• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Perumusan Strategi dan Kelayakan Pengembangan Balai Inkubator

4.3.1 Identifikasi Matriks IFE dan Matriks EFE

Hasil identifikasi matriks IFE pada Tabel 19 dapat dilihat skor tertinggi untuk kekuatan BIT adalah sebesar 0,452. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kekuatan utama dari BIT adalah jumlah SDM yang memadai. Skor tertinggi kedua sebesar 0,412 menunjukkan kekuatan utama kedua yaitu jumlah dana operasional rutin kantor yang memadai. Dengan mengopimalkan kekuatan yang ada BIT dapat meningkatkan daya saing UKM, tetapi hal tersebut perlu ditunjang dengan pendanaan untuk pembinaan tenant yang memadai dan berjangka panjang.

Kelemahan utama BIT ditunjukkan dengan nilai skor tertinggi 0,192. Nilai tersebut menunjukkan kelemahan utama BIT adalah dana untuk pembinaan tenant

yang terbatas dan bersifat jangka pendek. Memang selama ini pendanaan BIT yang memadai masih terbatas untuk operasional rutin, sedangkan dana untuk pembinaan tenant masih terbatas yang berjangka pendek saja. Dengan belum ada dana pembinaan tenant yang bersifat jangka panjang dan rutin, mengakibatkan jumlah tenant yang dapat dibina dan dapat dilayani oleh BIT juga masih terbatas.

Tabel 19 Matriks IFE

Faktor Internal Bobot

(a) Rating (b) Skor (axb) Kekuatan

1) Jumlah SDM yang memadai

2) Jumlah Sarana dan prasarana usaha yang memadai

3) Jumlah dana operasional rutin kantor yang memadai

4) Jumlah layanan yang memadai 5) Komitmen dalam pengelolaan lembaga

intermediasi yang kuat

0,113 0,095 0,103 0,100 0,070 4 3 4 3 3 0,452 0,285 0,412 0,300 0,210  Kelemahan

1) Dana untuk pembinaan UKM yang terbatas dan bersifat jangka pendek

2) SDM yang profesional dan full time masih terbatas

3) Networking yang masih lemah

4) Belum mempunyai program pelayanan yang utuh

5) Kegiatan sangat tergantung pada program pemerintah yang bersifat jangka pendek 6) Pemanfaatan sarana dan prasarana belum

optimal 0,105 0,065 0,096 0,103 0,095 0,055 2 1 2 1 2 2 0,210 0,065 0,192 0,103 0,190 0,110 Total 1,00 2,529

Skor tertinggi kedua sebesar 0,192 menunjukkan kelemahan utama kedua yaitu networking yang masih lemah. Memiliki networking yang kuat dan luas merupakan hal yang wajib dimiliki oleh LI. Untuk meningkatkan akses teknologi, LI harus mempunyai networking dengan lembaga litbang, untuk meningkatkan akses pembiayaan harus mempunyai networking dengan lembaga keuangan, dan untuk meningkatkan akses pasar harus mempunyai networking dengan pasar. LI tidak hanya mempunyai networking dengan lembaga-lembaga seperti yang disebutkan diatas saja, tetapi harus mempunyai networking dengan lembaga- lemabaga lainnya yang berhubungan dengan peningkatan daya saing UKM.

Untuk memperkuat networking yang masil lemah dari BIT dapat dilakukan dengan melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) secara tertulis dengan lembaga-lembaga yang telah melakukan kerjasama dan berkomitmen untuk membina tenant. Selama ini memang kerjasama yang dilakukan oleh BIT dengan lembaga-lembaga pembiayaan, pemasaran dan lembaga lain yang mendukung kegiatan BIT tidak dilakukan secara tertulis. Diharapkan dengan adanya PKS secara tertulis dapat memperkuat networking BIT yang selama ini menjadi salah

satu kelemahan. Selain itu BIT juga terus memperluas networking dengan lembaga-lembaga lain sehingga pelayanan yang diberikan kepada UKM dapat lebih optimal dan terpadu. Networking yang dijalin oleh BIT dengan lembaga- lembaga lain tidak hanya terbatas pada networking yang bersifat semu, tetapi lembaga-lembaga tersebut harus mempunyai komitmen yang kuat.

Hasil identifikasi matriks EFE pada Tabel 20, diperoleh nilai skor tertinggi untuk peluang BIT 0,540. Nilai tersebut menunjukkan peluang utama yang dimiliki oleh BIT adalah daya saing UKM yang lemah. Peluang utama kedua ditunjukkan dengan nilai skor 0,480 adalah potensi daerah yang besar. Potensi daerah yang besar merupakan salah satu sumber bahan baku utama yang dapat dimanfaatkan oleh UKM untuk menghasilkan produk-produknya.

