaran kewajiban penggunaan uang Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dugaan tindak pidana terhadap uang Rupiah, (iii) tata cara pelaksanaan pengamanan Bank Indonesia dan pengawalan barang berharga milik negara, (iv) tata cara pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap badan usaha jasa pengamanan yang melakukan kegiatan usaha kawal angkut uang dan pengolahan uang Rupiah, dan (v) kerja sama dalam rangka mendukung pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah NKRI oleh Astindo dan PHRI. Kerja sama/nota kesepahaman bertujuan untuk memastikan bahwa kerja sama dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan kewajiban yang diambil oleh Bank Indonesia.

Selain itu, fungsi hukum juga dilakukan dalam Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan bersama dengan Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan dalam rangka pemantauan dan evaluasi stabilitas sistem keuangan serta koordinasi terkait pencegahan dan penanganan krisis. Dalam kegiatan ini, memberikan saran/masukan dari sisi hukum dan peraturan perundang-undangan terkait stabilitas sistem keuangan. Kerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan dalam menindaklanjuti kerja sama dan koordinasi dalam rangka pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dalam menyusun petunjuk pelaksanaan terkait mekanisme kerja sama, koordinasi, pertukaran informasi serta pengelolaan sistem pelaporan dan penggunaan dokumen.

Di samping itu, fungsi hukum juga terkait dengan pemberian tanggapan atau pendapat hukum dalam beberapa pembahasan dengan instansi/lembaga lain terkait dengan tugas Bank Indonesia antara lain: (i) pemberian jawaban kepada Japan International Cooperation Agency (JICA) terkait ketentuan pembiayaan dalam rupiah oleh pihak asing, dan tanggapan atas draft surat konfirmasi ke OJK, ((ii) konsep nota kesepahaman bersama BI-Pemprov Jawa

Barat tentang kerja sama pengembangan ekonomi dan peningkatan daya saing daerah, dan (iii) tanggapan atas laporan akhir IMF technical assistance on deepening interbank swap and repo markets.

Di bidang litigasi, yaitu pelaksanaan kuasa mewakili Bank Indonesia di dalam dan di luar Pengadilan serta pemberian bantuan hukum kepada pelaksana tugas kedinasan yaitu pegawai dan mantan pegawai Bank Indonesia. Selama triwulan IV-2014, telah ditangani sejumlah perkara hukum baik perdata maupun tata usaha negara, serta pemberian bantuan hukum dalam pemeriksaan pegawai oleh pihak penegak hukum.

Selama tahun 2014, Bank Indonesia menghasilkan 127 peraturan baik yang diberlakukan kepada eksternal maupun internal Bank Indonesia di bidang moneter, stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran, dan kapabilitas intern. Ketentuan eksternal yang dikeluarkan terdiri dari 21 Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan 24 Surat Edaran Ekstern (SE Ekstern). Sementara itu, ketentuan internal yang diterbitkan terdiri dari 9 Peraturan Dewan Gubernur dan 73 Surat Edaran Intern (daftar ketentuan sebagaimana lampiran).