• Tidak ada hasil yang ditemukan

BOKS Akuntabilitas Pencapaian Inflasi

3.1.3. Koordinasi dengan Pemerintah

Dalam rangka pengendalian inflasi, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi untuk menjaga inflasi dalam rentang sasarannya. Hal tersebut dilakukan melalui Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI). Selama triwulan IV-2014, koordinasi pengendalian inflasi dalam forum TPI difokuskan pada beberapa kegiatan sebagai berikut: (i) penyusunan rekomendasi kebijakan stabilisasi harga pangan, (ii) penyusunan rekomendasi kebijakan energi, dan (iii) rapat koordinasi pengendalian inflasi mengenai evaluasi program kerja tahun 2014 dan penyusunan rencana kerja tahun 2015. Melanjutkan program kerja triwulan sebelumnya, pada triwulan IV-2014, koordinasi pengendalian inflasi dalam forum TPI difokuskan pada kegiatan penyusunan rekomendasi terkait kebijakan stabilisasi harga pangan dan kebijakan energi yang merupakan program kerja tahun 2014.

Rekomendasi kebijakan stabilisasi harga pangan difokuskan pada: (i) penentuan jenis komoditas prioritas yang perlu dijaga stabilitas harganya, (ii) penguatan peran BULOG dalam stabilisasi harga pangan, (iii) peningkatan cadangan pangan Pemerintah, dan (iv) evaluasi kebijakan stabilisasi dengan harga referensi. Kegiatan penyusunan rekomendasi kebijakan stabilisasi harga pangan dimaksudkan untuk menguraikan permasalahan jangka pendek yang diperlukan untuk segera menstabilkan harga pangan sebagai antisipasi terhadap rencana pemerintah menyesuaikan harga BBM. Selain itu, kegiatan tersebut juga dimaksudkan memberikan rekomendasi perlunya mengatasi permasalahan struktural yang menyebabkan gejolak harga pangan.

Rekomendasi kebijakan tersebut mencakup: (i) pentingnya memperkuat kelembagaan regulator pangan, (ii) pentingnya memperluas cakupan penugasan stabilisasi harga komoditas prioritas utama oleh BULOG, (iii) diperlukannya penambahan alokasi anggaran Pemerintah yang berorientasi pada stabilisasi harga di tingkat produsen maupun konsumen, serta (iv) evaluasi terhadap efektivitas pengendalian harga pada komoditas pangan strategis seperti daging sapi, bawang merah dan cabai merah16.

Penguatan koordinasi dengan Pemerintah pada triwulan IV-2014 dan tahun 2014 difokuskan pada sinkronisasi kebijakan moneter dan fiskal, serta mendorong percepatan reformasi struktural untuk memperbaiki struktur perekonomian.

14 PBI No. 16/16/PBI/2014 tentang Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah antara Bank dengan Pihak Domestik dan PBI No. 16/17/PBI/2014 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah antara Bank dengan Pihak Asing.

15 PBI No. 16/18/PBI/2014 tentang Transaksi Lindung Nilai Kepada Bank dan PBI 16/19/PBI/2014 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/17/PBI/2013 tentang Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia.

16 Penentuan jenis komoditas tersebut mempertimbangkan aspek ekonomi (bobot dalam pengeluaran RT, jumlah petani dan kemiskinan, dampak inflasi), aspek sosial politik, dan keterkaitan dengan program pemerintah (rencana Aksi Bukit Tinggi).

Terkait kebijakan harga referensi, juga dibutuhkan untuk komoditas daging sapi, bawang merah, dan cabai merah sebagai komoditas pangan pangan strategis, yang didukung oleh sosialisasi kepada publik secara lebih intensif. Khusus untuk daging sapi, perlu segera dilakukan revisi harga referensi yang baru berdasarkan cost of production17.

Efektivitas pengendalian harga juga sangat memerlukan dukungan ketersediaan data yang akurat, lengkap dan terkini. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, perlu mendukung penyediaan data oleh BPS yang rencananya akan dimulai pada tahun anggaran 201518. Dalam jangka menengah-panjang, perbaikan juga perlu dilakukan dalam aspek-aspek berikut yakni: (i) jaminan ketersediaan benih sepanjang tahun; (ii) perbaikan sistem penyimpanan dan logistik; (iii) mengatur penyerapan produksi dalam negeri oleh industri sebagai syarat impor; serta (iv) mendorong integrasi antara petani produsen cabai merah dan bawang merah dengan industri pengolahan.

