• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Balai Inkubator Teknologi

4.1.4 Aspek Operasional

Aspek operasional BIT meliputi : kriteria calon tenant binaan, periode dan tahapan, strategi pembinaan, kriteria keberhasilan pembinaan, fasilitas dan jasa layanan, sumber pendanaan, dasar penetapan biaya pembinaan, jenis industri

tenant, hubungan BIT dengan tenant.

1. Kriteria tenant

Kriteria calon tenant yang telah ditetapkan oleh BIT yaitu : a. Ide atau gagasannya memiliki potensi komersial.

b. Berpotensi menciptakan lapangan kerja.

c. Adanya kesamaan antara kebutuhan tenant dan layanan yang diberikan BIT. d. Intensitas litbang besar dan produknya berbasis teknologi atau inovasi. e. Mempunyai teamwork yang potensial.

f. Secara pribadi memiliki potensial kemampuan kewirausahaan.

g. Memiliki suatu rencana bisnis yang berisi fokus utama bisnisnya, informasi pasar, pesaing, konsumen dan perkiraan cashflow.

2. Periode dan tahapan inkubasi

Inkubasi adalah proses pembinaan bagi tenant dan atau pengembangan produk baru yang dilakukan oleh BIT dengan cara penyediaan sarana dan prasarana

usaha, pengembangan usaha, dukungan manajemen serta teknologi. Periode inkubasi BIT secara konseptual dilakukan berdasarkan beberapa tahapan, yaitu : a. Periode pengembangan konsep/ide awal dan rencana usaha.

b. Start Up Period : penerapan konsep dan rencana usaha menjadi usaha awal yang masih coba-coba.

c. Pilot Project Period : penerapan usaha yang sebenarnya, yang dilakukan sesuai rencana usaha tetapi belum mencapai hasil yang optimal.

d. Roll Out Period : usaha yang sudah berjalan stabil dan menunjukkan peningkatan volume, nilai tambah dan produktivitas.

Berdasarkan hasil survei, periode inkubasi yang dilakukan BIT dari tahap awal sampai Roll Out bervariasi antara tenant yang satu dengan yang lain, dan berkisar antara 1 s.d 5 tahun.

3. Sumber dana inkubasi

Sumber dana untuk tahapan/proses inkubasi, selain berasal dari BIT, juga dari kerjasama program dengan BUMN, Kemenkop & UKM, Dikti-Kemdiknas, Pemerintah Daerah, serta kerjasama dengan stakeholders lain. Sumber dana untuk inkubasi, dilihat dari sasarannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu dana untuk operasional proses inkubasi (pembinaan dan pelatihan tenant) dan dana untuk penguatan usaha tenant.

4. Strategi pembinaan

Strategi pembinaan BIT kepada tenant selama masa inkubasi terkait erat dengan tahapan proses inkubasi yang terdiri dari konsep/ide awal, Start Up, Pilot Project dan Roll Out. Strategi pembinaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi usaha dan kemampuan tenant. Dalam tahapan pembinaan

tenant, kegiatan yang dilakukan untuk setiap tahapan adalah sebagai berikut : a. Tahap pengembangan ide dan konsep awal

1) Pemantapan wirausaha melalui pelatihan dasar, studi banding dan sharing success story dari pengusaha sukses.

2) Pembuatan dan konsultasi business plan.

3) Pembinaan dan pendampingan. 4) Pemberian insentif.

b. Tahap Start Up

1) Pencarian dan peningkatan akses pasar melalui pameran dan pengembangan jaringan pasar.

2) Magang usaha.

3) Peningkatan akses sumber dana (investor atau lembaga keuangan). 4) Pembinaan dan pendampingan.

5) Konsultasi bisnis. c. Tahap Pilot Project

1) Penyebarluasan informasi produk dan jasa. 2) Penelitian mengenai kepastian pasar.

3) Pemantapan jaringan dengan pemerintah, BUMN dan Bank.

4) Penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi seperti: e-commerce. 5) Penggunaan aplikasi computer.

6) Pemantapan kelembagaan. 7) Penguatan legalitas.

8) Pencapaian dan peningkatan efesiensi dan daya saing. 9) Konsultansi bisnis.

d. Tahap Roll Out

2) Pengawasan hak cipta, hak merk dan lain-lain. 3) Pengembangan pasar domestik maupun ekspor.

4) Penguatan akses dan jaringan permodalan dengan BUMN dan bank. 5) Menjalin jaringan dengan lembaga lain.

6) Pertumbuhan dan penguatan efisiensi dan daya saing. 7) Penguatan Manajemen.

8) Konsultansi bisnis.

Untuk melaksanakan strategi pembinaan kepada tenant, dibutuhkan tenaga ahli, antara lain di bidang teknologi terapan, kewirausahaan, perencanaan usaha, hukum, community development, perbankan dan sebagainya. Sebagian tenaga ahli difasilitasi dari BIT, dan sebagian lain dari lembaga/institusi di luar BIT. BIT tidak menempatkan tenaga khusus untuk setiap tahapan dengan pertimbangan efektivitas dan efisiensi serta kesinambungan pembinaan untuk masing-masing tahapan proses inkubasi.

5. Kriteria keberhasilan tenant

Secara ideal keberhasilan BIT dalam membina tenant dapat diukur pada masing-masing tahapan proses inkubasi. BIT menetapkan kriteria keberhasilan untuk setiap tahapan proses inkubasi, khususnya untuk tahapan Pilot Project atau

Roll Out. Hal ini sangat terkait dengan adanya persyaratan/kriteria dalam rangka memperoleh pembiayaan dari program pemerintah atau persyaratan dalam rangka kerjasama dengan lembaga keuangan (BUMN dan perbankan).

