• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES OUTPUT

Dalam dokumen LEMBAGA PENGELOLA ASET TINDAK PIDANA (Halaman 30-36)

KAS NEGARA

PROSES OUTPUT

Barang Bukti Barang Rampasan yg siap dieksekusi Penerimaan - Penilaian - Pendaftaran & Penyimpanan Pemeliharaan

Pemutasian

Pengeluaran & Penghapusan Penyelamatan & Pengamanan 1.

2. 3. 4. 5.

Gambar 3. Diagram Proses Penanganan Benda Sitaan pada Rupbasan

Pada petunjuk teknis tersebut telah disebutkan fungsi Rupbasan meliputi penerimaan, penelitian, penilaian dan penyimpanan benda sitaan

dan barang rampasan. Selanjutnya, Rupbasan bertugas pula untuk memelihara, pemutasian, pengeluaran dan penghapusan, penyelamatan dan pengamanan benda sitaan dan barang rampasan.

Berikut ini adalah uraian kegiatan dan proses teknis pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan negara di Rupbasan.

1. PenerimAAn

Penerimaan benda sitaan dilakukan oleh Petugas Penerima dan wajib didasarkan pada surat-surat yang sah. Petugas Penerima segera memeriksa sah tidaknya surat-surat yang melengkapinya dan mencocokkan jenis, mutu, macam dan jumlah benda sitaan yang diterima sebagaimana tertulis dalam surat-surat tersebut.

6 Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Nomor : E1.35.PK.03.10 Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petujuk Teknis Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara

Selanjutnya Petugas Penerima mengantarkan benda sitaan berikut surat-suratnya kepada Petugas Peneliti. Terhadap benda sitaan yang tidak bergerak, Petugas Penerima setelah memeriksa surat-surat lalu mencocokkannya dan pemotretan ditempat barang bukti itu berada bersama-sama dengan petugas peneliti dan petugas yang menyerahkan. Setelah pemeriksaan, pencocokan, pemotretan selesai, Petugas Peneliti membuat berita acara penelitian dengan dilampiri spesifikasi, hasil identifikasi benda sitaan dan Petugas Penerima membuat berita acara serah terima, kemudian mengantarkan barang sitaan kepada Petugas Pendaftaran.

2. PenelitiAn dAn PenilAiAn

Petugas Peneliti melakukan penelitian, penilaian, pemeriksaan dan penaksiran tentang keadaan, jenis, mutu, macam dan jumlah benda sitaan dengan disaksikan oleh petugas yang menyerahkan. Penelitian, penilaian, pemeriksaan dan penaksiran dilaksanakan da!am ruangan khusus serta wajib dilakukan oleh Petugas Peneliti. Terhadap benda sitaan tertentu dilakukan pemotretan untuk kelengkapan alat bukti. Berita acara serah terima ditandatangani, setelah selesai melakukan penelitian, penilaian dan identifikasi benda sitaan.

3. PendAftArAn

Petugas pendaftaran meneliti kembali sah tidaknya surat-surat penyitaan atau surat penyerahan beserta berita acara penelitian benda sitaan dan mencocokkan dengan benda sitaan yang dimaksud. Petugas pendaftaran mencatat dan mendaftarkan benda sitaan sesuai dengan tingkat

pemeriksaan. Setelah selesai dicatat dan didaftar benda sitaan tersebut diserahkan kepada petugas penyimpanan.

4. PenyimPAnAn

Penyimpanan dilakukan oleh petugas penyimpanan. Benda sitaan yang baru diterima disimpan berdasarkan tingkat pemeriksaan, resiko, dan jenisnya.

Penyimpanan berdasarkan tingkat pemeriksaan adalah: 1. Tingkat penyidikan.

2. Tingkat penuntutan. 3. Tingkat pengadilan negeri.

4. Tingkat pengadilan tinggi atau banding. 5. Tingkat Mahkamah Agung (Kasasi). Penyimpanan berdasarkan resiko adalah: 1. Benda sitaan umum.

2. Benda sitaan berharga. 3. Benda sitaan berbahaya. 4. Benda sitaan terbuka. 5. Benda sitaan hewan ternak.

Penyimpanan berdasarkan jenisnya adalah : 1. Kertas.

2. Logam. 3. Non logam.

4. Bahan kimia dan obat-obatan terlarang. 5. Peralatan listrik elektronik.

6. Peralatan bermesin mekanik. 7. Berbentuk gas.

8. Alat-alat rumah tangga.

9. Bahan makanan dan minuman. 10. Tumbuh-tumbuhan atau tanaman. 11. Hewan ternak.

12. Rumah, bangunan gedung. 13. Tanah.

Terhadap benda sitaan yang tidak disimpan di Lembaga, dititipkan oleh Kepala Lembaga kepada Instansi atau badan organisasi yang berwenang atau yang kegiatannya bersesuaian. Sedangkan terhadap benda sitaan yang dipinjam oleh pihak peradilan dan diserahkan kembali ke Lembaga maka wajib dilakukan penelitian ulang, penilaian, pemeriksaan dan penyimpanan.

5. PemelihArAAn

Kepala lembaga bertanggung jawab atas pemeliharaan keutuhan jenis,

mutu, dan jumlah basan dan baran. Pelaksanaan tugas sehari-hari

dilaksanakan oleh petugas pemeliharaan yang wajib:

1. Mengadakan pengawasan dan pemeriksaan secara berkala terhadap benda sitaan.

2. Memperhatikan benda sitaan yang memerlukan pemeliharaan khusus. 3. Mencatat dan melaporkan apabila terjadi kerusakan atau penyusutan

benda sitaan.

Sedangkan tugas pemeliharaan yang dilakukan antara lain: menjaga keutuhan benda sitaan untuk kepentingan proses peradilan pidana,

mempertahankan mutu, jumlah dan kondisi benda sitaan agar tetap terjamin keutuhan dan keasliannya, dan mengadakan stock opname terhadap seluruh benda sitaan secara periodik.

6. PenyelAmAtAn dAn PengAmAnAn

Tugas pokok penyelamatan dan pengamanan lembaga sebagai berikut: 1. Menjaga agar tidak terjadi pengerusakan, pencurian, kebakaran,

kebanjiran, atau adanya gangguan bencana alam lainnya.

2. Melakukan pengamanan terhadap gangguan keselamatan dan keamanan.

3. Memelihara, mengawasi, dan menjaga barang-barang inventaris

lembaga.

Sasaran penyelamatan dan pengamanan meliputi benda sitaan, pegawai, bangunan dan perlengkapan, aspek-aspek ketatalaksanaan, dan

lingkungan sosial atau masyarakat luar.

7. PemutAsiAn

Kegiatan mutasi dilakukan oleh petugas pemutasian yang didasarkan kepada surat permintaan dari pejabat yang bertanggung jawab menurut tingkat pemeriksaan antara lain: surat permintaan atau surat perintah pengambilan dari instansi yang menyita, surat permintaan penuntut umum, dan surat penetapan atau putusan hakim yang memperoleh kekuatan hukum tetap.

8. PengeluArAn/PenghAPusAn

Dasar pelaksanaan pengeluaran/penghapusan adalah: 1. Surat putusan/penetapan pengadilan.

2. Surat perintah penyidik/penuntut umum.

3. Surat permintaan dari instansi yang bertanggung jawab secara yuridis.

Tugas pengeluaran ada tiga macam:

1. Pengeluaran sebelum adanya putusan pengadilan meliputi kegiatan: a. Kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak diperlukan lagi. b. Perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup bukti atau

ternyata tidak merupakan tindak pidana.

c. Perkara tersebut di kesampingkan untuk kepentingan umum atau perkara tersebut ditutup demi hukum.

d. Pengeluaran benda sitaan melalui jual lelang yang dilakukan oleh penyidik, penuntut umum terhadap benda sitaan yang mudah rusak, membahayakan, biaya penyimpanan tinggi dan hasil lelang barang bukti tersebut berupa uang disimpan di Lembaga untuk dipakai sebagai barang bukti.

e. Pengeluaran benda sitaan berdasarkan permintaan pejabat yang bertanggung jawab secara yuridis.

2. Pengeluaran benda sitaan dilakukan setelah adanya putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

a. Benda tersebut akan dikembali kepada yang paling berhak,

b. Dirampas untuk kepentingan negara dengan cara dilelang, dimusnahkan, dan atau diserahkan kepada instansi yang berkepentingan berdasarkan putusan pengadilan.

3. Pengeluaran yang dilakukan setelah proses penghapusan didasarkan

atas usul kepala lembaga karena adanya kerusakan, penyusutan,

kebakaran, bencana alam, pencurian, barang temuan, dan barang bukti tidak diambil.

9. PelAPorAn

Untuk kepentingan pengawasan dan pengendalian semua kegiatan pengelolaan benda sitaan negara dan barang rampasan negara harus dilaporkan secara tertulis kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan tembusannya kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan.

10. PengeluArAn Akhir

Pengeluaran akhir Basan dan Baran laporannya disampaikan pada instansi yang berkepentingan, tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan.

kejAdiAn luAr BiAsA

Dalam hal terjadi peristiwa yang luar biasa, segera dilaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Direktur Jenderal Pemasyarakatan dan instansi-instansi yang berkepentingan melalui telepon atau dengan cara lain dan kemudian segera disusuli dengan laporan lengkap secara tertulis.

2.5.2. kelemBAgAAn ruPBAsAn sAAt ini

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP, keberadaan Rupbasan dibentuk di setiap kabupaten/kota oleh Menteri Kehakiman. Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.04.PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rutan dan Rupbasan mengatur bahwa keberadaan rumah penyimpanan benda sitaan negara (Rupbasan) adalah untuk pelaksanaan penyimpanan benda sitaan negara dan barang rampasan negara yang berada di

bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman.

Keputusan menteri kehakiman juga mengatur klasifikasi kelembagaan dan sub-unit kelembagaan masing-masing Rupbasan. Klasifikasi Rupbasan menurut keputusan tersebut dapat dilihat pada gambar 4. 2.5.3. PermAsAlAhAn sePutAr

PenyimPAnAn BendA sitAAn

Meskipun pengaturan kelembagaan rumah penyimpanan barang sitaan negara telah diatur sejak

beberapa tahun yang lalu, tetapi pada kenyataannya tidak semua kabupaten/kota di Indonesia memiliki Rupbasan. Demikian halnya dengan jumlah sumber daya manusia, infrastruktur pendukung dan anggaran untuk menyimpan dan memelihara benda sitaan masih minim. Sebagai rangkaian sub-sistem penegakan hukum pidana, penyimpanan benda sitaan juga tidak luput dari permasalahan, antara lain meliputi permasalahan yang berkaitan dengan (1) pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Rupbasan sebagai tempat penyimpanan benda sitaan Negara, (2) tata organisasi, (3) dukungan biaya operasional, (4) sumber daya manusia, dan (5) operasional penanganan benda sitaan.

Gambar 4. Kelembagaan Rupbasan Saat Ini KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

DIRJEN PEMASYARAKATAN DIR. BINA REGISTRASI & STATISTIK

KANWIL KEMENTERIAN HUKUM

Dalam dokumen LEMBAGA PENGELOLA ASET TINDAK PIDANA (Halaman 30-36)

Dokumen terkait