V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.3. Hasil
5.3.2. Kompetensi Nelayan
5.3.2.8. Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran yang dimaksud adalah kemampuan nelayan dalam memahami aspek pemasaran yang menguntungkan bagi hasil produksinya, yakni dalam hal: (a) menjual langsung hasil produksi ke konsumen, (b) menentukan bentuk produk yang menguntungkan (hidup, segar atau olahan), (c) menentukan harga jual berdasarkan kualitas produk, (d) menentukan waktu yang tepat untuk menjual hasil produksi.
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 76 responden, lebih dari dua pertiga berada dalam kategori cukup kompeten, hampir sepertiga lainnya berada dalam kategori kurang kompeten, dan sisanya berada dalam kategori kompeten dalam memahami aspek pemasaran hasil. Tabel 7 mengungkapkan bahwa mayoritas nelayan yang menjadi responden penelitian sudah cukup kompeten dalam memahami aspek pemasaran
5.3.3. Kemandirian Nelayan
Pengukuran kemandirian nelayan dilakukan dalam tiga kategori, yakni (1) kurang mandiri (perlu cukup bantuan), (2) cukup mandiri (perlu sedikit bantuan),
dan (3) mandiri (tidak perlu bantuan). Kemandirian ini diukur dari empat komponen, yakni: kemandirian intelektual, kemandirian emosional, kemandirian ekonomi, dan kemandirian sosial.
Hasil penelitian tentang distribusi nelayan menurut tingkat kemandirian dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8 Distribusi nelayan menurut tingkat kemandirian
Tingkat Kemandirian Jumlah Persentase (%)
Kurang (skor 181-197) 18 23,68
Sedang (skor 198-214) 36 47,37
Tinggi (skor 215-233) 22 28,95
Total 76 100,00
Keterangan : Skor minimum = 181, skor maksimum = 233
Tabel 8 menunjukkan bahwa lebih dari dua per tiga nelayan yang menjadi responden berada dalam tingkat kemandirian dengan kategori sedang, kurang dari sepertiga lainnya berada dalam kategori tinggi, dan sisanya berada dalam kategori kurang. Tabel 8 mengungkapkan bahwa secara umum, tingkat kemandirian nelayan yang menjadi responden berada dalam kategori sedang.
5.3.4. Hipotesis
5.3.4.1. Hipotesis 1
Hipotesis 1 menyatakan bahwa faktor umur (X1), pendidikan formal (X2), pengalaman (X3), jumlah anggota keluarga (X4) dan sifat perintis nelayan (X5) berpengaruh pada kompetensi nelayan (Y1) ikan demersal di Kecamatan Wangi- Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Hipotesis ini diuji melalui regresi berganda dengan metode enter, stepwise, remove, backward, dan forward sehingga nilai F dan nilai signifikansi dari masing-masing peubah bebas dapat diketahui sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9 Nilai koefisien regresi dan signifikansi umur, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, dan sifat perintis pada kompetensi nelayan
Peubah bebas Koefisien
regresi t Sig. VIF
Konstanta 18,304 14,579 0,000*
Umur (X1) -0,105 -0,656 0,514 3,292
Pendidikan formal (X2) 0,345 3,876 0,000* 1,013
Pengalaman (X3) 0,506 3,377 0,001* 2,868
Jumlah anggota keluarga (X4) 0,154 1,524 0,132 1,299
Sifat perintis (X5) 0,313 3,499 0,001* 1,026
F 11,586 0,000*
R 0,673
Adjusted R2 0,414
Keterangan:
Peubah tak bebas: Kompetensi (Y1)
* Peubah bebas (X) signifikan pada peubah tak bebas (Y1) pada α 0,01
