• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Modernisasi Pesantren

Dalam dokumen MODERNISASI KURIKULUM PESANTREN (Halaman 54-58)

B. Modernisasi Kurikulum Pesantren 1. Pengertian Modernisasi

3. Aspek Modernisasi Pesantren

Secara historis, aspek modernitas sebenarnya telah dinampakkan oleh pesantren jauh sebelum kemerdekaan, yakni sejak dilancarkannya perubahan modernisasi pendidikan Islam dikawasan muslim. Modernisasi paling awal sistem pendidikan di Indonesia, harus diakui tidak bersumber dari kalangan muslim sendiri. Sistem pendidikan modern pertama kali yang kemudian mempengaruhi sistem pendidikan Islam, justru diperkenakan oleh belanda paruh abad ke 19. Ini bermula dengan adanya perluasan kesempatan para pribumi untuk mendapatkan pendidikan, sebagai akibat penerapan politik ethis. Program ini dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda dengan mendirikansekolah-sekolah rakyat atau sekolah negeri.

Ada berbagai variasi pesantren yang mengarah pada pembedaan secara kategorial. Pengkategorian pesantren diihat dari berbagai perspektif, salah satunya adalah: rangkaian kurikulum, keterbukaan terhadap perubahan, sistem pendidikan dan tigkat kemajuan. Beberapa aspek modernitas yang sering menjadi kajian penelitian yaitu:

a.

Sistem pendidikan.

36

Hasbulloh, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), h. 155

Istilah sistem pendidikan dalam wacana ini dimaksudkan sebagai suatu pola menyeluruh dalam suatu masyarakat di lembaga-lembaga formal maupun non formal, agen-agen dan organisasi yang

memindahkan pengetahuan dan warisan kebudayaan yang

mempengaruhi pertumbuhan sosial dan pengetahuan intelektual. Jadi, fungsi sistem pendidikan sangat krusial dalam lembaga pendidikan itu sendiri. Sebab, sistem ini merupakan media yang akan mengantarkan pendidikan pada orientasi akhirnya yang berupa tujuan instituisional maupun ideologis. Maka pada tataran ini transmisi keilmuan sangat dibutuhkan dalam menompang target dari lembaga pendidikan itu sendiri. Oleh sebab itu, sistem pendidikan memiliki peran penting dalam mensukseskan target pendidikan, lebih-lebih pesantren yang memiliki ciri khas yang sangat berbeda. Akan tetapi dalam kurun waktu terakhir ini sistem pendidikan yang ada dimodifikasi untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang serba global ini, langkah-langkah strategis yang dilakukan dalam konteks ini yaitu melakukan modernisasi pendidikan pendidikan pesantren yang spesifiknya pada sistem pendidikan.37 Sistem pendidikan dalam pesantren modern mencakup paling tidak kurikulum dan metodologi. Pembaharuan (modernitas) kurikulum dilakukan dengan cara tetap memberikan pengajaran Islam, sekaligus memasukkan subyek (pelajaran) sebagai substansi pendidikan. Pembaharuan metodologi dilakukan dengan menerapkan sistem klasikal atau penjenjangan. Dari kedua unsur tersebut maka bentuk lembaga pendidikan madrasah atau sekolah umum serta kelembagaan atau fasilitas bagi kepentingan kependidikan umum menjadi sebuah keniscayaan.

Dari segi metode pengajaran, tidak lagi menerapkan sorogan atau bandongan, tetapi telah mulai menggunakan berbagai metode pengajaran yang diterapkan pada sekolah umum seperti : tanya jawab,

37 Ninik Masruroh & Umiarso, Modernisasi Pendidikan Islam Ala Azyumardi Arza (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h 119.

hafalan, sosio drama, widyawisata, ceramah hingga sistem modul. Bahkan pada beberapa pesantren modern saat ini seperti Al hikam di malang mulai menggunakan metode diskusi dan seminar. Dengan demikian modernisasi metode pendidikan tersebut mulai dari sorogan, bandongan, ceramah, mudzakaroh, hingga perkembangan akhir yang cenderung menerapkan diskusi dan seminar sebagai terjadi disekolah- sekolah umum.

