• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Pelayanan Umum 1. Fokus Layanan Urusan Wajib

Perkembangan angka Kriminalitas

II.3. Aspek Pelayanan Umum 1. Fokus Layanan Urusan Wajib

II.3.1.1. Pendidikan

II.3.1.1.1. Perkembangan Angka Putus Sekolah Grafik II.24

Perkembangan Angka Putus Sekolah

Perkembangan angka putus sekolah pada tahun 2010 untuk SD/MI sebesar 0,02%, SMP/MTs sebesar 0,15%, dan SMA/MA/SMK sebesar 0,47%. Angka ini tidak terlalu berbeda jika dibandingkan dengan angka putus sekolah pada tahun 2009.

II.3.1.1.2. Rasio ideal prasarana & sarana pendidikan terhadap jumlah murid Selain ketersediaan guru berkualitas dan berkeahlian yang cukup, ketersediaan sarana yang layak merupakan modal dasar agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, sehingga keberadaannya harus senantiasa ditingkatkan. Indikator kinerja yang digunakan adalah:

II.3.1.1.2.1. Rasio jumlah guru terhadap jumlah murid

Rasio ini dapat dihitung dari jumlah murid dibanding dengan jumlah guru. Target nasional berdasarkan standar ideal indikator pemerataan pendidikan yang diterbitkan Badan Penelitian dan Pengembangan Statistik Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional adalah SD/MI sebesar 1:40, SMP/MTs sebesar 1:21 dan SMA/MA/SMK sebesar 1:21. Perkembangan rasio jumlah guru dan murid pada masing-masing jenjang pendidikan tahun 2005 – 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel II.9

Perkembangan Rasio Jumlah Guru dan Murid Tahun 2005-2010

Tahun No Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 2 3 SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK 1/23 1/16 1/13 1/22 1/13 1/13 1/22 1/16 1/15 1/20 1/10 1/16 1/18 1/16 1/17 1/19 1/14 1/14

Sumber Data : Dinas Pendidikan

Rasio tersebut menunjukkan bahwa jumlah kebutuhan guru baik pada jenjang SD/MI, SMP/MTs maupun jenjang SMA/MA/SMK telah mencukupi dibandingkan dengan jumlah murid yang ada.

II.3.1.1.2.2. Rasio jumlah kelas terhadap murid

Rasio ini dapat dihitung dari jumlah kelas dibanding dengan jumlah murid. standar nasional berdasarkan standart ideal indikator pemerataan pendidikan yang diterbitkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Statistik Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional adalah SD/MI sebesar 1 : 30, SMP/MTs sebesar 1 : 36 dan SMA/MA/SMK 1 : 33

Perkembangan jumlah murid dan jumlah kelas pada masing-masing jenjang pendidikan untuk tahun 2005 sampai dengan 2010 terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel II.10

Perkembangan rasio jumlah kelas dan murid tahun 2005-2010

Tahun No Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 2 3 SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK 1/24 1/52 1/42 1/15 1/40 1/38 1/29 1/38 1/38 1/22 1/39 1/40 1/17 1/38 1/40 1/30 1/36 1/33

Sumber Data : Dinas Pendidikan

Berdasarkan rasio tersebut terlihat bahwa jumlah murid SD/MI yang ada telah seluruhnya tertampung pada kelas yang tersedia. Sedangkan pada jenjang SMP/MTs dan SMA/MA/SMK daya tampung kelas terhadap jumlah murid yang ada pada tahun 2005-2010 melampaui standar nasional terutama pada jenjang SMP/MTs. Rasio ini pada tahun 2006 sampai dengan 2010 mengalami perbaikan yaitu telah berada pada kisaran rasio standar nasional yang sebesar 1/40.

II.3.1.1.3. Kondisi Sekolah

Perkembangan kondisi sekolah pada masing-masing jenjang pendidikan untuk tahun 2005 sampai dengan 2010 terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel II.11

Perkembangan Kondisi Sekolah dengan kondisi Baik

Tahun No Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 Baik SD/MI 60,91 61,2 61,05 69,88 63,65 71,96 SMP/MTs 86,62 89,8 87,05 90,93 88,36 91,02 SMA/MA/SMK 89,81 91,2 87,45 92,31 90,35 94,68 2 Sedang SD/MI 21,04 20,87 21 17,27 17,9 16,08 SMP/MTs 9,85 8,14 10,71 6,76 8,33 6,63 SMA/MA/SMK 8,07 7,22 10,76 5,58 6,01 3,86 3 Rusak SD/MI 18,05 17,93 17,95 12,85 18,45 11,96 SMP/MTs 3,53 2,06 2,24 2,3 3,31 2,36 SMA/MA/SMK 2,12 1,58 1,78 2,11 3,64 1,46

II.3.1.2. Kesehatan

II.3.1.2.1. Angka Kematian Ibu

Kematian Ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Target angka kematian ibu setiap tahunnya sebesar 112 per 100.000 kelahiran hidup.Perkembangan angka kematian ibu tahun 2005 sampai dengan 2010 terlihat pada grafik berikut ini:

Grafik II.25

Perkembangan Angka Kematian Ibu per Melahirkan 100.000 Kelahiran Hidup

0 20 40 60 80 100 120 angka kematian 61,61 50,23 91,81 112,6 91,73 79,98 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber data : Dinas Kesehatan

Realisasi angka kematian ibu melahirkan selama lima tahun mangalami fluktuasi, terendah pada tahun 2006 yang tercapai sebesar 50,23 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang sebesar 112,6 per 100.000 kelahiran hidup.