Secara keseluruhan kriteria keberhasilan tenant untuk masing-masing tahapan proses inkubasi dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Tahap pengembangan ide dan konsep awal 1) Memiliki ide yang inovatif dan layak. 2) Mampu membuat rencana bisnis.

3) Memiliki produk dan jasa yang lebih spesifik. 4) Memiliki potensi pasar lokal dan regional. b. Tahap Start Up

1) Memiliki akses ke pasar lokal.

2) Memiliki produk/jasa lebih inovatif dan variatif. 3) Mengembangkan prototipe dan kapasitas.

4) Dapat menggunakan teknologi informasi.

5) Dapat mengakses pasar dengan menggunakan e-commerce.

c. Tahap Pilot Project

1) Dapat mengakses pasar lokal/nasional.

2) Dapat meningkatkan modal yang bersumber dari BUMN/bank. 3) Mendapatkan HKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).

d. Tahap Roll Out

1) Mencapai Break Even Point (BEP) dan dapat bersaing. 2) Tumbuh sesuai dengan Business Plan.

3) Siap mandiri secara komersial.

4) Mencapai peningkatan volume usaha, nilai tambah dan produktivitas usaha. 5) Mampu mengembangkan networking.

Pada dasarnya, BIT mempunyai peran yang cukup besar dalam mengembangkan tenant sehingga dapat berkembang lebih baik hingga tahap Roll Out. Namun dalam pelaksanaannya tidak semua tenant yang dibina BIT dapat berkembang hingga ke tahap Roll Out. Keberhasilan tersebut berkisar 80% saja dari jumlah tenant yang dibina. Kegagalan tenant yang dibina dalam mengembangkan usahanya tidak terlepas dari permasalahan yang dihadapi tenant.

Berdasarkan pengalaman BIT, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kegagalan usaha tenant yang dapat diperingkat sebagai berikut (1) Pengusaha kurang gigih; (2) Prospek pasar kurang cerah; (3) Keterbatasan modal; (4) Keterbatasan kemampuan SDM; (5) Kurangnya networking/jaringan usaha; (6) Terputusnya hubungan dengan BIT; (7) Adanya barang subsitusi yang lebih baik dan harga murah; (8) Persaingan pasar yang tidak sehat.

6. Jenis industri

Jenis industri yang dibina BIT beragam, yakni industri manufaktur, industri kreatif, agroindustri. Jenis industri binaan BIT berturut-turut dari yang paling besar adalah sebagai berikut :

a. Industri manufaktur (50 %). b. Industri kreatif (30 %). c. Agroindustri (20 %).

7. Dasar penetapan biaya pembinaan

Dasar penetapan biaya pembinaan oleh BIT yang dikenakan pada tenant, secara berturut-turut digambarkan sebagai berikut :

a. Besarnya fasilitas yang diterima tenant ( 5%). b. Tidak dipungut biaya (70 %).

c. Besarnya modal usaha tenant (10 %). d. Kemapanan usaha (15 %).

BIT memungut biaya kepada tenant terbilang murah, yaitu maksimum Rp. 500.000.- per bulan tergantung dari jenis dan banyaknya fasilitas yang digunakan dan pelatihan yang diperoleh. Biaya yang ditetapkan umumnya digunakan untuk keperluan pembinaan tenant inwall antara lain sewa ruangan, biaya listrik, telepon dan lainnya, biaya mengikuti pelatihan dan biaya untuk pameran. Biaya mengikuti pelatihan seringkali disubsidi oleh mitra yang memiliki program kerjasama dengan BIT. Biaya-biaya yang dipungut dari tenant secara keseluruhan tidak cukup untuk membiayai pembinaan tenant. Selain merupakan komitmen dari BIT, alasan lain yang mendasari tidak dipungut/kecilnya biaya yang diwajibkan kepada

tenant adalah karena BIT merupakan lembaga pemerintah dan kondisi tenant yang memangtidak/belum mampu membayar sebagaimana yang diharapkan.

8. Hubungan dengan tenant

Tenant yang sudah keluar dari BIT, sebagian masih memiliki hubungan yang baik dengan BIT dan sebagian lain tidak. Tenant yang tidak memiliki hubungan dengan BIT paska inkubasi umumnya disebabkan jarak dan lokasi yang memang jauh, berpindah alamat, dan terputus komunikasi karena tidak ada monitoring. Jumlah tenant yang masih memiliki hubungan dengan BIT sampai saat ini sekitar 45 %.

Sementara itu, tenant yang masih mempunyai hubungan dengan BIT umumnya berupa konsultasi bisnis, pemasaran, teknis dan manajemen, pemanfaatan teknologi informasi, kepemilikan/penyertaan modal dan networking. Hubungan konsultasi bisnis dan networking merupakan hubungan yang paling banyak terjadi mengingat hubungan tersebut tidak mengikat dan bersifat sukarela.

Sementara hubungan lain yaitu pemasaran, teknis manajemen, dan kepemilikan relatif lebih mengikat. Berdasarkan hasil survei secara lebih rinci

dapat digambarkan hubungan antara BIT dengan tenant dengan peringkat sebagai berikut :

a. Konsultasi bisnis (11 tenant). b. Networking (8 tenant). c. Pemasaran (2 tenant).

d. Teknis manajemen (2 tenant). e. Kepemilikan (2 tenant).

Dokumen terkait