Dalam hal metode evaluasi, pesantren modern menerapkan metode evaluasi dengan cara untuk mengetahui tingkat kemampuan seorang santri. Hasil evaluasi yang dikwantifisir dalam bentuk angka yang “bernilai ” dipergunakan sebagai alat, apakah santri dapat naik kelas atau lulus dalam jenjang kelas tertentu. Metode evaluasi menjadi keniscayaan bagi pesantren modern, karena didalamnya terdapat sekolah umum/madrasah. Hal lain yang menandai modernisasi dalam sistem pendidikan adalah aplikasi terhadap sistem informasi dan tekhnologi. Penggunaan tekhnologi informasi seperti pemanfaatan jaringan internet saat ini telah banyak dilakukan oleh sejumlah pesantren. Dengan demikian sistem informasi dan tekhnologi ini telah berperan sebagai media belajar santri.

b.

Manajemen kelembagaan.

Sebagai lembaga pendidikan berciri modern, yang artinya mau dan mampu menerima perubahan dari luar, dari aspek kelembagaan ada kecendrungan pesantren modern untuk melakukan konslidasi organisasi kelembagaan, khususnya aspek kepemimpinan dan manajemen.38 Secara tradisional, kepemimpinan pesantren dipegang oleh satu atau dua orang kyai, tetapi dalam perkembangannya, pesantren modern mengembangkan kelembagaan yayasan, yang pada dasarnya merupakan kepemimpinan kolektif.

c.

Fungsional.

38

Azyumardi, azra, pendidikan Islam tradisi dan modernisasi menuju milleniu baru,(Jakarta : mizan. 1995), h. 104.

Pembaharuan/modernisasi juga diarahkan pada fungsionalisasi pesantren, sebagai salah satu pusat penting bagi pembangunan. Dengan posisi dan kedudukannya yang khas, pesantren diharapkan menjadi alternatif pembangunan yang berpusat pada mesayarakat sendiri dan pada nilai- nilai pesantren. Sejauh ini banyak didapati juga perespon situasi dan perkembangan politik yang terjadi di tanah air. Menjelang pemilu, pesantren berperan sebagai jaringan komunikasi politik.39

Modernisasi tidak hanya menyangkut gaya hidup, tetapi juga nilai-nilai yang diacu. Keterbukaan terhadap nilai yang berasal dari luar senantiasa dilakukan oleh pesantren. Pesantren selalu peka terhadap perubahan zaman dan berperan bukan hanya dalam bidang pendidikan tetapi juga aspek lainnya. Kegiatan menjadi semakin padat dan berorientasi kemasyarakatan.

Dalam kaitan dengan perannya, maka pesantren modern dalam konteks penelitian ini juga dicirikan degan adanya pembaharuan fungsionalisasi pesantren sebagai salah satu pusat penting bagi pembangunan masyarakat secara keseluruhan dalam posisi dan kedudukannya yang khas, pesantren juga memiliki khas, pesantren juga memiliki peran sebagai alternatif pembangunan yang berpusat pada masyarakat itu sendiri dan sekaligus sebagai pusat pengembangan pembanguna yang berorientasi pada nilai.

Selain memiliki peran tradisional, setidaknya juga menjadi pusat penyuluh kesehatan, pusat pengembangan tekhnologi, dan usaha penyelamat lingkungan hidup, dan yang lebih penting lagi menjadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat. Sebagai konsekuensi pembaharuan fungsi pesantren dengan cakupan kegiatan yang sangat luas, maka pengembangan jaringan yang sangat luas, maka pengembangan jaringan kerja dengan lembaga lain merupakan salah

39

A. Malik M. Thaha tuanaya dkk, Modernisasi Pesantren, (jakarta: balai penelitian dan pengembangan agama jakarta, 2007),hal . 5.

satu prasayarat. Lembaga luar yang dimaksud bisa merupakan organisasi pemerintah maupun organisasi non pemerintah, swasta bahkan lembaga donor asing.40

Dalam dokumen MODERNISASI KURIKULUM PESANTREN (Halaman 54-58)

Dokumen terkait