• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nota Kesepahaman tentang zakat working group dan capacity building di Surabaya

BOKS Akuntabilitas Pencapaian Inflasi

2. Nota Kesepahaman tentang zakat working group dan capacity building di Surabaya

Penandatanganan MoU antara Bank Indonesia dan IDB, menyepakati dukungan IDB dalam pelaksanaan pertemuan anggota International Working Group on Core Principles of Zakat System (IWGCPZS) selama satu tahun ke depan dan penyediaan tenaga ahli (capacity building) untuk pengembangan ekonomi syariah di Indonesia.

3. Talkshow Pemberdayagunaan Zakat

Talkshow ini mengusung tema optimalisasi pemanfaatan zakat sebagai katalisator pertumbuhan usaha mikro nasional. Kegiatan talkshow ini merupakan wadah sosialisasi kepada target muzaki26 dan target mustahik22 untuk meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya berzakat guna memperbaiki perekonomian sektor riil. Sebagai salah satu sumber dana murah (low-cost fund), zakat berpotensi untuk menggerakkan roda pertumbuhan usaha mikro. Talkshow ini juga menggali feedback dari masyarakat umum khususnya pelaku bisnis mikro mengenai akses pemanfaatan sumber pembiayaan zakat, sehingga penyusunan skim pembiayaan bagi usaha mikro sesuai dengan karakteristik local wisdom dan porsi kebutuhan yang tepat.

BOKS

BOKS

Kerja Sama Negara Islam dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

Keterlibatan Bank Indonesia dalam kerja sama dengan negara Islam merupakan perwujudan peran bank sentral dalam mendorong setiap sektor ekonomi yang berpotensi untuk mendukung program pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Bank Indonesia menjalin kerja sama dengan negara Islam dalam bentuk pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Hal tersebut bertujuan guna menjaga stabiltas sistem keuangan dan menopang pembangunan ekonomi nasional. Bank Indonesia menyelenggarakan pertemuan tahunan Organisation of Islamic Cooperation (OIC) yang terdiri dari Expert Group Meeting Workshop dan OIC Governors Meeting pada November 2014 di Surabaya. Pertemuan OIC dengan tema “Dealing with Financial Stability Risks: Macro-prudential Policy and Financial Deepening in Islamic Finance” sejalan dengan peran Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan pengawasan makroprudensial.

26 Muzaki adalah orang yang berkewajiban membayarkan zakat karena memiliki harta yang melebihi ukuran tertentu. 27 Mustahik adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat atau infak/sedekah.

BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

BOKS

Pertemuan tersebut dihadiri oleh peserta dari bank sentral atau otoritas keuangan negara-negara OIC, kementerian luar negeri dan keuangan, organisasi internasional (OIC, SESRIC, World Bank, IDB), International working group on zakat core principles, dan Bank Syariah. Dalam pelaksanaan Expert Group Meeting Workshop menghadirkan ahli ekonomi dan keuangan syariah internasional untuk membahas implementasi kerangka kebijakan makroprudensial, Islamic Financial Sector Assesment Program (IFSAP), dan peran zakat dan wakaf dalam pendalaman pasar keuangan syariah. Serangkaian pertemuan OIC 2014 menghasilkan communique yang antara lain menitikberatkan pada area kerja sama sebagai berikut:

(i) Kooperasi dan kolaborasi antar negara Islam dalam bentuk bantuan teknis (technical assistance) dan penyediaan tenaga ahli (capacity building) dalam kerangka kebijakan makroprudensial dengan mempertimbangkan potensi cross-border spill-over dari pelemahan ekonomi global.

(ii) Kerja sama dalam pengembangan standar internasional dengan lembaga internasional seperti Islamic Financial Services Board (IFSB), World Bank Global Islamic Finance Development Centre, dan Islamic Development Bank (IDB) dalam konteks pengembangan kerangka kebijakan makroprudensial dan stabilitas sistem keuangan.

(iii) Kerja sama untuk optimalisasi dan revitalisasi sektor sosial (zakat & wakaf) dalam rangka meningkatkan financial inclusion di negara-negara Islam.

3.2.3. Pendalaman Pasar Keuangan (Syariah dan Pasar Valas)

Pasar keuangan merupakan elemen penting dalam sistem perekonomian sebagai alternatif sumber pembiayaan pembangunan, platform manajemen likuiditas dan manajemen risiko, serta katalisator bagi efektivitas transmisi bauran kebijakan. Pasar keuangan yang dalam dan berfungsi dengan baik umumnya tercermin pada ketersediaan likuiditas yang memadai, kemudahan dalam pelaksanaan transaksi, harga yang wajar, dan risiko yang minimal sehingga kondusif untuk menjaga stabilitas perekonomian.

Untuk memperkuat strategi guna mewujudkan pasar keuangan yang dalam dan efisien, Bank Indonesia telah melaksanakan beberapa program prioritas berdasarkan lima pilar strategi pengembangan pasar keuangan, yaitu (i) pengembangan pasar dan instrumen, (ii) regulasi dan standardisasi, (iii) penguatan infrastruktur sistem, (iv) penguatan peran kelembagaan, serta (v) peningkatan pemahaman dan edukasi kepada stakeholders.

