• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Analisis Lingkungan Internal

4.2.3. Aspek Produksi dan Operasi

Aspek produksi dan operasi berhubungan dengan aktivitas mengubah masukan atau input menjadi bentuk produk akhir agar dapat dipergunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor merupakan penyedia tunggal air minum di Kota Bogor yang memiliki empat sumber air utama yang airnya akan diolah dan kemudian didistribusikan kepada pelanggan. Sumber air minum PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor berasal dari dua sumber utama, yaitu :

a. Mata air

♦ Mata air Kota Batu dengan kapasitas terpasang 70 liter per detik.

♦ Mata air Bantar Kambing dengan kapasitas terpasang 170 liter per detik.

♦ Mata air Tangkil dengan kapasitas terpasang 170 liter per detik

b. Sungai Cisadane

♦ WTP Cipaku dengan kapasitas terpasang 240 liter pe detik. ♦ WTP Dekeng dengan kapasitas terpasang 400 liter per detik. Berdasarkan data tahun 2006, kapasitas produksi pada mata air mengalami penurunan rata-rata sebanyak 7 liter per detik yaitu pada mata air Kota Batu, mata air Bantar Kambing dan mata air Tangkil. Namun, kondisi tersebut tidak mengakibatkan kapasitas produksi air menurun karena didukung oleh sumber air baku yang melimpah dari air permukaan yaitu sungai Cisadane. Sumber air baku yang melimpah menjadikan kekuatan bagi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor. Evaluasi kondisi produksi air tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Evaluasi Kondisi Produksi Air pada Tahun 2006 Dalam liter per detik

Kapasitas Produksi No. Sumber Lokasi

Pasang

2005 2006 Ket.

1. Mata air Kota Batu 70 61 54 Turun 2. Mata air Bantar

Kambing

170 158 150 Turun

3. Mata air Tangkil 170 112 107 Turun

4. IPA Cipaku 240 268 272 Naik

5. IPA Dekeng 400 570 593 Naik

Jumlah 1.670 1.168 1.176 Naik

Sumber : PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, 2006.

Penurunan kapasitas produksi yang berasal dari sumber mata air dikarenakan debit air pada sumber mata air mengalami penurunan dan bahkan dari tahun ke tahun semakin menurun. Sedangkan untuk sumber air baku yang berasal dari sungai Cisadane merupakan sumber yang sangat potensial karena air baku sungai Cisadane yang melimpah. Sehingga kapasitas produksi dari sumber sungai Cisadane

terus meningkat dan dapat menutupi kekurangan pasokan air dari sumber mata air.

PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor melakukan pengolahan air menjadi air minum sesuai dengan standar kesehatan. Air yang bersumber dari mata air memiliki kualitas yang cukup baik dan memenuhi standar air minum jika dilihat dari segi fisik dan kimia. Sedangkan jika dilihat dari segi biologis dikhawatirkan terdapat bakteri yang dapat menimbulkan penyakit sehingga perlu ditambahankan desinfektan. Khusus sumber mata air Tangkil diberikan penambahan soda Ash (alkali) untuk menaikkan pH sehingga sesuai dengan pH standar air minum yaitu 6,5-8,5.

Air baku dari sungai Cisadane perlu mendapat pengolahan yang dimulai dari intake yaitu titik pengambilan air baku di sungai. Kualitas air baku sungai Cisadane baik sesuai dengan standar kesehatan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/ Menkes/ SK/ VII/ 2002. Kualitas air baku yang baik menjadi kekuatan bagi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor. Bagan sistem penyediaan air minum dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pengolahan air baku yang dilakukan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor menggunakan proses pengolahan lengkap. Proses pengolahan lengkap terdiri dari enam tahap yaitu tahap koagulasi, tahap flokulasi, tahap sedimentasi, tahap aerasi, tahap filtrasi dan tahap desinfektan. Diagram alir pengolahan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.

Air baku dari intake akan disalurkan melalui pipa trasmisi masuk ke dalam WTP. Tahap koagulasi atau pengadukan cepat (flash mixing) merupakan tahap awal dari pengolahan air baku. Tahap ini bertujuan untuk mencampurkan koagulan PAC (Poli Alumunium Chlorida) dengan air baku secara merata, cepat dan sempurna sehingga kotoran dapat digumpalkan menjadi flok. Komponen PAC terdiri dari appreance, specific grafity, Al2O3, chroride, sulphate, basicity, Fe. Kotoran yang tidak tergumpal pada tahap koagulasi akan dihilangkan pada tahap selanjutnya. Tahap kedua adalah tahap

flokulasi yaitu pengadukan lambat, dimana dalam flokulasi ini berlangsung proses terbentuknya penggumpalan flok yang lebih besar sehingga mudah mengendap. Pengadukan tidak boleh terlalu cepat karena dapat memecahkan flok yang sudah terbentuk.

Tahap ketiga adalah tahap sedimentasi yang bertujuan untuk mengendapkan partikel-partikel yang sudah mengumpal menjadi flok sehingga beban filter menjadi ringan. Pada tahap ini, flok akan diendapkan dan air akan bergerak ke atas melalui sekat-sekat pada plant settler. Kemudian dilanjutkan pada tahap aerasi, yaitu pengikatan oksigen (O2) untuk mengurangi kadar karbondioksida yang terkandung pada air. Selanjutnya, tahap filtrasi yang dilakukan untuk mengurangi sisa-sisa flok yang masih terbawa setelah tahap sedimentasi dan merupakan tahap penurunan kekeruhan yang terakhir. Pada tahap ini digunakan pasir silica sebagai penyaring air sehingga air yang dihasilkan bersih.

Terakhir adalah tahap desinfektan dengan melakukan pendosisan gas klor untuk membunuh bakteri. Penggunaan gas klor sebagai desinfektan bertujuan untuk menghindari adanya endapan, bau dan kekeruhan. Tahap desinfektan dilakukan pada kontak basin yaitu tempat penampungan sementara air bersih setelah pengolahan yang kemudian akan dimasukkan ke dalam reservoir yaitu penampungan air bersih sebagai pengaturan pendistribusian kepada pelanggan. Air bersih di reservoir dapat langsung didistribusikan kepada pelanggan melalui pipa-pipa distribusi.

Dalam kegiatan operasional PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, sebagian sudah didukung oleh sistem informasi manajemen yang berbasis komputer seperti sistem komputer terintegrasi yang terdiri dari Customer Information System (CIS), Logictic Information System (LIS), Employee Information System (EIS). Adapun fasilitas penunjang lainnya berupa laboratorium penguji kualitas air, pengujian meter air dan mobil penanggulangan kebocoran. Selain itu, PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor pun memiliki bengkel pemeliharaan

yang memadai dan adanya sistem komputerisasi yang diperuntukkan untuk memelihara saluran pipa dinas dan induk sebagai upaya untuk menghindari terjadinya kerusakan dan kebocoran yang dapat mengakibatkan kehilangan air. Sedangkan pemeliharaan pipa persil (setelah meter) menjadi tanggung jawab pelanggan.

Berdasarkan data tahun 2000 sampai 2005, persentase kehilangan air dalam pendistribusian air kepada pelanggan mencapai kisaran 30 persen. Persentase tersebut cukup tinggi karena jauh menyimpang dari target yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah yaitu sebesar 25 persen. Tingkat kehilangan air yang cukup tinggi menjadi salah satu kelemahan bagi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor. Tingkat kehilangan air tahun 2000-2005 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Tingkat Kehilangan Air pada Tahun 2000-2005

Tahun Kehilangan Air (m³) Persentase (%)

2000 7.973 30,46 2001 8.770 30,90 2002 9.858 31,50 2003 10.056 30,79 2004 11.462 32,46 2005 11.136 31,57 Sumber : PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, 2006.

Dokumen terkait