II.3.1.2.2. Angka Morbiditas

Untuk menilai pelayanan terhadap penanggulangan penyakit menular maka perlu diukur angka kesakitan beberapa penyakit yang potensial terjadi di Kabupaten. Penyakit tersebut adalah TB Paru, Demam Berdarah Dengue dan AFP pada anak < 15 tahun.

II.3.1.2.2.1. Angka Kesembuhan TB Paru

Perkembangan angka kesembuhan TB paru tahun 2005 - 2010 terlihat pada grafik berikut ini :

Grafik II.26

Angka Kesembuhan TB Paru

Sumber data: Dinas Kesehatan

Perkembangan angka kesembuhan TB Paru pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 83,36% setelah pada tahun 2008 yang mengalami penurunan drastis sebesar 81,30%. Realisasi ini sedikit mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2009 yang tercapai 82,30%. Angka kesembuhan dapat disapai apabila penderita yang sudah menyelesaikan pengobatan melaksanakan pemeriksaan dahak/spuntum pada 1 bulan sebelum akhir pengobatan sebagai dasar evaluasi. Hambatan yang ditemui antara lain :

• Penderita yang tekah menyelesaikan pengobatan tidak melakukan pemeriksaan dahak sebagai dasar evaluasi yang menentukan kesembuhan penderita.

• Penderita DO (drop out) berobat karena faktor pendamping/pengawas minum obat dari keluarga penderita yang kurang berperan.

• Peran lintas sektor khususnya dari komponen masyarakat dan penyelenggara pelayanan kesehatan swasta belum optimal dan belummempunyai pemahaman yang sama untuk pemberantasan TB paru. • Faktor ekonomi dan pendidikan yang mempengaruhi perilaku hidup bersih

dan sehat bagi penderita.

• Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi penderita TB Paru belum mencakup keseluruhan jumlah penderita yang ada, padahal penderita TB

Paru pada umumnya berasal dari keluarga miskin dan mempunyai kondisi fisik yang kurang, sehingga perlu mendapat PMT.

• Kondisi kesehatan lingkungan pada penderita TB Paru yang pada umumnya kurang memadai.

II.3.1.2.2.2. Angka Kesakitan DBD

Target angka kesembuhan TB Paru setiap tahunnya adalah sebesar 85%. Angka kesembuhan TB Paru (cure rate) di Kabupaten selama tahun 2005-2010 berfluktuasi dan terdapat dua tahun berturut-turut di bawah target yang ditetapkan yaitu tahun 2006 sebesar 86,8% dan tahun 2007 sebesar 86,2%. Akan tetapi jika dilihat dari angka kesuksesan (Succes rate) TB Paru yaitu persentase penderita TB Paru yang telah selesai pengobatan, sudah mencapai > 85 %. Angka kesembuhan dapat dicapai apabila penderita yang sudah menyelesaikan pengobatan melaksanakan pemeriksaan dahak/sputum pada 1 bulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan sebagai dasar evaluasi.

Target angka kesakitan DBD setiap tahunnya adalah sebesar <55. Perkembangan angka kesakitan DBD tahun 2005 sampai dengan 2010 terlihat pada grafik berikut ini :

Grafik II.27

Angka Kesakitan DBD per 100.000 Penduduk

27,54

82,82

61,8

29,69 29,9

39,59

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber data: Dinas Kesehatan

Angka kesakitan DBD Kabupaten menunjukkan tren penurunan yang cukup signifikan setelah pernah mencapai puncak siklus empat tahunan (peak

season) pada tahun 2006 sebesar 82,52 per 100.000 penduduk, dari tahun 2005 yang hanya 27,54 per 100.000 penduduk. Kemudian berangsur-angsur turun menjadi 61,8 (tahun 2007), 29,69 (tahun 2008), 29,90 per 100.000 penduduk (tahun 2009) dan 39,59 (tahun 2010).

Kabupaten merupakan wilayah endemis DBD dimana tingkat penularan DBD sangat tinggi, yang dipengaruhi antara lain mobilitas penduduk dan kebersihan lingkungan. Untuk itu upaya pencegahan DBD harus selalu dilakukan melalui peningkatan peran serta masyarakat dengan Gerakan 3 M Plus (Menguras, menutup dan mengubur serta mencegah gigitan nyamuk), pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ) secara berkala serta upaya penyuluhan kepada masyarakat tentang pengenalan dini gejala DBD dan penanganan secara tepat.

