• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Pondok Pesantren Himatul Aliyah

Dalam dokumen MODERNISASI KURIKULUM PESANTREN (Halaman 69-79)

A. DESKRIPSI DATA

1. Sejarah Pondok Pesantren Himatul Aliyah

Pondok pesantren Himmatul Aliyah didirikan oleh H. Kaih pada bulan september tahun 1999 di Jalan Makmur No. 7, Kp. Kekupu Barat, Kel. Rangkepan Jaya Lama, Kec. Pancoranmas-Kota Depok dengan masih menggunakan sistem salafy. Pesantren ini dibangun atas dasar ingin menciptakan bibit-bibit unggul yang akan meneruskan kiprah pendidikan dalam agama Islam. Atas dasar itulah pesantren ini dibangun namun masih dengan sistem salafi, pada mulanya pondok pesantren berbentuk pengajian yang diikuti oleh beberapa murid atau santri sekitar daerah Depok yang belajar dirumah sang guru kemudian berkembang menjadi sebuah pondok. Karena salah satu faktor lama kelamaan santri semakin menurun sehingga membuat pesantren ini non aktif sementara waktu, atas musyawarah bersama antara masyarakat dan kyai maka pesantren ini di fungsikan lagi tetapi dengan sistem baru yaitu dengan memadukan sistem modern dengan sistem salafiyah atau biasa disebut pesantren khalaf. Menurut keterangan DEPAG RI Dektorat Jenderal kelembagaan agama Islam, pesantren khalaf adalah pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pendididkan dengan pendekatan moedrn melalui satuan pendidikan formal, baik MTS maupun MA.

PPHA (untuk berikutnya dibilang PPHA) merupakan pondok pesantren yang memperbaharui atau memodernisasi pada segi-segi tertentu khususnya pada bidang kurikulum dan tetap mempertahankan

sistem salafiyahnya. Satu contohnya tetap mewajibkan santri

menggunakan kitab kuning sebagai salah satu yang di wajibkan hingga menjadi bahan rujukan dalam setiap ujian yang diberikan. Karena tetap

mempertahankan pelajaran mengunakan metode kitab kuning itulah yang menjadikan pesantren ini sebagai salah satu yang diperhitungkan diantara pesantren lainnya.1

2. Modernisasi

a. Perkembangan kurikulum pesantren.

Setelah melewati fase penurunan, pesantren melakukan beberapa perubahan didalam tubuh PP Himmatul Aliyah pada tahun 2007, pondok tersebut mengalami beberapa perkembanganyang pertama, meluasnya mata kajian yang tidak terbatas pada kitab klasik saja selain masuknya ilmu umum dan keterampilan. Kedua, memiliki sekolah formal seperti MTs dan MA dibawah kurikulum kementrian pendidikan dan kebudayaan dan pesantren. Ketiga, pola kepengurusan yang awalnya bentuk personal menjadi kolektif dengan bentuk yayasan. Keempat, kurikulum yang jelas, dalam bidang kurikulum PPHA mengalami perubahan yang pada awalnya hanya mengajarkan inti pokok pada Iman, Islam dan Ihsan saja, dalam arti luasnya pondok ini mengajarkan ilmua agama Islam saja, tetapi pondok ini berkembang denga mengajarkan ilmu, sharaf, nahwu, tafsir, kalam dan tasawuf. Jenis pendidikan yang diterapkan di PP Himmatul Aliyah ini dengan menggunakan kurikulum mentri pendidikan dan

kurikulum pondok. 2 ke lima, kewajiban dalam menggunakan bahasa

arab dan inggris bagi santri. .

Sedangkan perubahan dalam ruang lingkup sekolah bisa terlihat dari Latar belakang pemikiran berdirinya Madasah Tsanawiyah (MTs) Himmatul Aliyah adalah untuk menampung dan memberikan sarana serta prasarana pendidikan kepada penduduk seknitar yang memang saat itu belum mempunyai prasarana pendidikan setingkat Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SLTP). Saat ini jarak antara Madasah

1

Dokumen Profil Pondok Pesantren Himmatul Aliyah, Depok

2

Tsanawiyah (MTs) Himmatul Aliyah dengan sekolah sederajat SMP-IT perjuangan berjarak sekitar 0.7 Km.