Penyusunan rekomendasi kebijakan energi difokuskan pada langkah antisipasi dan mitigasi untuk meminimalkan dampak rencana kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap inflasi dan kemiskinan yang dilakukan baik di tingkat pusat maupun daerah. Rekomendasi yang diberikan mencakup: (i) penyaluran Raskin dan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM); (ii) pengendalian kenaikan tarif angkutan darat, (iii) pelaksanaan komunikasi yang efektif untuk mengelola ekspektasi inflasi, (iv) mengatur waktu implementasi rencana kebijakan administered prices lainnya di tahun-tahun mendatang; serta (v) menerapkan kebijakan fixed subsidy BBM di tahun 2015. Secara umum, seluruh program kerja TPI tahun 2014 telah dilaksanakan dan rekomendasi program strategis telah dilaporkan pada Tim Penanggung Jawab.

Sepanjang triwulan IV-2014, Bank Indonesia juga melakukan koordinasi pengendalian inflasi daerah. Fokus utama dalam koordinasi terkait dengan langkah-langkah antisipasi yang diperlukan terhadap kenaikan harga BBM bersubsidi dan mitigasi yang diperlukan untuk meredam dampak yang berlebihan terhadap harga-harga, serta implikasi kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap inflasi.

Pertemuan tingkat tinggi (High Level Meeting) di tingkat pusat telah diselenggarakan tanggal 20 November 2014 antara Gubernur Bank Indonesia, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, serta pejabat eselon I dan II dari Kementerian/Lembaga anggota TPI dan Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID). Pada pertemuan tersebut disepakati beberapa hal penting sebagai berikut:

1. Pentingnya upaya untuk mengendalikan kenaikan tarif angkutan khususnya angkutan dalam kota. Terkait hal ini, Menteri Perhubungan telah menetapkan kenaikan tarif angkutan umum (antar kota) dan angkutan penyeberangan maksimal sebesar 10%19. Selain itu juga diusulkan batasan kenaikan tarif angkutan ditetapkan pada kisaran 15%-20%.

2. Sebagai upaya mendukung penguatan sistem logistik pertanian, perlu dibentuk tim lintas kementerian untuk melakukan studi secara mendalam terkait penggunaan sprinkler dan cooler storage pada komoditas hortikultura khususnya cabai dan bawang merah.

17 Harga referensi daging sapi yang berlaku saat ini sebesar Rp76.000/Kg.

18 Penyediaan data tersebut mencakup luas tanam, luas panen, luas produksi dan mencakup juga aspek spasial. 19 Surat No.PR.201/1/7 Phb-2014 tanggal 18 November 2014.

3. Mempercepat distribusi beras ke pasar melalui operasi pasar dengan menggunakan cadangan beras pemerintah (CBP) untuk mengantisipasi tekanan kenaikan harga beras akhir tahun.

4. Perlunya komunikasi kenaikan upah minimum provinsi rata-rata tahun 2015 sebesar 13% untuk 29 provinsi kepada buruh.

Koordinasi antara TPI di tingkat pusat dan Pokjanas TPID dilakukan secara intensif sebagai upaya untuk menyelaraskan arah kebijakan yang ditempuh. Beberapa rangkaian pembahasan dilakukan antara TPI dan Pokjanas TPID untuk menyepakati pentingnya fokus pada arah pengendalian inflasi ke depan. Hal tersebut sebagai langkah antisipasi terhadap rencana implementasi kebijakan yang memengaruhi administered prices dan mendorong upaya struktural guna mengatasi persoalan konsistensi kesinambungan pasokan pangan. Dalam rangka penguatan komitmen pengendalian inflasi di daerah, Pokjanas TPID secara rutin melakukan koordinasi dengan TPID di berbagai daerah. Fokus agenda dalam koordinasi tersebut adalah pada upaya mendorong penguatan kerja sama antar daerah, yang didukung dengan peningkatan transparansi informasi harga pangan. TPI dan Pokjanas TPID juga aktif melakukan komunikasi publik melalui berbagai media maupun diseminasi ke daerah, sebagai bagian dari edukasi dan membangun komitmen daerah akan pentingnya pengendalian inflasi.