II.3.1.2.2.3. Angka Kesakitan AFP (Acute Flaccid Paralysis = Lumpuh Layuh Mendadak)

Target angka kesakitan AFP setiap tahunnya adalah sebesar >2. Perkembangan angka kesakitan AFP tahun 2005 sampai dengan 2010 terlihat pada grafik berikut ini:

Grafik II.28

Angka Kesakitan AFP per 100.000 Penduduk Usia <15 Tahun

1,98 3,94 4,14 3 2,68 2,57 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber data: Dinas Kesehatan

Angka kesakitan AFP di Kabupaten selama tahun 2005-2010 telah mencapai target sebesar > 2 per 100.000 penduduk usia < 15 tahun kecuali pada tahun 2005. Angka kesakitan AFP tahun 2005 sebesar 1,98 per 100.000

penduduk usia < 15 tahun, sedikit di bawah target yang ditetapkan. Semakin tinggi pencapaian penemuan AFP semakin baik karena hal ini menunjukkan sistem surveilans berjalan baik.

II.3.1.2.3. Persentase penduduk yang memanfaatkan Puskesmas

Untuk menilai tingkat akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten maka perlu diukur tingkat animo masyarakat untuk berobat ke puskesmas yang ada. Target jumlah penduduk yang memanfaatkan puskesmas ditetapkan sebesar 65 % dari seluruh jumlah penduduk. Persentase penduduk yang memanfaatkan Puskesmas (visit rate) selama tahun 2005 – 2010, sebagaimana yang terlihat pada grafik menunjukkan tren penurunan tetapi masih memenuhi target yang ditetapkan sebesar 65%. Penurunan ini menunjukkan tingkat kesehatan masyarakat yang semakin baik. Sebagai pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama, Puskesmas menitikberatkan pada pelayanan preventif (pencegahan), promotif, kuratif (pengobatan dasar) dan rehabilitasi (pemulihan).

Grafik II.29

Perkembangan Jumlah Penduduk yang Memanfaatkan Puskesmas

Sumber data : Dinas Kesehatan

II.3.1.2.4. Persentase kunjungan rawat jalan

Persentase kunjungan rawat jalan di Puskesmas selama lima tahun berfluktuasi antara 59,52 % - 73,25 % dari target sebesar 15 %.

Grafik II.30

Perkembangan Kunjungan Rawat Jalan di Puskesmas

59,52 60,11 63,87 73,25 66,57 0 20 40 60 80 2005 2006 2007 2008 2009 Pe rs e n ta se ( % )

Pekembangan Kunjungan Rawat Jalan di Puskesmas

Sumber data : Dinas Kesehatan

II.3.1.2.5. Persentase kunjungan rawat inap

Persentase kunjungan rawat inap di Puskesmas Kabupaten selama tahun 2005-2009 berfluktuasi antara 0,9% - 3% dari target sebesar 1,5 %. Perkembangan prosentase kunjungan rawat inap di Puskesmas selama lima tahun sebagaimana ditunjukkan pada grafik.

Grafik II.31

Perkembangan Kunjungan Rawat Inap di Puskesmas

2,74 2,8

3

1,4

0,9

0 1 2 3 4 2005 2006 2007 2008 2009 Pe rs e n ta se (% )

Perkembangan Kunjungan Rawat Inap di Puskesmas

Sumber data : Dinas Kesehatan

II.3.1.2.6. Persentase penduduk yang memanfaatkan RSUD

Untuk menilai tingkat akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rujukan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten maka perlu diukur tingkat animo masyarakat untuk berobat ke RSUD yang ada.

Target nasional untuk jumlah kunjungan ke RSUD sebesar 1,5% dari jumlah penduduk. Target ini sesuai dengan target yang ditetapkan dalam indikator indonesia sehat 2010.

Realisasi kunjungan pasien selama lima tahun berfluktuasi yaitu pada tahun 2005 - 2007 mengalami peningkatan sedangkan pada tahun 2008 - 2010 mengalami penurunan dari 20,02% pada tahun 2007 menjadi 12,42% pada tahun 2010.

Grafik II.32

Perkembangan Kunjungan Rumah Sakit

Sumber data : BLU RSUD Kab.Sidoarjo

Penurunan ini karena pada tahun 2008 data jumlah penduduk Kabupaten mengalami kenaikan yang sangat tinggi antara 160.000 hingga 300.000 jiwa. Namun demikian realisasi persentase jumlah penduduk yang memanfaatkan RSUD jauh melampaui standar nasional yang sebesar 1,5%. Kondisi tersebut tergambar dalam beberapa indikator yang mendukung sebagai berikut :

II.3.1.2.

7.

Jumlah Kunjungan Rawat Inap

Perkembangan jumlah kunjungan rawat inap pada tahun 2005 – 2010 di RSUD Kabupaten terlihat pada grafik II.35 dibawah ini.

Grafik II.33

Perkembangan Kunjungan Rawat Inap

2005 2006 2007 2008 2009 201 Kunjungan 30.15 34.74 36.62 38.53 37.71 37.8 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000