Beberapa program prioritas yang terkait dengan pendalaman dan pengembangan pasar keuangan telah dilakukan oleh Bank Indonesia tahun 2014, dengan perkembangan sebagai berikut:

1. Fasilitasi perluasan penggunaan kontrak standar dalam transaksi repo antar bank dalam bentuk Mini Master Repurchase Agreement (Mini MRA).

Implementasi mini MRA merupakan salah satu upaya Bank Indonesia untuk mendukung pendalaman pasar uang rupiah. Upaya tersebut dilakukan dengan cara mendorong penggunaan kontrak standar dalam transaksi repo antar bank. Dengan kemudahan bertransaksi, diharapkan pasar uang antar bank akan lebih berkembang dan dapat memberikan fleksibilitas yang lebih tinggi bagi perbankan dalam pengelolaan likuiditas.

Bank Indonesia mendorong pendalaman pasar keuangan melalui pengembangan instrumen, penyempurnaan regulasi, penguatan infrastruktur dan kelembagaan, serta kerja sama lintas pihak.

Pada 18 Desember 2013, Bank Indonesia telah memfasilitasi kesepakatan bersama antar delapan bank dalam rangka penerapan Mini MRA. Selanjutnya, pada 13 Februari 2014, Bank Indonesia kembali memfasilitasi upaya perluasan kesepakatan mini MRA dengan 38 bank lainnya.

Seiring dengan terbentuknya kesepakatan penggunaan mini MRA dalam transaksi repo, perkembangan transaksi repo pasca Mini MRA meningkat signifikan. Rata-rata harian transaksi repo meningkat dari semula Rp598 miliar pada tahun 2013 menjadi Rp792 miliar pada tahun 2014. Suku bunga transaksi repo yang bersifat collateralized juga cenderung berada di bawah suku bunga transaksi uncollateralized untuk tenor yang sama.

2. Pembentukan komite pasar keuangan dan penyusunan market code of conduct

Dalam rangka mendukung akselerasi pendalaman pasar keuangan, Bank Indonesia menginisiasi pembentukan komite pasar keuangan (Indonesia Foreign Exchange Market Committee/IFEMC)28. Secara kelembagaan, keanggotaan komite terdiri dari Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, perwakilan bank, asosiasi dealer (Association Cambsite International/ACI Indonesia), dan Ikatan Bankir Indonesia (IBI). Pembentukan komite ini bertujuan untuk mendorong perkembangan pasar keuangan yang dalam dan efisien, serta memperkuat integritas dan reputasi pasar keuangan Indonesia guna mendukung pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

Untuk meningkatkan kredibilitas pasar keuangan Indonesia, IFEMC telah menyusun dan menetapkan Financial Market Code of Conduct (CoC) sebagai acuan best practices di pasar keuangan. Dengan adanya market conduct, diharapkan pelaku pasar dapat lebih memahami ketentuan terkait pasar keuangan dan memiliki standar integritas dan profesionalisme yang tinggi sesuai best market practices. Pasar keuangan yang dalam dan efisien dapat terwujud dengan didukung kepatuhan pelaku pasar terhadap semua kebijakan dan prosedur internal serta peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

3. Penyempurnaan ketentuan transaksi valuta asing terhadap rupiah

Dalam rangka mendorong pendalaman pasar valas domestik, pada triwulan III-2014 Bank Indonesia telah melakukan penyempurnaan beberapa ketentuan mengenai transaksi valas terhadap Rupiah. Penerbitan dua ketentuan yakni PBI tentang Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah antara Bank dengan Pihak Domestik29 dan PBI tentang Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah antara Bank dengan Pihak Asing30 bertujuan untuk memberikan acuan yang lebih jelas dan fleksibilitas kepada pelaku pasar. Kedua ketentuan tersebut merangkum dan mengelaborasi beberapa ketentuan transaksi valas yang telah dicabut, serta memberikan kelonggaran terkait underlying transaksi dan penyelesaian transaksi derivatif secara netting untuk perpanjangan (rollover), percepatan penyelesaian (early termination), dan pengakhiran transaksi (unwind). Relaksasi ketentuan dimaksud tetap dalam koridor mendukung aktivitas ekonomi di sektor riil dan meminimalkan transaksi yang bersifat spekulatif. Pasca pemberlakuan ketentuan dimaksud, tercatat sejumlah 11 bank telah melakukan transaksi netting.

28 Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 16/1/SK GBI/ 2014 tanggal 1 April 2014 tentang Pembentukan Komite Pasar valutas Asing (Indonesia Foreign exchange Market Committee).

29 PBI No. 16/16/PBI/2014 tentang Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah antara Bank dengan Pihak Domestik. 30 PBI No. 16/17/PBI/2014 tentang Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah antara Bank dengan Pihak Asing.