Tabel 9 menunjukkan bahwa faktor umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga, dan sifat perintis berpengaruh pada kompetensi nelayan yang ditunjukkan oleh signifikansi nilai F = 0,000. Hal ini berarti bahwa hipotesis 1 diterima. Tabel 9 juga menunjukkan nilai VIF (Variance inflation factor) yang cenderung besar sehingga perlu dianalisis dengan metode stepwise, backward, dan forward. Santosa (2005: 240) menulis bahwa nilai VIF yang lebih besar dari satu (VIF >1) menunjukkan adanya gejala multikolinearitas, sedangkan Garson (2008: 9) menulis bahwa jika VIF lebih besar dari empat (VIF>4) berarti terdapat gejala multikolinearitas, dan Wulder (2007:1) menyatakan bahwa kisaran nilai VIF adalah satu sampai tak terhingga, di mana semakin besar nilai VIF maka semakin
terindikasi adanya gejala multikolinearitas. Berdasarkan hal ini, maka model regresi yang paling baik diperoleh dari persamaan dengan nilai VIF yang paling kecil dan mendekati satu atau sama dengan satu. Hasil analisis diketahui bahwa nilai VIF yang paling kecil dan mendekati angka satu untuk beberapa peubah prediktor signifikan ditunjukkan oleh Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10 Nilai koefisien regresi dan signifikansi peubah berpengaruh pada kompetensi nelayan
Peubah bebas Koefisien
regresi t Sig. VIF
Konstanta 18,394 21,922 0,000* Pendidikan formal (X2) 0,331 3,734 0,000* 1,002 Pengalaman (X3) 0,462 5,182 0,000* 1,012 Sifat perintis (X5) 0,308 3,457 0,001* 1,014 F 18,451 0,000* R 0,659 Adjusted R2 0,411 Keterangan:
Peubah tak bebas: Kompetensi (Y1)
* Peubah bebas (X) signifikan pada peubah tak bebas (Y1) pada α 0,01
Tabel 10 menunjukkan nilai konstanta sebesar 18,394 dengan nilai koefisien regresi masing-masing peubah adalah sebesar 0,331 untuk pendidikan formal (X2), 0,462 untuk pengalaman (X3) dan 0,308 untuk sifat perintis (X5), sehingga diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y1 = 18,394 + 0,331 X2 + 0,462 X3 + 0,308X5
5.3.4.2. Hipotesis 2
Hipotesis 2 menyatakan bahwa kompetensi nelayan (Y1) yang terdiri dari kompetensi perencanaan usaha (Y1.1), permodalan (Y1.2), penentuan daerah penangkapan (Y1.3), penentuan waktu menangkap (Y1.4), teknologi penangkapan (Y1.5), pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah (Y1.6), pengendalian usaha (Y1.7), dan pemasaran hasil (Y1.8) berpengaruh pada kemandirian (Y2) nelayan ikan demersal. Hasil pengujian hipotesis melalui regresi berganda dengan metode enter, stepwise, backward, dan forward diketahui nilai F dan nilai signifikansi dari masing-masing peubah sebagaimana Tabel 11 berikut ini.
Tabel 11 Nilai koefisien regresi dan signifikansi kompetensi pada kemandirian nelayan
Faktor Kompetensi Koefisien regresi t Sig. VIF
Konstanta 137,787 13,817 0,000*
Perencanaan Usaha (Y1.1) 0,100 1,023 0,310 1,584
Permodalan (Y1.2) 0,400 3,972 0,000* 1,673
Penentuan Daerah Penangkapan (Y1.3) 0,369 4,035 0,000* 1,377 Penentuan Waktu Menangkap (Y1.4) 0,038 0,441 0,661 1,251 Teknologi Penangkapan (Y1.5) -0,034 -0,384 0,702 1,260 Pengambilan Keputusan (Y1.6) 0,156 1,894 0,063 1,124 Pengendalian Usaha (Y1.7) 0,068 0,774 0,442 1,259 Pemasaran Hasil (Y1.8) 0,034 0,383 0,703 1,336 F 12,262 0,000* R 0,771 Adjusted R2 0,546 Keterangan:
Peubah tak bebas : Kemandirian (Y2)
* Peubah tak bebas 1 (Y1) signifikan pada peubah tak bebas 2 (Y2) pada α 0,01
Tabel 11 menunjukkan bahwa faktor kompetensi berpengaruh pada kemandirian nelayan dengan nilai signifikansi F = 0,000. Hal ini berarti bahwa hipotesis 2 diterima. Model regresi yang paling baik diperoleh dari uji regresi metode stepwise, backward, dan forward. Metode ini menunjukkan model regresi yang memiliki nilai VIF yang lebih kecil di mana peubah-peubah bebasnya menunjukkan pengaruh yang signifikan. Hasil uji diperoleh nilai konstanta dan nilai koefisien regresi dari masing-masing peubah berpengaruh sebagaimana Tabel 12 berikut ini.
Tabel 12 Nilai koefisien regresi dan signifikansi peubah kompetensi yang berpengaruh pada kemandirian nelayan
Faktor Kompetensi Koefisien
regresi t Sig. VIF
Konstanta 153,896 23,777 0,000* Permodalan (Y1.2) 0,461 5,316 0,000* 1,014 Penentuan daerah penangkapan (Y1.3) 0,418 4,821 0,000* 1,014 F 44,760 0,000* R 0,742 Adjusted R2 0,539 Keterangan:
Peubah tak bebas 2: Kemandirian (Y2)
Tabel 12 menunjukkan nilai konstanta sebesar 153,896 dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,461 untuk permodalan (Y1.2) dan 0,418 untuk penentuan daerah penangkapan, sehingga diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y2 = 153,896 + 0,461Y1.2 + 0,418 Y1.3
5.3.4.3. Hipotesis 3
Hipotesis 3 menyatakan bahwa faktor umur (X1), pendidikan formal (X2), pengalaman (X3), jumlah anggota keluarga (X4) dan sifat perintis nelayan (X5) berpengaruh pada kemandirian nelayan (Y2) ikan demersal di Kecamatan Wangi- Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Setelah dilakukan uji hipotesis dengan regresi berganda, dapat diketahui nilai F dan nilai signifikansi dari masing-masing peubah sebagaimana Tabel 13 berikut.
Tabel 13 Nilai koefisien regresi dan signifikansi umur, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, dan sifat perintis pada kemandirian nelayan
Peubah bebas Koefisien
regresi t Sig. VIF
Konstanta 186,515 31,385 0,000*
Umur (X1) -0,091 -0,549 0,585 3,292
Pendidikan formal (X2) 0,121 1,321 0,191 1,013
Pengalaman (X3) 0,506 3,279 0,002* 2,868
Jumlah anggota keluarga (X4) 0,029 0,278 0,782 1,299
Sifat perintis (X5) 0,415 4,495 0,000* 1,026
F 10,116 0,000*
R 0,648
Adjusted R2 0,378
Keterangan:
Peubah tak bebas : Kemandirian (Y2)
* Peubah bebas (X) signifikan pada peubah tak bebas (Y2) pada α 0,01
Tabel 13 menunjukkan bahwa faktor umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga, dan sifat perintis berpengaruh pada kemandirian nelayan yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi F = 0,000. Nilai VIF pada Tabel 13 relatif besar dan terdapat kecenderungan gangguan multikolinearitas sehingga perlu dilakukan uji regresi dengan metode stepwise, backward, dan forward. Hasil analisis menunjukkan adanya nilai VIF yang lebih kecil dan memberi makna tidak
terdapat gejala multikolinearitas atau gejala korelasi yang signifikan diantara peubah-peubah bebas. Hasil uji dengan metode tersebut juga menunjukkan adanya perubahan nilai konstanta dan nilai koefisien regresi dari masing-masing peubah berpengaruh sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 14 berikut.
Tabel 14 Nilai koefisien regresi dan signifikansi pengalaman dan sifat perintis sebagai peubah berpengaruh pada kemandirian nelayan
Peubah bebas Koefisien
regresi t Sig. VIF
Konstanta 187,946 63,643 0,000* Pengalaman (X3) 0,439 4,826 0,000* 1,002 Sifat perintis (X5) 0,413 4,541 0,000* 1,002 F 24,619 0,000* R 0,635 Adjusted R2 0,386 Keterangan:
Peubah tak bebas: Kemandiriani (Y2)
* Peubah bebas (X) signifikan pada peubah tak bebas (Y2) pada α 0,01
Tabel 14 menunjukkan nilai konstanta sebesar 187,946 dengan nilai koefisien regresi masing-masing peubah adalah sebesar 0,439 untuk pengalaman (X3) dan 0,413 untuk sifat perintis (X5), sehingga diperoleh persamaan regresi sebagai berikut.
Y2 = 187,946 + 0,439X3 + 0,413 X5
5.3.4.4. Hipotesis 4
Hipotesis 4 menyatakan bahwa faktor umur (X1), pendidikan formal (X2), pengalaman (X3), jumlah anggota keluarga (X4), sifat perintis (X5), dan kompetensi (X6) berpengaruh pada kemandirian nelayan (Y) ikan demersal di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Setelah dilakukan uji hipotesis dengan metode enter pada regresi berganda, dapat diketahui nilai F dan nilai signifikansi dari masing-masing peubah sebagaimana Tabel 15 berikut
Tabel 15 Nilai koefisien regresi dan signifikansi umur, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, sifat perintis, dan kompetensi pada kemandirian nelayan
Peubah bebas Koefisien
regresi t Sig. VIF
Konstanta 142,591 13,738 0,000*
Umur (X1) -0,036 -0,250 0,804 3,326
Pendidikan formal (X2) -0,059 -0,676 0,502 1,230
Pengalaman (X3) 0,242 1,670 0,100 3,351
Jumlah anggota keluarga (X4) -0,051 -0,557 0,579 1,344
Sifat perintis (X5) 0,251 2,891 0,005* 1,206 Kompetensi (X6) 0,522 4,885 0,000* 1,830 F 15,172 0,000* R 0,754 Adjusted R2 0,531 Keterangan:
Peubah tak bebas: Kemandirian (Y)
* Peubah bebas (X) signifikan pada peubah tak bebas (Y) pada α 0,01
Tabel 15 menunjukkan bahwa faktor umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga, sifat perintis dan kompetensi berpengaruh pada kemandirian nelayan, di mana nilai signifikansi F = 0,000. Tabel 15 juga menunjukkan adanya dua peubah prediktor yang berpengaruh pada kemandirian nelayan yakni sifat perintis dan kompetensi nelayan. Namun nilai VIF dari dua peubah pada tabel tersebut menunjukkan angka yang relatif besar, sehingga pengujian model dilakukan dengan metode stepwise,backward, dan forward. Hasil uji menunjukkan bahwa terdapat tiga peubah yang berpengaruh pada kemandirian nelayan dengan nilai VIF yang relatif lebih kecil sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 16 berikut.
Tabel 16 Nilai koefisien regresi dan signifikansi pengalaman, sifat perintis dan kompetensi sebagai peubah berpengaruh pada kemandirian nelayan
Peubah bebas Koefisien
regresi t Sig. VIF
Konstanta 142,138 15,319 0,000* Pengalaman (X3) 0,216 2,410 0,019** 1,324 Sifat perintis (X5) 0,270 3,243 0,002* 1,140 Kompetensi (X6) 0,487 5,134 0,000* 1,484 F 30,923 0,000* R 0,750 Adjusted R2 0,545 Keterangan:
Peubah tak bebas: Kemandiriani (Y)
* Peubah bebas (X) signifikan pada peubah tak bebas (Y) pada α 0,01
Tabel 16 menunjukkan nilai konstanta sebesar 142,138 dengan nilai koefisien regresi masing-masing peubah adalah sebesar 0,216 untuk pengalaman (X3), 0,270 untuk sifat perintis (X5), dan 0,487 untuk kompetensi (X6), sehingga diperoleh persamaan regresi sebagai berikut.
Y = 142,138 +0,216X3 + 0,270 X5 + 0,487 X6
5.4. Pembahasan
Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan dengan program SPSS versi 11,5 for Windows. Metode pemilihan variabel anggota regresi yang dilakukan selain metode enter yang merupakan metode standar, juga digunakan metode lain meliputi stepwise, remove, backward, dan forward atau dengan meregresikan kembali peubah-peubah yang berpengaruh secara nyata untuk selanjutnya dimasukan ke dalam model persamaan regresi.
Hasil hasil analisis untuk hipotesis 1 sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 9 diperoleh nilai F sebesar 11,586 dengan nilai signifikasi = 0,000 dan nilai koefisien
determinasi yang disesuaikan (adjusted R2) sebesar 0,414. Nilai signifikansi F = 0,000 maka hipotesis 1 diterima, artinya terdapat hubungan linier atau
pengaruh yang signifikan dari umur, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, dan sifat perintis pada kompetensi nelayan. Besarnya pengaruh tersebut ditunjukkan oleh nilai adjusted R2 sebesar 0,414 (41,40%) dan selebihnya disebabkan oleh pengaruh peubah lain yang tidak diamati. Tabel 9 juga menunjukkan adanya tiga peubah yang berpengaruh pada kompetensi nelayan, yakni pendidikan formal (X2), pengalaman (X3) dan sifat perintis (X5). Setelah diregresikan kembali melalui metode stepwise, backward, dan forward, sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 10, maka diperoleh nilai sebesar 18,394 untuk konstanta, 0,331 untuk pendidikan formal, 0,462 untuk pengalaman, dan 0,308 untuk sifat perintis. Nilai koefisien determinasi yang disesuaikan (adjusted R2) dari peubah-peubah tersebut adalah 0,411.
Nilai konstanta sebesar 18,394 memberi makna bahwa tanpa adanya pengaruh peubah pendidikan formal, pengalaman dan sifat perintis, maka kompetensi nelayan dalam menjalankan usaha penangkapan ikan demersal adalah sebesar 18,394. Angka ini berada pada interval skor antara 11-21 atau berada pada kategori cukup kompeten. Adanya faktor pendidikan formal dan pengalaman, maka sebanyak 21,38% responden berada pada kategori kompeten dengan skor
22-32 sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 7. Nilai adjusted R2 sebesar 0,411 memberi makna bahwa kompetensi nelayan yang dibentuk oleh peubah pendidikan formal, pengalaman dan sifat perintis adalah sebesar 41,10%.
Koefisien regresi masing-masing peubah sebesar 0,331 untuk pendidikan formal (X2), 0,462 untuk pengalaman berusaha (X3), dan 0,308 untuk sifat perintis memberi makna akan pentingnya peubah-peubah tersebut dalam meningkatkan kompetensi nelayan. Semakin besar nilai koefisien regresi ini, menunjukkan semakin pentingnya peubah tersebut dalam membentuk kompetensi nelayan. Pengalaman memberi pengaruh yang paling besar pada kompetensi, kemudian pendidikan formal dan sifat perintis.
Hasil analisis untuk hipotesis 2 menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh pada kemandirian nelayan sebagaimana ditunjukkan oleh nilai signifikansi F=0,000 pada Tabel 11. Besarnya pengaruh tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi yang disesuaikan (adjusted R2) sebesar 0,546 yang berarti bahwa sebesar 54,60 % kemandirian nelayan dipengaruhi oleh kompetensi nelayan itu sendiri, selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain diluarkompetensi. Tabel 11 juga menunjukkan bahwa dari delapan unsur kompetensi yang dianalisis, terdapat dua unsur yang berpengaruh pada kemandirian nelayan, yakni permodalan (Y1.2) dan penentuan daerah penangkapan (Y1.3). Nilai VIF pada Tabel 11 masih relatif besar sehingga perlu dilakukan uji regresi dengan metode stepwise, backward, dan forward, sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 12.
Nilai konstanta sebesar 153,896 pada Tabel 12 memberi makna bahwa tanpa kompetensi pada bidang permodalan dan penentuan daerah penangkapan maka kemandirian nelayan ikan demersal adalah sebesar 153,896. Angka ini berada di bawah skor minimum kemandirian atau berada di bawah skor kategori kurang mandiri. Adanya sub peubah kompetensi pada aspek permodalan dan penentuan daerah penangkapan yang mempengaruhi kemandirian nelayan sebesar 53,90% (adjusted R2 = 0,539) maka tingkat kemandirian nelayan berada pada kategori kurang sebanyak 23,68%, kategori sedang 47,37%, dan kategori tinggi sebanyak 28,95% sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 8.
Koefisien regresi masing-masing peubah sebesar 0,461 untuk permodalan (Y1.2) dan 0,418 untuk penentuan daerah penangkapan (Y1.3) memberi makna akan pentingnya kedua peubah ini dalam membentuk kemandirian nelayan. Meskipun hampir dua pertiga responden penelitian berada pada kategori kurang kompeten pada aspek permodalan sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 7, namun peubah ini
menjadi prediktor penting yang berpengaruh pada kemandirian nelayan. Artinya, nelayan yang memiliki kompetensi pada aspek permodalan berbanding lurus dengan kemandirian mereka dalam menjalankan usaha penangkapan ikan demersal. Sedangkan pada aspek penentuan daerah penangkapan menjadi prediktor penting yang berpengaruh pada kemandirian berbanding lurus dengan tingkat kompetensi nelayan pada aspek ini sebagaimana ditunjukan oleh Tabel 7. Pada Tabel 7, lebih dari setengah responden berada pada kategori kompeten dan hampir setengahnya lagi berada pada kategori cukup kompeten.