Dari latar belakang itulah, maka berdiri Madasah Tsanawiyah (MTs) Himmatul „Aliyah atas prakarsa Dewan Pengurus (KH. Muchamad Nata, H. Muhammad Dahlan, St. Khodijah, S. Pd. I) pada pertengahan Juni 2007. pada saat awal berdiri siswa yang ada berjumlah 24 siswa dengan 10 tenaga pengajar dan 2 karyawan. Menginjak tahun ke-2 jumlah siswa yang ada berjumlah 61 orang. Madasah Tsanawiyah (MTs) Himmatul „Aliyah baru mengantongi ijin operasional sekolah Pada tanggal 8 September 2008.

Kurikulum yang digunakan saat ini menggunakan KTSP dari Depag yang dipadukan dengan kurikulum Pesantren, karena memang Madasah Tsanawiyah (MTs) Himmatul „Aliyah bernaung dibawah Yayasan Himmatul „Aliyah yang mempunyai dua sistem pendidikan yaitu Pondok Pesantren Himmaul „Aliyah dan Madasah Tsanawiyah (MTs) Himmatul „Aliyah.

b. Visi Misi MTS Himatul Aliyah sama dengan VISI MISI pondok pesantren.

Visi: Menjadikan siswa yang unggul dalam ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum yang berbasis pada Alqur‟an.

MISI: 1. Menjadikan kader Muslim yang berkualitas dalam ilmu pengetahuan agama dan umum.

2. Menyiapkan kader-kader muslim yang berkualitas dalam ilmuagama dan ilmu pengetahuan umum ditengah-tengah masyarakat

3.Mencetak kader-kader muslim yang rabbani dan

berwawasan luas dan berakhlakul kariimah. c. Kurikulum

Kurikulum yang digunakan pada PPHA sebelum terjadi perubahan sistem ke modern masih menggunakan kurikulum lama yaitu salafi dimana pada kurikulum ini semua yang dipelajari masih atas dasar

persetujuan pak kyai. Santri masih belajar langsung dengan pak kyai. Pada waktu itu yang diajarkan hanya belajar IQRO, baca al-quran dan bagi yang sudah besar baru belajar kitab.

Penggabungan antara kurikulum salaf dengan modern dapat

menjadikan keselarasan dalam mencapai program nasional

“pendidikan karakter bangsa” dimana dalam pendidikan pesantren salaf masih mengembangkan nilai-nilai yang sangat penting untuk dilestarikan seperti menghormati guru, hidup sederhana, mandiri, bersikap rendah diri dalam menyampaikan pendapat. Sedangkan untuk pendidikan formal menggunakan metodologi pembelajaran KTSP dari Depag sehingga antara keduanya saling melengkapi satu sama lain. Pesantren Himmatul Aliyah bernaung dibawah yayasan Himmatul Aliyah yang mempunyai 2 tingkat pendidikan yaitu MTs dan MA. Sedangkan kurikulum pondok menggunakan kurikulum berada pada naungan pak kyai.

d. Sarana Prasarana Pondok Pesantren Himatul Aliyah

Dalam suatu institusi pendidikan pengadaan sarana dan parasarana merupakan salahsatu yang perlu diperhatikan, karena dengan sarana prasarana yang bagus dan lengkap dapat menunjang setiap kemampuan yang santri miliki. Sarana prasarana PPHA sebelum mengalami perubahan sama dengan pesantren lainnya yang terdiri dari masjid, asrama, dan kamar mandi.

Sarana dan prasarana menjadi suatu hal yang juga diperhitungkan dalam proses KBM pada setiap lembaga pendidikan termasuk ranah pesantren. Baik sekolah maupun pesantren harus melengkapi sarana prasarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar peserta didik sehingga dengan tersedianya alat-alat tersebut murid atau guru dapat memberikan materi dengan jelas.

Walaupun pesantren ini masih terbilang baru tetapi untuk kelengkapan sarana prasarana sudah bisa dikatakan lengkap hanya saja masih ada yang perlu dilengkapi misalnya untuk perlengkapan

lab baik lab IPA dan B. Indonesia. Perlengkapan yang ada menunjang sistem KBM di PPHA ini dan juga, menunjukkan bahwa pondok ini sudah dipadukan dengan sistem modern seperti adanya perpustakaan, lab. Komp, tempat olahraga.

Menurut salah satu sumber ketersediaan media pembelajaran di PPHA sangat berbeda antara pendidikan formal dan non formal. Untuk pendidikan formal dikatakan sudah cukup memadai dan cukup kompherensif yakni dengan adanya in focus projector ruangan multimedia, laboratorium micro teaching, perangkat pengeras suara (sound) yang terintegrasi disetiap kelasnya dan lain-lain. Dengan kesediaan media pembelajaran tersebut tentu sangat mempermudah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dilaksanakan. Sedangkan media pembelajaran untuk pendidikan non formal tidak cukup memadai artinya dalam proses pembelajaran hanya menggunakan media yang apa adanya dan bersifat konvensional.

TABEL 4.2

Sarana & prasarana PP.Himmatul Aliyah

NO BANGUNAN/RUANG

KONDISI RUANGAN TOTAL DIPA TAHUN INI

PEMBANGUNAN REHABILITASI B RR RB JML UNIT ANGGARA N (Rp) UNIT ANGGARAN (Rp) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Kepala Madrasah 1 - - 1 2 Guru 1 - - 1 3 Kelas 4 - - 4 4 Perpustakaan 1 - - 1 5 Lab. IPA - - - - 6 Lab. Bahasa - - - -

7 Lab. Komputer 1 - - 1 8 Lab. Biologi - - - - 9 Lab. Fisika - - - - 10 Lab. Kimia - - - - 11 Aula - - - - 12 Tata Usaha 1 - - 1 13 Tempat Ibadah 1 - - 1 14 Konseling - - - - 15 UKS/Kesehatan - - - - 16 OSIS - - - - 17 Toilet 4 - - 4 18 Gudang 1 - - 1

19 Tempat Olah Raga 1 - - 1

20 Keterampilan - - - - JUMLAH 16 - - 16 - - - -

Sumber: Dokumen Sekolah PP Himmatul Aliyah, Depok

e. Data Guru Dan Siswa Pondok Pesantren Himatul Aliyah. 1. Pendidik.

Pada saat masih shalafi tenaga pendidik saat itu hanya pak kyai dan ustadz yang sudah disetujui oleh pak kyai mampu dalam mengajar terutama ustadz yang sudah memahami tentang kitab kuning. Guru pada waktu itu hanya berjumlah 6 orang saja,. Guru tersebut diantaranya: H. Muhammad Dahlan, wawan S. Ag, H. Muhammad Hatta S. Ag, H. Raden Saleh M. Pd, siti khadijah S. Pd, iwan jawawi S.Ag, Ust. Muhammad Yasin S.Ag.

Tabel 4.1

Sumber: wawacara terbuka dengan guru Himmatul Aliyah

Semua guru diatas sebagian besar mendukung perubahan bentuk pesantren yang mulanya salafi menjadi khalafi khususnya dalam bidang kurikulum, setelah menjadi khalafi terdapat penambahan pendidik. Berdasarkan data yang diperoleh dari pengurus pondok pesantren Himmatul Aliyah bahwa jumlah ustadz atau tenaga pengajar sebanyak ± 20 orang, sedangkan latar

belakang pendidikannya cukup bervariasi, ada yang

berpendidikan tinggi adapula yang hanya lulusan pesantren saja karena untuk menjadi seorang pendidik atau guru pak kyai tidak memandang dia lulusan mana dan sarjana apa, tetapi yang beliau lihat hanya pengetahuan tentang kitab kuning dalam mengajar. Para ustadz sebagian ada yang bertempat tinggal di asrama pesantren, karena selain sebagai ustadz juga masih “nyantri” di pesantren tersebut, sedangkan sebagian lagi juga telah menjadi tokoh masyarakat sekitar.

Sebagai seorang pendidik dituntut memiliki skill dan keahlian dalam menyampaikan setiap materi agar para peserta didik paham akan materi yang disampaikan, oleh karena itulah setiap guru di

No Nama guru

1 H. Muhammad Dahlan

2 Wawan S.Ag

3 H. Muhammad Hatta S.Ag

4 H. Raden salamun M.Pd

5 Siti khadijah S.Pd

6 Iwan jawawi S.Ag

haruskan memiliki kemampuan dalam menguasai kelas. Dalam proses KBM guru dituntut memiliki sikap profesionalitas yang tinggi baik ketika berinstruksi dengan murid atau ketika menyampaikan materi dengan penerapan metode yang berbeda. Penerapan metode pembelajaran yang sudah mengakar dan membudaya pada sistem pesantren termasuk pondok pesantren Himmatul Aliyah adalah metode sorogan (mengkaji kitab secara individual dan langsung dari guru), bandongan (secara kelompok dan dipimpin oleh kyai atau ustadz), muhafazoh (hafalan terhadap suatu kitab atau materi pelajaran tertentu).3