4. Penyusunan framework pendalaman pasar keuangan

Bank Indonesia melalui Task Force Pendalaman Pasar Keuangan menyusun framework pendalaman pasar keuangan. Hal tersebut bertujuan untuk memastikan program pendalaman dan pengembangan pasar keuangan berjalan efektif dan dapat diimplementasikan dalam menghadapi tantangan perekonomian. Pada tahap awal, Bank Indonesia bekerja sama dengan Technical Assistance (TA) IMF telah menyusun framework pendalaman pasar keuangan yang lebih difokuskan pada pengembangan pasar uang dalam kerangka operasi moneter. Ke depan, framework pendalaman pasar keuangan yang disusun akan memiliki cakupan lebih luas dan meliputi seluruh pasar keuangan yang ada. Untuk itu, diperlukan kerja sama dan dukungan seluruh stakeholders dalam menyusun framework yang baik dan kredibel sebagai acuan pelaku ekonomi.

5. Penguatan koordinasi lintas otoritas

Untuk mendorong percepatan pendalaman pasar keuangan, Bank Indonesia memperkuat kerja sama lintas otoritas yang terkait dengan pendalaman pasar keuangan. Salah satu upaya yang dilakukan Bank Indonesia adalah dengan menginisiasi pembentukan Forum Koordinasi Pendalaman Pasar Keuangan. Forum ini merupakan forum koordinasi, kerja sama, dan pertukaran informasi antar otoritas dan lembaga yang berkepentingan dalam upaya pendalaman pasar keuangan Indonesia. Melalui forum ini, diharapkan upaya pendalaman pasar keuangan yang dilakukan oleh masing-masing otoritas dapat berjalan searah, saling mendukung, dan efisien. Pertemuan awal terkait pembentukan forum ini telah dilakukan tanggal 4 Desember 2014 di Bank Indonesia. Pertemuan tersebut dihadiri oleh OJK, DJPU, LPS, Bappenas, DJP, BKF, dan Kementrian BUMN. Pembentukan forum ini secara formal akan dilakukan pada triwulan I-2015. Dalam rangka memitigasi risiko pergerakan nilai tukar, Bank Indonesia berperan aktif

dalam mendorong pelaku ekonomi khususnya BUMN untuk melakukan kegiatan lindung nilai (hedging). Transaksi lindung nilai telah menjadi best practices di berbagai negara. Namun pelaksanaannya di Indonesia masih mengalami tantangan yang terutama disebabkan adanya pandangan kerugian negara atas selisih rugi transaksi lindung nilai, serta kesiapan SDM dan infrastruktur.

Untuk memperjelas aturan pelaksanaan kegiatan lindung nilai, Bank Indonesia bersama dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, Kejaksaan, dan Kepolisian telah membentuk Tim Teknis. Pembentukan tim tersebut dalam rangka melakukan pendalaman dan penyamaan pandangan terkait transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan transaksi lindung nilai oleh BUMN.

Guna memberikan acuan kepada masing-masing instansi dalam mengatur pelaksanaan hedging, telah disusun Pedoman Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) Kegiatan Lindung Nilai. Selanjutnya pada 16 Oktober 2014, Kementerian BUMN menyampaikan surat kepada seluruh BUMN agar menjadikan SOP tersebut sebagai panduan dalam pelaksanaan transaksi lindung nilai.

Upaya pendalaman pasar keuangan oleh Bank Indonesia juga mencakup pasar keuangan syariah yang meliputi pengembangan instrumen dan pasar. Saat ini, Bank Indonesia tengah menyiapkan fasilitas transaksi repo syariah dengan instrumen Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) untuk melengkapi repo syariah dengan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Penyediaan transaksi repo antar bank syariah diharapkan mampu mendorong pengelolaan likuiditas perbankan syariah agar lebih efektif dan efisien.

Bank Indonesia juga telah menyusun berbagai kajian untuk mendukung upaya pendalaman pasar keuangan. Salah satunya adalah penyempurnaan pengaturan transaksi Sertifikat Deposito (Negotiable Certificate of Deposit/NCD). Untuk mendukung perkembangan transaksi derivatif, Bank Indonesia saat ini tengah melakukan penyempurnaan metodologi dan perhitungan suku bunga acuan jangka pendek (Jakarta Interbank Offered Rate/JIBOR). Tersedianya suku bunga acuan yang kredibel merupakan salah satu prasyarat untuk mendorong perkembangan transaksi derivatif di pasar keuangan.

3.2.4. Program Keuangan yang Inklusif (Financial Inclusion)

Dalam rangka peningkatan akses keuangan bagi masyarakat, Bank Indonesia melaksanakan kebijakan keuangan inklusif. Kebijakan tersebut bertujuan untuk mencapai kesejahteraan ekonomi melalui pengurangan kemiskinan, pemerataan pendapatan, dan stabilitas sistem keuangan di Indonesia. Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia bersinergi dengan kementerian, perbankan, lembaga domestik dan international. Kegiatan yang dilakukan hingga triwulan IV-2014 adalah sebagai berikut: