• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Perdata Benda sebagai obyek Penyitaan dan Perampasan Pidana

Dalam dokumen LEMBAGA PENGELOLA ASET TINDAK PIDANA (Halaman 49-56)

Sebagai obyek penyitaan dan perampasan benda dan atau barang yang terkait dengan tindak pidana menjadikan pengaturan tentang benda secara perdata sebagai acuan.

Ketentuan hukum yang mengatur tentang kebendaaan meliputi azas kebendaan, pembagian dan pembedaan benda serta hak kebendaaan terdapat dalam beberapa undang-undang antara lain Buku Ke II Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer), Undang-Undang Pokok Pokok Agraria (UUPA Nomor 5 Tahun 1960), Undang-Undang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah (UU Nomor 4 Tahun 1996) dan Undang-Undang Jaminan Fidusia (UUJF Nomor 42 Tahun 1999).

PengertiAn BendA

Benda terbagi ke dalam dua pengertian yaitu benda dalam artian sempit diartikan sebagai benda yang dapat dilihat atau berwujud sedangkan dalam artian luas diartikan dengan setiap benda dan hak-hak yang dapat dikuasai dengan hak milik sebagai disebut dalam Pasal 509 KUH Perdata. Pengertian lainnya seperti pada Pasal 499 KUHPer bahwa benda adalah setiap benda dan setiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik dan segala sesuatu yang dapat di-HAKI atau dijadikan obyek hak milik.

AzAs hukum BendA

Azas hukum benda termuat dalam Buku II KUHPer mulai Pasal 499 sampai dengan 1232. Dijelaskan bahwa benda merupakan kumpulan aturan hukum tentang benda. Sistem pengaturan pada Buku II KUHPer adalah sistem tertutup yang berarti seseorang tidak dapat mengadakan hak-hak kebendaan yang baru selain yang ada di dalam Buku II tersebut yang memuat azas-azas hukum kebendaan sebagai berikut:

1. Hukum memaksa

Aturan yang berlaku menurut undang-undang wajib dipatuhi atau tidak boleh disimpangi oleh para pihak.

2. Dapat dipindahkan

Semua hak kebendaan dapat dipindahkan. Menurut perdata barat, tidak semua dapat dipindahkan (seperti hak pakai dan hak mendiami), tetapi setelah berlakunya UUHT, semua hak kebendaan dapat dipindahtangan. 3. Individualitas

Hak kebendaan suatu benda yang dapat ditentukan secara individu artinya berwujud dan merupakan satu kesatuan bukan benda yang ditentukan menurut jenis jumlahnya, misalnya memiliki rumah, hewan, dll.

4. Totalitas

Dalam azas totalitas ini mencakup suatu azas perlekatan. Seseorang memiliki sebuah rumah, maka otomatis dia adalah pemilik jendela, pintu, kunci, gerbang, dan benda-benda lainnya yang menjadi pelengkap dari benda pokoknya (tanah).

5. Tidak dapat dipisahkan

Seorang pemilik tidak dapat memindahtangankan sebagian dari wewenang yang atas suatu hak kebendaan seperti memindahkan

sebagian penguasaan atas sebuah rumah kepada orang lain. Penguasaan atas rumah harus utuh, karena itu pemindahannya juga harus utuh. Tetapi, Eigendom dapat dibebani dengan hak lain seperti hak tanggungan atau hak memungut hasil. Jika hak-hak tersebut dilepaskan, hal ini tidak berarti pemilik melepaskan sebagian wewenangnya karena hak miliknya masih utuh.

6. Prioritas

Azas ini timbul sebagai akibat dari azas nemoplus yaitu azas yang menyatakan bahwa seseorang hanya dapat memberikan hak yang tidak melebihi apa yang dimilikinya atau seseorang tidak dapat memindahkan haknya kepada orang lain lebih besar daripada hak yang ada pada dirinya.

7. Azas percampuran

Percampuran terjadi bila dua atau lebih hak melebur menjadi satu. 8. Pengaturan dan Perlakuan yang Berbeda terhadap Benda Bergerak

dan Tidak Bergerak

Pengaturan dan perlakuan dapat disimpulkan dari cara membedakan antara benda bergerak dengan benda tidak bergerak serta manfaat atau pentingnya pembedaan antara kedua jenis benda tersebut.

9. Azas publisitas

Azas ini berkaitan dengan pengumuman status kepemilikan suatu benda tidak bergerak kepada masyarakat. Sedangkan untuk benda tidak bergerak tidak perlu didaftarkan, artinya cukup melalui penguasaan dan penyerahan nyata.

10. Perjanjian kebendaan

Perjanjian kebendaan, perjanjian yang mengakibatkan berpindahnya hak kebendaan. Perjanjian disini bersifat obligatoir artinya dengan selesainya perjanjian, tujuan pokoknya belum selesai karena baru menimbulkan hak dan kewajiban antara para pihak artinya hak belum beralih sebab masih harus dilakukan penyerahan bendanya terlebih dahulu.

PemBAgiAn BendA dAn PentingnyA PemBAgiAn

1. Benda-benda berwujud dan tidak berwujud (Pasal 503 KUHPer). Ini dikaitkan dengan cara penyerahan benda yang bersangkutan sebagai akibat hubungan hukum (misalnya: karena jual beli, pewarisan, pemberian, dll).

2. Benda-benda yang bila dipakai habis dan tidak habis (Pasal 505 KUHPer).

a. Benda yang dipakai habis seperti nasi, kopi, gula, uang, lilin. b. Benda yang dipakai tidak habis seperti piring, sendok, mobil, dll. 3. Benda yang sudah ada dan benda yang akan masih ada.

Benda yang akan masih ada terbagi dalam dua bagian yaitu absolut dan relatif.

a. Absolut adalah benda tersebut pada suatu saat sama sekali belum ada, misalnya panen padi yang masih akan datang.

b. Relatif yaitu benda yang suatu saat sudah ada, tetapi bagi orang-orang tertentu belum ada, misalnya perabot rumah tangga yang sudah dibeli berdasarkan pesanan tapi belum diserahkan. 4. Benda di dalam perdagangan dan benda di luar perdagangan

Hal ini terkait kepada obyek perjanjian. Benda dalam perdagangan merupakan benda-benda yang dapat dijadikan objek suatu perjanjian (dapat diperjual belikan dengan bebas). Sementara benda di luar perdagangan merupakan benda-benda yang tidak dapat dijadikan obyek perjanjian, tidak dapat diperjualbelikan (jalan umum, lapangan sepak bola, dll).

5. Benda yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi.

a. Benda yang dapat dibagi adalah benda yang wujudnya apabila dibagi tidak akan menghilangkan sifat dan hakekat benda tersebut (misal : beras, kopi, nasi).

b. Benda yang tidak dapat dibagi adalah benda yang wujudnya apabila dibagi akan mengakibatkan hilangnya sifat dan hakikat benda tersebut (misalnya kuda, ayam, sapi karena kalau dibagi tidak lagi berupa hewan tetapi berupa daging kuda, daging ayam, daging sapi, dll).

6. Benda yang dapat diganti dan tidak dapat diganti. 7. Benda yang terdaftar dan tidak terdaftar.

Pentingnya: terletak pada pembuktian kepemilikan

a. Benda terdaftar (benda atas nama) adalah benda-benda yang pemindahan dan pembebanannya harus didaftarkan dalam daftar buku atau register umum yang dapat dibuktikan dengan tanda pendaftaran atau sertifikat atas nama kepemilikannya.

b. Benda tidak terdaftar (benda tidak atas nama) adalah benda bergerak yang tidak sulit membuktikan siapa pemiliknya karena berlaku Azas Bezit berlaku sebagai title yang sempurna untuk benda bergerak.

8. Benda bergerak dan tidak bergerak. Cara membedakannya :

a. Benda bergerak didasarkan atas dua hal yaitu karena sifatnya merupakan benda-benda yang dapat berpindah (termasuk kapal-kapal, perahu-perahu dan tempat pemandian yang dipasangi perahu pasal 510 KUHPer) dan karena ketentuan UU (Pasal 511 KUHPer) terkait hak pakai hasil dan hak pakai atas benda-benda bergerak, hak atas bunga-bunga yang diperjanjikan, penagihan-penagihan atau piutang-piutang, saham-saham atau andil dalam persekutuan dagang, dll.

b. Benda tidak bergerak didasarkan kepada tiga hal yaitu karena sifatnya, (Pasal 506 KUHPer) misalnya tanah dan segala sesuatu yang melekat di atasnya, barang-barang tambang, karena peruntukannya dan tujuan pemakaian (Pasal 507 KUHPer) misalnya pabrik dan barang-barang yang dihasilkannya, penggilingan-penggilingan, dsb. Dan terakhir karena undang-undang yang terdiri dari hak pakai hasil, dan hak pakai atas kebendaan tidak bergerak, hak pengabdian tanah, hak numpang karang, hak usaha, dll (Pasal 508 KUHPer) dan Pasal 314 KUHD kapal-kapal berukuran berat kotor 20 M (kubik) ke atas juga termasuk benda tidak bergerak.

PentingnyA diBedAkAn kArenA: 1. Bezit (Kedudukan berkuasa)

Pasal 1977 KUHPer ayat 1 KUHPer, siapa yang menguasai benda bergerak maka dia lah pemilik benda tersebut sedangkan untuk barang bergerak ketentuan tersebut belum tentu dapat diterapkan.

2. Lavering (Penyerahan)

Pasal 612 KUHPer, lavering benda bergerak dengan penyerahan nyata di mana dengan sendirinya menjadi penyerahan yuridis.

Pasal 616 KUHPer, lavering benda tidak bergerak dilakukan dengan pengumuman akta yang bersangkutan (ditentukan dalam Pasal 620 KUHPer) membukukannya dalam register.

3. Bezwaring (Pembebanan)

Pasal 1150 KUHPer terkait benda bergerak dengan gadai, Pasal 1162 KUHPer terkait dengan benda tidak bergerak dilakukan dengan hipotik. Dengan diberlakukannya UUHT maka atas tanah hanya dapat dibebankan dengan hak tanggungan. Hipotik hanya untuk pesawat dan helikopter (Pasal 12 UU No. 15 Tahun 1992, tentang Penerbangan) dan juga untuk kapal (Pasal 314 KUHD dan Pasal 9 UU No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran).

4. Verjaring (Kadaluwarsa)

Benda bergerak tidak mengenal kadaluwarsa (Pasal 1977 ayat 1) bezit atas benda bergerak dianggap sebagai Eigendom. Benda tidak bergerak dikenal daluwarsa (Pasal 610 KUHPer), hak milik atas sesuatu kebendaan diperoleh karena kadaluwarsa. Kadaluwarsa adalah seseorang yang telah dua puluh tahun menguasai suatu benda tidak bergerak, suatu bunga atau suatu piutang lain yang tidak harus dibayar atas tunjuk dengan itikad baik dan dengan landasan hak yang sah dapat menjadi pemilik benda/hak yang bersangkutan.

hAk keBendAAn

Hak yang dapat dilekatkan pada suatu kebendaan meliputi hak langsung yang memberikan kenikmatan dan hak jaminan. Macam-macam hak tersebut berikut ini:

1. Hak langsung yang memberi kenikmatan meliputi:

a. Bezit yaitu suatu keadaan lahir di mana seseorang menguasai suatu benda seolah-olah miliknya sendiri dilindungi oleh hukum dengan tidak mempersoalkan hak atas benda tersebut ada pada siapa;

b. Eigendom merupakan suatu hak yang paling sempurna atas suatu hak yang diperoleh dari pengakuan, perlekatan, lewat waktu, pewarisan, dan penyerahan;

c. Opstal adalah hak untuk memiliki bangunan atau tanaman atas tanah milik orang lain;

d. Erpact adalah hak kebendaan untuk menarik penghasilan seluas-luasnya dan dalam jangka waktu yang lama dengan kewajiban membayar pact;

e. Vrucht Gebruik adalah suatu hak kebendaan untuk menarik penghasilan dari benda milik orang lain dengan kewajiban menjaga agar benda tersebut tetap dalam keadaan semula.

2. Hak sebagai jaminan meliputi:

a. Gadai adalah hak yang diperoleh seseorang berpiutang atau suatu benda bergerak yang diserahkan oleh debitur yang memberikan kekuasaan pada kreditur untuk mengambil pelunasan dari barang dengan hak preferent;

b. Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tak bergerak untuk mengambil penggantian dari suatu pelunasan perikatan;

c. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda, hak yang timbul atas perjanjian accesoire antar debitur dengan kreditur.

Bab 3

Pengelolaan Aset Tindak Pidana Sebagai

Dalam dokumen LEMBAGA PENGELOLA ASET TINDAK PIDANA (Halaman 49-56)

Dokumen terkait