Daya saing UKM yang lemah ini didukung oleh hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian KUKM (2010) bahwa sebanyak 7.692 unit UKM Indonesia, daya saing produknya ke sesama negara Asean adalah 1.596 unit yang kuat dan 6.096 unit lemah. Daya saing produk domestik dibandingkan produk Cina hanya 796 unit yang kuat dan 5.596 unit lemah dan biaya produksi per unit produk Tiongkok juga lebih rendah ketimbang Indonesia.

Faktor ancaman yang menonjol dan berpengaruh dalam lingkungan eksternal dengan nilai skor tertinggi sebesar 0,260 adalah produk impor yang lebih murah dan sejenis yang diproduksi oleh UKM. Untuk itu BIT harus dapat menciptakan UKM yang dapat memproduksi barang yang dapat berdaya saing dengan produk-produk impor tersebut dan hal ini dapat dilakukan oleh BIT dengan memanfaatkan teknologi hasil dari lembaga litbang di Indonesia.

Prospek bisnis UKM dalam era perdagangan bebas saat ini selain UKM harus berinovasi menciptakan produk-produk yang dapat memenuhi keinginan pasar, juga sangat tergantung pada upaya yang ditempuh oleh pemerintah dalam mengembangkan bisnis UKM. Salah satu upaya kunci yang perlu dilakukan adalah bagaimana mengembangkan iklim usaha yang kondusif bagi UKM. Untuk mencapai iklim usaha yang kondusif ini, diperlukan penciptaan lingkungan kebijakan yang kondusif bagi UKM. Kebijakan yang kondusif dimaksud dapat diartikan sebagai lingkungan kebijakan yang transparan dan tidak membebani UKM secara finansial bicara berlebihan. Ini berarti berbagai campur tangan

pemerintah yang berlebihan, baik pada tingkat pusat maupun daerah harus dihapuskan, khususnya penghapusan berbagai peraturan dan persyaratan administratif yang rumit dan menghambat kegiatan UKM.

Tabel 20 Matriks EFE

Faktor Eksternal Bobot

(a) Rating (b) Skor (axb) Peluang

1) Jumlah UKM yang sangat besar 2) Daya saing UKM yang lemah 3) Potensi daerah yang sangat besar

4) Potensi pasar (dalam dan luar negeri) yang besar 5) Teknologi hasil lembaga litbang yang cukup

banyak dan bisa dimanfaatkan

0,095 0.135 0.120 0.110 0.090 4 4 4 3 3 0,380 0,540 0,480 0,330 0,270 Ancaman

1) Dukungan pemerintah yang tidak optimal dan kontinyu

2) Belum ada kebijakan secara khusus mengenai lembaga intermediasi

3) Produk impor yang lebih murah dan sejenis dengan yang diproduksi UKM

4) Iklim usaha yang kurang sehat

0.155 0.075 0.130 0,090 1 2 2 1 0,155 0,150 0,260 0,090 Total 1,00 2,655

Suatu faktor penting di beberapa daerah yang sangat mengurangi daya saing UKM adalah pungutan liar (pungli) atau sumbangan wajib yang dikenakan pejabat aparat pemerintah. Pungli liar ini tentu saja akan meningkatkan biaya operasi UKM sehingga mengurangi daya saing mereka. Dengan demikian, pungutan liar maupun beban fiskal yang memberatkan perkembangan UKM di daerah harus dihapuskan.

Selain penciptaan lingkungan bisnis yang kondusif, program-program pengembangan UKM yang diarahkan pada supply driven strategy sebaiknya mulai ditinggalkan, sebagai pengganti dari arah program ini yakni pengembangan program UKM yang berorientasi pasar yang didasarkan atas pertimbangan efisiensi dan kebutuhan UKM (market oriented, demand driven programs). Fokus dari program ini yakni pertumbuhan UKM yang efisien dan secara lebih spesisfik

The Asia Foundation (2000) diacu dalam Tambunan (2004) membagi fokus pengembangan UKM baru yang berorientasi pasar tersebut dalam empat unsur pokok, yaitu : (1) Pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif bagi UKM; (2)

Sel V Posisi BIT

Pengembangan lembaga-lembaga finansial yang bisa memberikan akses kredit yang lebih mudah kepada UKM atas dasar transparansi; (3) Pelayanan jasa-jasa pengembangan bisnis non-finansial kepada UKM yang lebih efektif; (4) Pembentukan aliansi strategis antara UKM dan UKM lainnya atau dengan usaha besar di Indonesia atau di luar negeri.

Dokumen terkait