TABEL 4.3

DAFTAR NAMA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

3

Hasil Wawancara Guru Agama Pondok Pesantren Himmatul Aliyah, Depok(13 Mei 2015)

NO Nama Guru L/P Jabatan Mata Pelajaran

1 WAWAN, S. Ag L Ka. MADRASAH ---

2 ABDUL GOFUR, SEI L KEPALA TU IPS TERPADU &TIK

3 KHODIJAH, S. Pd. I P BENDAHARA AKIDAH AKHLAK

4 SAIPUL ANWAR, S. Sos. I L KABID. KUR PKn

5 H. MUHAMMAD DAHLAN L KABID.SISWA SKI

6 Ir. M. ANDI WIJAYA L KABID.SAR MATEMATIKA

7 AZIZAH, SS P --- BAHASA INDONESIA

8 ADE KUMALASARI P --- BAHASA INGGRIS

9 YULIANAH P --- KETERAMPILAN

10 MELISA P --- SENI BUDAYA

11 MAHATHIR, S. Si L --- IPA

12 KHOLISOH P HADITS SELECTED

13 SYARIFAH MARWAN P --- QUR‟AN HADITS

14 RION UTAMA L --- BAHASA DAERAH

Sumber: Dokumen Sekolah PP Himmatul Aliyah, Depok

TABEL 4.4

JUMLAH TENAGA KEPENDIDIKAN

L P Jumlah

1. PNS --- --- ---

2. GTT 2 1 3

Jumlah 2 1 3

Sumber: Dokumen Sekolah PP Himmatul Aliyah, Depok

2. Santri.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengurus PPHA bahwa jumlah santri sebelum mengalami perubahan sekitar 20-30 santri. Pada saat itu sistem pengajaran masih salafi yaitu masih dengan pengawasan kyai sepenuhnya dan model pembelajaran pada saat itu juga hanya wetonan dan bandongan tidak seperti model pembelajaran zaman sekarag yang sudah ada sistem klasikal. Pada saat itu juga sebagian santri yang memilih mukim atau tinggal, karena tempat mereka tinggal dengan pesantren cukup dekat. Sehingga mereka lebih memilih untuk pulang pergi tapi tidak menutup kemungkinan mereka terkadang ikut mukim. Dari data yang diperoleh penulis dipondok pesantren Himmatul Aliyah memiliki ±300 santri baik putra maupun putri. Dan dipondok pesantren Himmatul Aliyah sebagian santri mukimnya

16 M. MUHSIN SHOLIHIN L --- NAHWU SHOROF

17 M. MAFTUH SUARDI L FIQIH

18 MUZTABA L --- KHOT

adalah murid-murid yang berasal dari daerah sekitar, tetapi tidak sedikit pula ada santri yang berasal dari luar kota seperti Bekasi, Jakarta, bahkan Bogor.

Santri yang bermukim ada yang bersekolah dan adapula yang sudah kuliah, bagi santri yang sekolah mereka melakukan kegiatan seperti biasa selayaknya seorang pelajar, sedangkan santri yang kuliah apalagi yang sudah menguasai kitab kuning mereka di tugaskan membentu pak kyai dalam memberikan pelajaran tambahan dalam materi kitab dipesantren.

f. Kegiatan Estra Kurlikuler

Dalam meningkatkan kemampuan dan minat yang dimiliki santri serta mengantisipasi persaingan bebas khususnya dalam pendidikan formal, PPHA ini telah mengadakan berbagai kegiatan ekstrakulikuler sebagai wadah dalam mengembangkan bakat dan minat santri sebagaimana dijalskan diatas. Kegiatan santri pada masa salafi hanya terdiri dari mohadhoroh, marawis dan qoshidah.

Sedangkan setelah terjadi perubahan Kegiatan estrakulikuler menjadi bertambah dan rutin diadakan setiap hari sabtu, dan santri dan santriwati bebas memilki kegiatan estrakulikuler sesuai dengan keinginan dan kemampuannya, kegiatan etrakulikuler diantaranya :

a. Hadroh b. Silat c. Rebana d. Marawis e. Muhadoroh (Pidato) f. PRAMUKA

g. Kursus bahasa (Arab dan Inggris) h. Komputer4

4

Dalam dokumen MODERNISASI KURIKULUM PESANTREN (Halaman 69-79)

Dokumen terkait