Hasil analisis untuk hipotesis 3 menunjukkan bahwa faktor umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga, dan sifat perintis berpengaruh pada kemandirian nelayan sebagaimana ditunjukkan oleh nilai F dan nilai adjusted R2 pada Tabel 13. Nilai adjusted R2=0,378 berarti bahwa sebesar 37,80% kemandirian nelayan dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga dan sifat perintis nelayan, selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain. Tabel 13 juga menunjukkan adanya dua peubah yang berpengaruh pada kemandirian nelayan yaitu faktor pengalaman dan sifat perintis nelayan.
Setelah dilakukan regresi ulang pada kedua peubah tersebut, maka diperoleh nilai konstanta sebesar sebesar 187,946 dengan nilai koefisien regresi masing-masing peubah adalah sebesar 0,439 untuk pengalaman (X3) dan 0,413 untuk sifat perintis (X5). Nilai konstanta sebesar 187,946 memberi makna bahwa tanpa peubah pengalaman dan sifat perintis, maka kemandirian nelayan adalah sebesar 187,946. Angka ini berada di atas skor minimum kemandirian atau berada pada kategori kurang mandiri sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 8. Adanya faktor pengalaman (X3) dan sifat perintis (X5) yang memberi pengaruh sebesar 38,60% (adjusted R2=0,386) sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 14, maka tingkat kemandirian nelayan berada pada kategori kurang sebanyak 23,68%, kategori sedang 47,37%, dan kategori tinggi sebanyak 28, 95% sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 8.
Koefisien regresi masing-masing peubah sebesar 0,439 untuk pengalaman (X3) dan 0,413 untuk sifat perintis (X5) memberi makna akan pentingnya kedua peubah ini dalam membentuk kemandirian nelayan. Nelayan yang berpengalaman dan selalu merintis daerah-daerah penangkapan baru berbanding lurus dengan tingkat kemandirian. Kedua peubah tersebut merupakan prediktor penting untuk dipertimbangkan dalam kebijakan pemberdayaan nelayan ikan demersal, khususnya bagi nelayan ikan demersal di wilayah penelitian.
Hasil analisis untuk hipotesis 4 menunjukkan bahwa faktor umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga, sifat perintis dan kompetensi berpengaruh pada kemandirian nelayan sebagaimana ditunjukkan oleh nilai F dan nilai adjusted R2 pada Tabel 15. Nilai adjusted R2=0,531 berarti bahwa sebesar 53,10% kemandirian nelayan dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan formal, pengalaman, jumlah anggota keluarga, sifat perintis, dan kompetensi nelayan, selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain. Tabel 15 juga menunjukkan adanya dua peubah yang berpengaruh pada kemandirian nelayan yaitu faktor sifat perintis dan kompetensi nelayan.
Setelah dilakukan uji regresi dengan metode stepwise, backward, dan forward, maka ternyata terdapat tiga peubah yang berpengaruh pada kemandirian nelayan, yaitu pengalaman, sifat perintis, dan kompetensi nelayan sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 16. Nilai konstanta pada Tabel 16 adalah 142,138, dengan nilai koefisien regresi masing-masing peubah adalah sebesar 0,216 untuk pengalaman (X3), 0,270 untuk sifat perintis (X5), dan 0,487 untuk kompetensi (X6). Nilai konstanta sebesar 142,138 memberi makna bahwa tanpa peubah pengalaman, sifat perintis, dan kompetensi maka kemandirian nelayan adalah sebesar 142,138 dan berada di bawah skor minimum kemandirian. Adanya faktor pengalaman (X3), sifat perintis (X5) dan kompetensi (X6) yang memberi pengaruh sebesar 54,50% (adjusted R2 =0,545), maka tingkat kemandirian nelayan berada pada kategori kurang sebanyak 23,68%, kategori sedang 47,37%, dan kategori tinggi sebanyak 28, 95% sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 8.
Koefisien regresi masing-masing peubah berpengaruh sebesar 0,216 untuk pengalaman (X3), 0,270 untuk sifat perintis (X5), dan 0,487 untuk kompetensi memberi makna akan pentingnya ketiga peubah tersebut dalam membentuk kemandirian nelayan. Berdasarkan koefisien regresi dari ketiga peubah tersebut, maka kompetensi merupakan peubah yang paling besar memberi kontribusi pada kemandirian nelayan, kemudian pengalaman dan sifat perintis. Peubah-peubah ini merupakan prediktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengambilan kebijakan untuk meningkatkan kemandirian nelayan ikan demersal di Kecamatan Wangi- Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.