Selain itu, Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan instansi terkait dalam rangka Protokol Manajemen Krisis (PMK) Nasional. Penguatan PMK Nasional dilakukan melalui koordinasi intensif dalam Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) yang beranggotakan Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sepanjang triwulan IV- 2014, telah dilakukan pembahasan asesmen pemantauan kondisi Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) dalam rapat koordinasi bulanan tingkat deputi dan rapat koordinasi tiga bulanan di tingkat anggota FKSSK. Berdasarkan hasil pemantauan (surveillance) dari masing-masing anggota FKSSK, secara umum kondisi SSK menunjukkan indikasi normal, meskipun indikator ketahanan fiskal dinilai perlu diwaspadai.

Selain itu, Bank Indonesia bersama anggota FKSSK lainnya mengembangkan instrumen pengambilan keputusan FKSSK dalam mengantisipasi potensi risiko yang dapat menganggu SSK. Sejak awal tahun, telah dibentuk Working Group FKSSK untuk memperkuat kerangka analisis, penetapan dan harmonisasi indikator surveillance kondisi SSK, penyiapan mekanisme koordinasi Jaring Pengaman Sistem Keuangan Internasional (International Financial Safety Net), serta aspek legal. Untuk menguji kesiapan anggota FKSSK dalam menggunakan instrumen dimaksud, pada 18 Desember 2014, telah dilakukan simulasi pencegahan dan penanganan krisis yang dihadiri perwakilan pimpinan dari masing-masing institusi anggota FKSSK.

Untuk mendukung PMK Nasional, Bank Indonesia terus berupaya memperkuat PMK internal. Bank Indonesia secara berkala melakukan asesmen terhadap perkembangan dan risiko nilai tukar, termasuk memperkuat metode surveillance dan opsi kebijakan di tengah meningkatnya ketidakpastian normalisasi kebijakan the Fed, berlanjutnya penurunan harga komoditas, serta kekhawatiran terhadap kerentanan ekonomi domestik. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan pembahasan secara intensif guna menyempurnakan prosedur dan ketentuan PMK Internal pasca-beralihnya fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan ke OJK sejak 31 Desember 2013 dan mempertimbangkan dinamika perubahan organisasi Bank Indonesia.

Selanjutnya dalam rangka menghadapi perkembangan kondisi makroekonomi dan risiko ke depan, Bank Indonesia telah melakukan rapat koordinasi pada 16 Oktober 2014 di Jakarta, bersama Kementerian terkait (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Dalam Negeri dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Rapat koordinasi tersebut menyimpulkan bahwa ekonomi Indonesia saat ini ditandai oleh stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang tetap terjaga. Kondisi tersebut tidak terlepas dari koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang semakin sinergis dan koheren. Namun, ke depan sejumlah risiko yang berasal dari domestik dan eksternal perlu diwaspadai. Kebijakan yang terkoordinasi antara moneter, fiskal, dan sektor riil tetap diperlukan untuk dapat secara efektif mengelola berbagai risiko yang berpotensi mengganggu stabilitas makroekonomi dan memperdalam perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Dalam rangka transisi pemerintahan dan menjaga kesinambungan perekonomian, Rapat Koordinasi antara Pemerintah dan Bank Indonesia juga menyepakati untuk memperkuat koordinasi kebijakan yang secara konsisten diarahkan pada upaya untuk memelihara stabilitas makro dan sistem keuangan. Hal itu dilakukan melalui empat upaya yaitu (i) mengendalikan inflasi sesuai dengan sasaran yang ditetapkan, (ii) melanjutkan upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih berkesinambungan, (iii) menjaga kesinambungan fiskal, dan (iv) mengelola Utang Luar Negeri (ULN) yang lebih sehat.

Rapat koordinasi tersebut juga menghasilkan kesimpulan bahwa koordinasi kebijakan BI dan Pemerintah perlu terus diperkuat. Penguatan terutama melalui sinkronisasi kebijakan moneter dan fiskal untuk menjaga stabilitas makroekonomi dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan, dan mendorong percepatan reformasi struktural untuk memperkokoh fundamental dan memperbaiki struktur perekonomian.